"Disaat orang berkata cinta itu buta, itu tidak berlaku untukku. Aku mencintai karena melihatnya, melihat kelebihan maupun kekurangan yang membuatku jatuh cinta. Hey! He's mine." ~ Denira
"Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk aku mencintainya tap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan tempatnya, tapi sama siapanya. bukan barangnya, tapi siapa yang memberinya. Ngerti?
Happy Reading..
***
Denira memarkirkan mobilnya tepat didepan distro Arga dengan nama Admerch yang terpampang jelas di atas pintu. Denira mendorong pintu berkaca tebal tersebut, ia menyapa Dani dan juga kedua pegawai lainnya.
Dengan perlahan Denira menaiki anak tangga lalu sampai di depan pintu sebuah ruangan yang terletak di rooftop. Pintu ruangan tersebut sedikit terbuka, Denira menatap tangan kanan nya yang membawa paper bag berisi makanan, Denira yakin Arga belum mengisi perutnya. Lalu tatapannya beralih pada Arga yang tengah bermain game.
Denira tidak mengganggunya, ia malah memperhatikan Arga dari pintu itu. Bahkan saat segala umpatan keluar dari mulut Arga, Denira sampai menahan kekehannya. Tidak sengaja tangan Denira mendorong pintu dan Arga pun menoleh mendapati Denira tengah tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.
Arga melepas headphonenya, menyimpan benda tersebut di leher.
"Lanjut dulu aja, aku ga akan ganggu kok." Ucap Denira sembari tersenyum.
"Duduk sini," Perintah Arga, lalu memakai kembali headphone dan melanjutkan gamenya kembali. Denira mendekat, ia duduk di samping Arga menyimpan paper bagnya di atas karpet.
Gadis itu memperhatikan layar PC dengan seksama terkadang menatap wajah Arga yang fokus pada gamenya.
Beberapa saat kemudian, Arga menyelesaikan permainannya, menaruh headphone di atas keyboard lalu mengubah posisinya menghadap Denira. Denira tersenyum, "aku nyariin tau." Ucap gadis yang memakai t-shirt berwarna putih dengan tulisan Admerch di bagian punggungnya itu. Ya, Denira tengah memakai t-shirt dari distro Arga.
Arga mengambil ponsel yang berada di atas ransel dan memperlihatkan benda tersebut pada Denira. "Hape aku rusak."
Denira mengangguk, "nanti beli lagi aja, kamu kan banyak uangnya." Kekeh Denira, kali ini ia berusaha untuk mengerti Arga. Denira bisa saja marah karna Arga tiba-tiba saja menghilang dan tidak ada kabar, atau mencerca Arga dengan banyak pertanyaan. Namun, semua itu tidak di lakukan olehnya karna ia tau Arga memiliki alasan.
"Kamu belum makan kan? Aku beli ketoprak kesukaan kamu lho." Ucap Denira sembari mengambil kotak makan miliknya dari dalam paper bag.
"Kenapa bisa tau?"
Denira menatap Arga, "taulah, kamu kan pernah ajak aku makan di sana."
"Bukan."
Denira merenyit bingung, "lalu?"
"Kenapa bisa tau aku disini?"
Denira menghela napas pelan, ia membuka kotak makan tersebut lalu memberikannya pada Arga. "Tadi pagi mama nyuruh aku bawa bekal, karna bekalnya udah aku makan, jadi ketropraknya aku masukin kesini, sebelumnya udah di cuci kok."