Bab 1

38 5 0
                                    

11 Oktober 2019Cuaca: Angin topan di musim gugur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11 Oktober 2019
Cuaca: Angin topan di musim gugur

Bangunan pencakar langit dengan dominasi warna cokelat berdiri gagah. Bagai kastil kerajaan inggris dengan setiap sisi dihiasi tembok besar. Supaya tidak ada yang bolos sekolah, begitu kata kepala sekolah. Berapa kali pun orang melihat, setuju menganggap kalau bangunan ini sudah sangat kuno. Walaupun setiap tahunnya sudah direnovasi sana sini demi mengikuti perkembangan zaman.

Tulisan 'M-Academy' aka Magic Academy yang tidak mencerminkan artinya terpampang di antara semak-semak belukar. Itu adalah nama paling kuno yang pernah Yuka dengar. Percayalah, ini sekolah biasa saja. Meski beberapa orang-orang tua pernah menggambarkannya sebagai sekolah magic. Mengikuti perkembangan zaman, nyatanya yang masuk ke sini tidak sebanyak kuota sekolah lain. Mungkin sih, Yuka hanya melihatnya dari teman sekelasnya yang tidak sampai dua puluh orang dan dari anggota keluarga biasa-biasa saja. Sekolah ini pasti telah kehilangan minat di dunia persekolahan.
Yah, beruntung guru di sini jenius dan terpelajar.

Yuka menunggu dua hari ini dengan perasaan gelisah. Rambut Wave Curlynya berkibar seiring langkah yang semakin cepat. Jarak gerbang M-Academy tinggal lima meter lagi. Napas gadis itu sudah menipis. Sweater biru lautnya sampai terasa dingin karena keringat.

"Ohayō gozaimasu. Bagaimana kabarmu, Yuka-Chan?"

Yuka menghentikan langkah demi melihat senyum lima jari dari teman sebelah kelasnya. Ah, dia lupa namanya. Meski wajah Asia campuran Amerika itu terasa familiar di ingatan Yuka.

"Ah ...." Yuka memutar mata. Senyumnya mengembang menemukan name-tag gadis berambut blonde sebahu itu. "Aiko-San."

Aiko mendekat ke arah Yuka. Merangkulnya seolah mereka sahabat lama yang baru bertemu. "Kamu tahu kabar hari ini?" tanya Aiko seraya mengeluarkan gawai pintarnya dari saku sweater.

Yuka menggeleng. Aiko mendesah panjang. "Ah, kamu tahu kalau cuaca hari ini kabarnya normal lagi. Ini keajaiban!"

Yuka mengangguk sekali. "Benarkah? Aku belum melihat berita pagi ini."

Aiko memekik kesenangan. "Tentu saja. Jadi, kita tidak akan di tahap waspada lagi."

Yuka menatap Aiko sanksi. Pasalnya, sejak mendapat kotak 'malam itu', Yuka bahkan tidak bisa tidur meski langit tersenyum padanya. Meski sudah menginap di rumah Haruna-chan sekalipun. Jiwa Yuka tidak bisa tenang sebelum mendapatkan jawaban dari teka-teki yang dipikirkannya.

"Aiko-San."

Aiko cemberut. "Aku tidak suka kamu memanggilku begitu. Panggil aku Aiko-Chan."

Yuka bergerak gelisah di tempatnya. "Aiko-chan." Rasanya aneh memanggil Aiko seperti itu. Yuka pikir lidahnya bakalan kaku ketika mengucapkannya. Mereka tidak sedekat itu di luar sekolah maupun di sekolah.

Memories of magicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang