2. Shadow

482 59 2
                                    

--15 tahun kemudian--

Waktu yang terus berjalan membuat perkembangan sebuah kota semakin terlihat jelas perbedaannya. Munculnya banyak bangunan tinggi di sekitar membuat persaingan dalam hal ekonomi tidak pernah bisa berhenti setiap harinya. Kesenjangan sosial juga semakin tampak saat adanya kendaraan pribadi yang berlalu-lalang di jalanan besar. Tidak sedikit pula pejalan kaki yang menunjukkan kesibukan mereka pada benda kotak bernama handphone di tangan masing-masing.

"Sebuah fenomena gerhana bulan akan terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu lagi. Para peneliti mengungkapkan..........." Layar besar yang terpasang pada sebuah gedung tampak menyiarkan siaran berita dari salah satu stasiun televisi yang ada di sana. 

Tidak sedikit yang mengabaikannya karena sedang sibuk memperhatikan jalanan. Kebetulan sekali layar itu letaknya berada dekat dengan sebuah halte bus jadi para pejalan kaki tidak mendengar jelas suara yang keluar dari benda berukuran besar itu.

"Nde, aku akan mengirimkan gambarnya lagi besok" Seorang wanita berpakaian rapih sedang duduk di halte sambil berbicara dengan orang lain lewat panggilan telepon. 

"Arasseo. Sebenarnya dia sudah memintanya sejak satu minggu yang lalu. Tapi karena kau masih dalam masa cuti, jadi aku merasa tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu itu" Suara seorang pria terdengar dari ujung sana. 

"Tidak apa, oppa. Kau seharusnya memberitahukanku lebih awal supaya aku bisa menyelesaikannya dengan cepat waktu itu"

"Ku pikir kalau pelanggan yang satu itu tidak mempermasalahkan fotonya, tapi dia tampak tidak senang dengan hasil desain album yang ku buat, jadi aku harus merubah semuanya dari awal"

"Kau sudah bekerja keras, oppa. Maaf karena aku tidak bisa banyak membantu"

"Nde. Kalau begitu aku akhiri panggilannya sekarang. Jangan lupa untuk mengirimkan file nya besok"

"Nde...." Wanita itu menurunkan ponselnya. 

Dia sedikit membungkuk untuk membenarkan tali sepatu yang dikenakannya. Tanpa sadar, sesuatu keluar dari kantung blazer yang dikenakannya dan seseorang yang berada di sebelahnya langsung mengambilnya. 

"Jung Eunji'ssi?"

Dia menengok ke arah lelaki itu. 

"Tanda pengenalmu terjatuh"

Eunji menerimanya dari tangan sang lelaki. 
"Nde, terima kasih...."

Dia melihat bus mulai berhenti tepat di depannya. Lelaki itu langsung menaikinya dan meninggalkannya seorang diri. 

Eunji kembali sibuk memperhatikan jalan seakan masih menunggu seseorang yang belum juga muncul sejak tadi. Saat sedang mengutak-atik ponselnya, suara klakson sebuah mobil membuat kepalanya terangkat sekarang. 

"Eunji'ah, masuklah....."

Dia mendapati sosok Ibunya dari kursi penumpang. Tanpa ragu, dia langsung menuju ke pintu belakang mobil itu dan duduk di sana. 

"Apa kau tidak mempunyai mantel yang lebih tebal?" Ibunya langsung bertanya saat mobil kembali melaju. 

"Nde? Cuaca hari ini sangat cerah, Eomma"

"Suhu udara akan semakin turun saat malam nanti"

"Aku akan segera pulang saat acara selesai"

"Wae? Apa kau tidak ingin mampir ke rumah kedua orangtuamu terlebih dulu?"

"Mungkin lain waktu, Eomma. Ada yang perlu ku kerjakan hari ini terkait pesanan rekan kerjaku"

"Bukankah waktu cutimu belum habis? Kenapa kau masih memikirkan tentang pekerjaanmu?"

The PhantomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang