Yuka menjentikkan kukunya di setiap tempat yang dilewati. Akibatnya, percikan api yang keluar dari jarinya membakar sesuatu yang mengenai. Dia tidak memperhatikan arah. Sapunya tahu harus ke mana untuk bersenang-senang. Maka, ketika ada yang menghadangnya di depan pun, Yuka tidak melirik sedikit pun.
Ryu berhasil menyusul cewek itu meski terengah-engah. Melihatnya sendiri dengan sikap menyebalkan seperti ini membuat Ryu geram. "Yuka! Kita harus kembali ke Academy."
Yuka melirik sekilas. "Kamu saja, ya. Aku bosan di sana. Semuanya makhluk rendahan."
Ryu menggelengkan kepalanya. Dia harus sabar menghadapi Yuka yang dikendalikan kekuatannya sendiri. Cewek itu melewatinya dengan dua kaki mengayun-ayun. Ck, kelewatan. "Berbahaya di luar Yuka," tegur Ryu menahan emosinya.
Yuka mengangguk-angguk tanpa memperhatikan. "Oh."
Kesabaran Ryu sudah habis. "Apa perlu aku menyeretmu supaya mau?" tantang Ryu.
Yuka meletakkan telunjuknya di dagu. Wajah tanpa dosanya khas Yuka. Tadinya Ryu pikir Yuka sudah kembali normal. Tetapi, cahaya di matanya masih sama terangnya. "Boleh, deh."
Ryu melempar semua kekuatan yang dia miliki. Sembari mengucapkan mantra pengunci secara diam-diam. Seperti sebelumnya. Yuka tidak butuh gerakan banyak untuk menghindar. Ryu yakin serangannya tidak bisa dibaca dengan mudah.
"Kamu sudah membuat banyak orang pusing. Ayo pulang!"
Yuka mengerjap polos. "Ternyata, kekuatan klan Scamael itu cuma segitu, ya."
Ryu melebarkan matanya. Dari mana dia tahu asal usul Ryu. Entah itu ucapan asal atau sungguh-sungguh, cowok itu memilih tidak terpengaruh.
"Kupikir kalian bisa memikatku dengan kata-kata manis seperti biasanya," ujar Yuka kembali berbicara. Terlihat sekali kalau dia meremehkan klan Scamael. Yuka menegak. "Sudah, ya. Kamu bukan lawanku."
Ryu harus puas dihadang oleh sekat-sekat kabut yang menghalanginya pandangannya. Dia terbang lebih tinggi untuk keluar dari sana. Segera saja mencari keberadaan Yuka yang lagi-lagi menghilang.
Seperti sebelumnya, Ryu mengikuti percikan api yang membentuk jalur memanjang. Ketika dia menghadap ke depan, ujung hutan sunyi yang berbatasan dengan kota terlihat. Kali ini apa yang akan dilakukan cewek itu!
Ryu melesat cepat. Dia harus menemukan Yuka sebelum ditemukan orang lain. Meski kekuatan Yuka tidak bisa dikalahkan, tetap saja nyawanya dalam bahaya. Entah mencari berapa lama, dia merasakan sudah masuk hutan terlalu dalam.
Sesuatu yang bergerak-gerak di bagian lainnya menarik perhatian Ryu. Cowok itu mendarat dan memegang sapunya erat. Berjalan tanpa menimbulkan suara. Punggungnya menempel pada pohon dua kali lebih besar darinya. Mengintip ke semak-semak belukar berwarna hitam. Ranting-ranting gundulnya bergerak-gerak.
Di tangan Ryu sudah ada panah dari api. Dia siap menyerang jika itu salah satu pasukan bertudung atau pasukan roh. Matanya menyipit saat kegaduhan di semak itu semakin menjadi.
"Nggak bisa," ujar seorang cewek yang dikenal Ryu. Dicari-cari sejak tadi malah taunya di sini.
Yuka merenggut kesal. Dia menemukan kelinci saat terbang ke sini. Perutnya langsung keroncongan karena terlalu banyak meladeni makhluk-makhluk rendahan itu. Makanya Yuka membawa kelinci itu dengan cara diikat tali kabut pada ujung sapunya. Setelah melihat ada hutan, Yuka berpikir akan melihat kobaran api yang dibuat penduduk ketika membakar sampah.
"Ah, penduduk di sini, kan takut gelap," uajrnya sinis. Memutuskan membuat api sendiri. Dia menyuruh sapunya mencari tempat lapang untuk memanggang kelinci. Dan tentu saja batu-batu yang digunakan penduduk untuk menciptakan api.
![](https://img.wattpad.com/cover/215648940-288-k182441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of magic
Fantasy"Kembalilah kalian semua!" Suara tawa itu mengalahkan petir yang bersaut-sautan di luar. "Kutukan baru saja dimulai." Yuka Mitsura tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak tahu apa-apa tentang surat misterius itu atau kejadian apa di masa lalu. Dia ti...