Denirarga | Part 6

743 38 13
                                    

Sederhana, namun terasa hangat dan juga nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sederhana, namun terasa hangat dan juga nyaman.

Happy Reading..

***

Medical Room, Universitas Bayanaka.

Denira berada di sana bersama Arga dan beberapa panitia termasuk dua panitia dari jurusan nya bahkan Sarah dan Lisa pun langsung melesat ke tempat itu saat mendengar kabar jika Denira terluka. Saat ini luka nya sudah selesai di balut oleh salah satu panitia dari jurusan kesehatan, Denira bahkan tidak sadar jika luka nya lumayan dalam seperti ini dan banyak darah juga yang keluar.

Denira menghela napas, saat itu Denira hanya memikirkan bagaimana cara nya agar bisa keluar dari sana. Ia tidak berpikir siapa yang melakukan, mengapa bisa terkunci dan lampu tiba-tiba saja menjadi padam. Ya, seperti yang tengah di perdebatkan para senior nya itu di ruangan lain, masih area medical room hanya saja berbeda ruangan dengan tempat Denira.

"Lo ga papa, Dey?" Tanya Sarah yang mendekat ke arah tempat tidur yang di tempati Denira.

"Ga papa, Sar." Denira tersenyum.

"Untung kak Arga nyari lo ke jurusan kita tadi, ga ada yang ngeh Dey, semua asyik karna acara nya." Ucap Lisa.

"Sorry ya, kita juga lupain lo. Harus nya gue nemenin lo tadi." Lanjut Sarah merasa menyesal.

"Ga papa lagi, kan gue yang mau sendiri. Lagian ini bukan apa-apalah besok juga sembuh." Sahut Denira sembari menatap telapak tangan nya yang di balut oleh perban.

"Kak Arga kalo marah serem ya," Ucap Lisa bergidik ngeri.

Ya, Denira bisa mendengar Arga tengah meluapkan kekesalan nya pada panitia pembimbing dari jurusan nya di ruangan yang bersebelahan dengan ruangan Denira. Arga memang seperti itu, ia akan marah jika terjadi suatu hal buruk menimpa orang yang berharga untuk nya. Bahkan saat Ariana sakit, ia marah pada Adrian. Dan pada hari kematian Ariana, rasa marah itu berubah menjadi benci.

"Seharusnya kalian sebagai pendamping, sebagai pembimbing bisa memastikan peserta kalian itu lengkap."

"Tapi lo ga bisa menyalahkan kita sepenuhnya gitu dong, Ga. Kita kan berpikir memang dia lagi ke toilet." Sahut Edo membela diri, lelaki bertubuh besar yang berbicara pada Arga saat Arga datang ke tempat ospek jurusan nya.

"Kalian tau udah berapa lama dia ke toilet? Engga kan?!" Suara Arga meninggi. "Sebagai pembimbing harus nya kalian bisa memastikan itu sejak dia izin ke kalian!"

Semua nya terdiam..

"Kalian masuk hima buat apa sih? Gegayaan? Balas dendam? Ospek sekarang ga kaya gitu."

Glek...

Gladys menelan ludah nya, ia merasa tersindir oleh kalimat Arga yang menusuk dan lagi mengapa Arga terlihat peduli sekali dengan mahasiswa baru itu? Benar-benar aneh dan menyebalkan.

DENIRARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang