Untuk mengisi waktu kosong sekaligus menjawab rasa kepoku yang mulai mengakar dalam, aku bertanya ke seseorang yang ada di depanku.
"Kenapa akhir-akhir ini kau suka menulis? Memangnya, apa istimewanya jadi seorang penulis?"Sekejap, dia memandangku dengan wajah heran. Lantas, sambil tersenyum dia berkata, "Kau tahu? Ide yang pernah terlintas di kepalamu, mimpi-mimpi yang pernah kau rajut saat itu, akan tiba masanya dimana kau melupakannya. Aku menuliskan semua itu agar kelak ketika otakmu melupakannya, kita bisa menelisik kembali jejak itu. Jika bukan untuk mengingatnya kembali, setidaknya kita juga telah memberikan kontribusi pola pikir ke dunia, kan? Aku yakin, dibalik banyak hal yang kelak akan kutuliskan, mungkin satu atau dua hal akan sampai ke orang yang tepat, kepada mereka yang membutuhkan arah dan jalan untuk pulang. Aku yakin, sekalipun tulisanku tidak sebagus mereka yang benar-benar berkecimpung di dunia kepenulisan, suatu saat tulisanku akan dibaca satu-dua orang. Aku tidak muluk-muluk, berharap yang membacanya akan mendapat pencerahan atau inspirasi. Setidaknya, jika bisa sedikit saja menghibur mereka, bukankah itu juga sebuah kebaikan? Apa kau lupa, aku diciptakan untuk menyebarkan kebaikan?"
"Ya, kau memang kuciptakan untuk menyebarkan kebaikan, Bayang." Aku menatapnya sambil tersenyum.
Sosok di depanku, orang yang ada dibalik cermin itu menatapku dengan tersenyum pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop - 3 Menit Untuk Selamanya
Short StoryTerkadang, hal yang singkat dalam hidup memberikan kesan yang lebih mendalam Kadang pula, sesuatu yang terlihat sederhana memberikan pelajaran yang berharga Dan mungkin saja, peristiwa yang tidak banyak orang tahu justru yang membuatnya bermutu Kale...