Bab 9

9 2 0
                                    

"Kalian memberitahukannya ke orang lain juga?" tanya Shino setelah mendengar cerita Yuka soal surat misterius yang ditemukannya waktu itu.

Yah, seperti prediksinya, Shino mau jika alasannya penting. Untung saja Yuka memiliki otak cemerlang. Kalian tahu, Yuka meninggalkan bagian cerita tentang sapu yang menjadi kesayangannya ini. Hanya ingin saja.

Aiko menggeleng sebagai bentuk jawaban.
"Boleh kulihat suratnya?" tanya Shino pada cewek manis di depannya.

Yuka menggeleng. "Maaf, Senior. Aku hanya akan memberikannya pada Kepala sekolah."

Shino mendesah panjang. "Baiklah. Akan kucoba. Tapi nggak janji," ujarnya lantas memposisikan diri setenang mungkin. Matanya terpejam untuk terhubung dengan kepala Sekolah. Jika saja dua juniornya tau kalau Kepala sekolah tidak segampang itu dihubungi. Meski mereka memiliki hubungan darah sekalipun.

Yuka menanti dengan gelisah. Untuk beberapa kali meremas ujung roknya sebagai pelampiasan. Hening menyelimuti mereka. Aiko menepuk bahu Yuka untuk menyalurkan energi. Kenapa lama sekali?

Beberapa menit berlalu, Shino membuka matanya. "Maaf, sepertinya dia sibuk."

Kecewa tentu saja. Mungkin saja kepala sekolah sibuk berdiskusi dengan pemerintah untuk meredam langit yang makin murka. Ya, keadaan dua hari ini lebih baik daripada waktu itu. Tidak terlalu menakutkan.

"Baiklah. Kami akan pergi," ucap Yuka pamit undur diri. Dia tidak ingin Shino menanyainya lebih jauh lagi. Yuka tidak ingin berbohong lebih banyak dari biasanya.

Aiko berpikir sambil berjalan. "Yah, padahal dia datang tiba-tiba malam itu."

"Mungkin memang sibuk."

Aiko mengangguk setuju. Tidak akan ada yang menyangkal hal itu. Sepanjang jalan, mereka berdiskusi panjang lebar tentang kepala sekolah. Baru Yuka ketahui bahwa beliau menguasai tiga elemen sekaligus. Julukan hantunya baru Yuka sadari sekarang. Dia memang sering datang tiba-tiba.

"Ah, ada yang menarik!" ujar Aiko tiba-tiba. Di sela-sela buku-buku yang menjulang di depanku. Ya, Yuka menarik Aiko ke perpustakaan. Meski cewek yang selalu antusias itu malah membawa cemilan ke sini walaupun itu dilarang. Dia memang berani sekali.
Yuka mendekatkan wajahnya sesuai kode dari Aiko.

"Ada yang bilang kepala sekolah menutupi rahasia itu."

Yuka menelengkan kepalanya. "Rahasia apa?" tanyanya mencoba menggali informasi yang mungkin saja terlupakan. Sayangnya, Yuka memang tidak pernah tertarik dengan gosip. Jika bukan Aiko, mungkin Yuka juga tidak tahu kalau Kepala sekolah memiliki kebiasaan pergi ke perpustakaan. Pantas saja, waktu itu mereka bertemu.

"Kamu tidak tahu?" tanya Aiko seolah memastikan kepayahan Yuka dalam mendapatkan informasi. Gelengan Yuka membuat Aiko mendesah, mendramatisir keadaan.

"Legenda di Academy ini."

Yuka sukses melebarkan matanya. Terpengaruh dengan suasana tegang yang diciptakan Aiko.

Aiko berubah antusias ketika Yuka tertarik dengan ceritanya. "Pernah ada penyihir yang menikahi manusia. Dan, kutukan terjadi. Lalu—"

"Siapa yang berisik? Diam atau jangan ke sini selamanya!" Suara penjaga perpustakaan terdengar lantang. Keduanya meringis. Aiko meraih satu buku, pura-pura membacanya. Yuka baru bisa bernapas lega saat Miss Kanny kembali duduk di kursi kebesarannya. Jika saja ketahuan tadi, Yuka bisa mati kebosanan kalau ditaruh pada daftar blacklist.

"Ryu!" sapa Aiko keras. Lantas, tangannya yang tadi melambai turun kembali. Yuka lihat Miss Kanny memberikan sinar lasernya pada mereka. Sebenarnya bukan hal penting, sih, Yuka heran kenapa Ryu dan Aiko bisa kenal. Suasana jadi tidak nyaman ketika Aiko mengajaknya duduk bersama, dan sialnya cowok itu menerimanya tanpa ekspresi.

Memories of magicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang