BAB 12: Buku Cerita

455 95 74
                                    

Ia sangat pintar akan titahnya bagai seorang pemberi makaroni. Citranya usang dari kisah-kisah berulang seorang pencerita bijak di masaku. Jelas, Herrz Muller sungguh mengenal Sinclaire dan ia mencoba berbohong padaku. Ia pemerdaya, tentang kertas puisinya, kecakapan adaptasi yang mulia, dan kumpulan cerita lain yang tak pernah dibagikan.

Mungkin saja peran sertanya adalah gagasan Sinclaire. Tentu, Sinclaire tak sedikitpun layaknya gadis sepupu yang menjadi jahat karena kakaknya pergi bermain dengan anak sekolah lain. Dia juga tak layaknya gadis licik dari kelas teater yang membenci seorang siswa karena merebut peran utama di drama. Ia datang sebagai lakon dan pengarang utama di kisah-kisah yang ia ceritakan. Bahkan sekarang, kupikir Sinclaire mencoba melampaui kehebatan dari Grimm bersaudara.

Kesunyian makam telah berlalu. Aku kembali menelik pada anak—Herrz Muller—yang sering kali dikarang kisahnya. Anak yang penuh pembelaan dan tuduhan. Aku mendengar cerita tentangnya. Dia berada di sampingku kala bercerita bahwa ia tinggal dengan seorang mantan veteran tua. Pria tua baik yang gemar duduk di kursi dan berbicara dengan putranya di telepon kabel mahal. Ia juga memiliki kebun yang indah di depan rumahnya saat musim semi. Pria tua yang amat mencintai anaknya dari jauh—kata Herrz Muller.

Entah bagaimana aku menerima tawaran Herrz Muller untuk datang ke rumah jompo milik sepenuhnya pria veteran itu. Aku melihatnya berbicara dengan seseorang di telepon. Ia kemudian tertawa. Aku melihat bahwa ia bergumam untuk seseorang di balik telepon dan aku merasa kasihan. Bahwa ia sangat merindukan putranya. Oh, Herrz Muller bilang ia adalah pria yang baik, dia pasti sangat jarang merepotkan keluarganya.

Jadi, aku menyapa pria terhormat itu dengan baik pula. Ia sangat ramah. Ia bertanya tentang namaku dan mengatakan bahwa ia menyukai namanya. Ia telah lama mengenal Herrz Muller dan menerima layaknya keluarga jauh yang terasa baru ia temukan di antara ingatan payahnya.

"Bagaimana kau bisa dekat dengannya? Dia biasanya sangat pendiam." Dia tertawa dan mengacak rambut anak di sampingku. Oh, bahkan kupikir pria veteran ini tak pernah tahu jika Herrz Muller gemar meninggalkan kelas dan pergi memberi makan burung di taman. Kupikir begitulah bagaimana aku bisa dekat dengannya.

Sangat lumrah jika seorang anak yang dapat bersekolah tidak benar-benar tinggal dengan keluarganya. Sejak perang usai beberapa anak yang tidak dekat dengan ayah-ibunya pergi seatap dengan veteran yang kesepian. Kupikir keahlian para angkatan di perbatasan tidak benar-benar cocok untuk menjaga seorang anak cakap seperti Muller. Herrz Muller bisa saja seperti seorang bajak laut yang menyimpan peta harta karun hanya untuk dirinya sendiri, ia sangat pintar menarik kepribadian lainnya. Itu istimewanya. Bahwa ia dipenuhi oleh kebebasan dan citra baik.

"Jangan dengarkan Tuan Philip, kau tahu? Pria itu bahkan pernah berpikir aku berada di kamar sepanjang hari sementara aku justru pergi ke taman sampai petang," katanya sambil melempar tawa yang tidak lucu. Sudah kuduga. Kupikir kita hampir sama—gemar pergi diam-diam.

Aku dan Herrz Muller naik ke lantai atas—sepertinya itu adalah ruangan di atap—dan ada sebuah kamar dengan hiasan dari kertas di pintunya. Walau demikian, kamarnya dipenuhi dengan banyak buku di meja atau lemarinya. Kupikir kamarnya tidak jauh berbeda dengan beberapa anak yang terobsesi dengan buku-buku filsuf di ruang ayahnya. Apa pria veteran itu tahu jika ia tinggal dengan anak semacam ini?

"Kau suka buku cerita, bukan?" katanya sambil melempar sebuah buku ke arahku. Aku menangkap bukunya, cukup tebal dan kurasa ia tidak harus melemparnya begitu. "Tangkapan yang bagus. Kau bisa memilikinya."

Aku lalu menengok pada sebuah foto. Aku juga punya foto ibu di kamar. Dia cukup beruntung bahwa ayahnya berada di Berlin. Setidaknya, ia sering pergi bersama saat musim libur. Rasanya seakan aku sangat mengenal pula kamar ini, bahwa aku juga memiliki kamar yang sama dengannya. Suasana dan keindahan buruk di dalamnya. Hanya saja kamarku telah terisi oleh kertas-kertas gambar Sinclaire. Oh, aku penasaran, apa ia akan kembali?

"Kukira kau benar-benar tidak membaca buku cerita." Aku memainkan buku itu di tanganku.

"Tentu, aku tidak berbohong. Saat berada di Berlin, Tuan Philip menerima buku ini sebagai hadiah untukku dari seorang anak perempuan di musim dingin lalu. Tuan Philip tidak mengenal anak itu, jadi sampai sekarang aku tidak tahu siapa pengirimnya. Aku belum membuka buku itu sama sekali," katanya sambil sibuk merapikan buku di sana-sini.

"Mungkin ini dari teman sekelas yang menyukaimu? Kau sungguh ingin memberikan ini untukku?"

"Tentu."

Lupakan, kupikir ia tidak akan tertarik jika di depan rumahnya ada sebuah toko mantra milik penyihir atau seorang nenek tua menawarkan apel beracun di depan pintunya. Lihatlah kamarnya. Aku ragu apakah ayahku telah membaca buku sebanyak yang Herrz Muller baca sampai sekarang. Sepertinya hadiah sebuah botol tinta akan lebih cocok untuknya.

Aku menggosokkan jariku ke jendelanya. Engselnya telah tua dan hampir sama sekali tak pernah dibuka. Aku melihat ke langit dan awan kelabu memenuhi syarat cuaca buruk. Aku melihat pada anak yang berlari di depan. Ini mengingatkan diriku tentang bagaimana diriku berada di kamar. Semuanya sangat familiar.

Kala ia sibuk merapikan bukunya sendiri. Aku membuka buku cerita darinya. Buku langsung terbuka pada halaman pertama untuk sebuah cerita yang tak pernah kuketahui judulnya.

"Cerita Tentang Pengelana."

Tiba-tiba sebuah kertas jatuh dari dalam bukunya. Sebuah kertas gambar dan aku hampir sepenuhnya mengenal gambar itu. Gambar yang tak pernah rumpang dari makna. Gambar yang selalu memenuhi kamarku. Dia tentu berbohong jika mengatakan benar-benar tak mengenal Sinclaire.

 Dia tentu berbohong jika mengatakan benar-benar tak mengenal Sinclaire

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note
Dua minggu lebih dan hanya 900 kata *digaplok*. Selama ini saya kesasar sampai ke mana-mana. Sampai lupa balik:"v

Ada yang penasaran isi cerita dalam buku itu apa? *sok mancing*

SinclaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang