Rayser 11

125 45 2
                                    

Pukul dua siang,sekolah sudah mulai sepi.Bel pulang sekolah berbunyi setengah jam yang lalu.Seluruh siswa berhamburan,seperti narapidana yang baru saja bebas.

Tidak dengan Rayska yang saat ini masih berada disekolah. Dia berdiri menatap mading sekolah dengan serius.Mading sekolah ini mampu membuat Rayska terpukau.

Berbagai karya seni atau karya sastra menempel dan disusun rapi disana. Katakanlah Rayska alay,tapi dia merasa mading ini sangat indah,dan sia-sia jika tidak dinikmati secara langsung.

Rayska menatap sebuah lukisan yang menarik perhatiannya.Sosok seorang ibu dilukis dengan sangat indah disana.Disamping sosok ibu tersebut terdapat sepasang sayap.

Malaikat tanpa sayap. Batin Rayska menyimpulkan arti lukisan tersebut.

Lama sekali Rayska menatap lukisan itu.Air matanya hampir terjatuh mengingat seseorang. Bukan ibunya Susan tapi nenek tercintanya. Neneknya sangat pas jika diibaratkan dengan lukisan ini.

Neneknya meninggalkannya sudah dua tahun.Dan Rayska masih saja sedih sampai saat ini.Hanya neneknya yang mengerti pada Rayska sebelum Rayska mengatakan apa yang sedang dirasakannya.

Rayska sangat sangat menyayangi neneknya. Setiap malam Rayska merindukan belaian neneknya untuk mengantarkannya tidur.Setiap pagi Rayska rindu dengan belaian neneknya saat membangunkannya.

Bukannya Rayska tidak menganggap ibunya demikian,tapi sosok neneknya lah yang paling tepat dengan lukisan ini.

"Lo sengaja buat gue nunggu supaya gue nyari-nyari lo?" ucap seseorang dengan dingin.

Refleks kepala Rayska tertoleh menatap orang itu.Jantungnya berdegup kencang sekarang,akibat terkejut.Dia pikir dilantai dua ini hanya dirinya seorang.Ternyata tidak.

"Buat apa nunggu?"

"Lo gak denger apa yang gue bilang dikantin tadi?" Ucap orang itu yang adalah Theo.

Rayska menatap Theo.Penampilan Theo terkesan maskulin.Kemeja putih lengan pendeknya,dikeluarkan.Almamater biru gelapnya dilepas dan ditaruh dipundaknya.

Rambutnya menutupi dahinya sedikit dan kedua tangannnya bersedekap.Jika ada cewek-cewek disini,maka mereka akan pingsan melihat penampilan seorang Theo Hidraningrat.

Tapi itu kalau cewek-cewek lain.Gimana dengan Rayska?

Tampan tapi berantakan. Kasihan sama tampan nya. Begitulah isi pikiran seorang Rayska.

"Gue denger"
"Jadi kenapa lo gak datang nemuin gue?"
"Penting?"tanya Rayska

Saat ini Rayska tidak bersikap cuek ataupun sombong tapi karena begitulah sikap sesungguhnya dari seorang Rayska.

"Jangan uji kesabaran gue Rayska!" ucap Theo menggeram marah menahan emosi.

Jika tadi pagi sosok Theo adalah sosok periang.Maka ini adalah kebalikannya. Theo emosi karena dia sudah menunggu Rayska hampir setengah jam diparkiran.Tapi Rayska tidak muncul-muncul.

Tidak ada dalam sejarahnya,dia menunggu seseorang sampai selama ini.Dan Rayska sudah membuat sejarah tersebut. Rayska patut diberi medali.

Theo maju ingin menarik tangan Rayska.Tapi Rayska dengan cepat mundur menghindar.Dia tidak akan membiarkan kejadian saat dia ditarik,terulang kembali.

Theo tersenyum tipis melihat penolakan yang dilakukan Rayska.Tanpa aba-aba Theo mengangkat badan Rayska dibahunya.Dan melangkah menuju parkiran.

Tubuh Rayska menegang.
Apa-apaan ini?!" teriaknya dalam hati

S'choleío (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang