25. Tes Pendengaran

22 2 0
                                    

Terkadang, kita tidak merasa bahwa diri kita justru yang serba kekurangan

Terkisahlah pasangan muda yang harmonis, tidak pernah ada cek-cok dalam rumah tangganya. Si istri yang memiliki paras cantik dan bersuara merdu itu tidak pernah membantah, apalagi membentak suaminya. Kata-kata yang terlontar dari mulut mungilnya itu selalu berisi kebajikan dan selalu menenangkan. Ia juga menjadi seorang pendengar yang baik ketika sang suami sedang ada masalah. Sungguh sangat jarang tipe istri yang seperti itu di zaman sekarang. Karena itulah, sang suami selalu memanjakan istrinya. Ia juga bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk pujaan hatinya itu.

Namun, seperti roda yang berputar. Kehidupan yang harmonis itu tidak selamanya langgeng. Mulai muncul masalah-masalah kecil karena kurang cocoknya komunikasi diantara keduanya. Terkadang apa yang ditanyakan suami, jawaban si istri justru aneh dan tidak sesuai pertanyaan. Kadang juga, si istri membentak suaminya tanpa sebab yang jelas. Sang suami menduga, ada masalah di pendengaran istrinya. Begitulah pikirnya.

Karena kasih sayangnya yang begitu besar, dia pun memutuskan untuk menemui seorang dokter spesialis pendengaran untuk konsultasi. Dia berencana mengobati istrinya diam-diam. Dirinya merasa tidak enak hati untuk memberitahukan bahwa istrinya mungkin mulai tuli.

Ketika sampai di ruangan dokter spesialis itu, sang suami kemudian masuk dan bertemu dengan seorang pria berwajah ramah memakai kemeja putih, khas pakaian yang dipakai para dokter. Pria berwajah ramah itu kemudian mempersilahkan ia duduk dan menanyakan permasalahannya.

"Begini, Dok. Sepertinya, pendengaran istri saya ada sedikit gangguan. Saya khawatir jika dibiarkan seperti itu terus, istri saya akan beneran tuli, Dok. Namun, saya juga tidak ingin istri saya mengetahui ada kekurangan di pendengarannya. Saya khawatir dia akan tertekan, Dok. Ada saran tidak untuk memperbaiki pendengarannya, tetapi secara diam-diam?"

"Memang seberapa parah kasusnya?" tanya dokter spesialis itu, masih dengan senyum ramahnya.

"Saya tidak tahu seberapa parahnya, Dok. Tapi kadang, saat saya panggil istri saya tidak menyahut."

"Oh, kalau begitu. Coba deh, tes pendengarannya dengan seperti ini ...."

Dokter spesialis itu pun menjelaskan cara mudah untuk mengetahui kepekaan pendengaran seseorang. Ia menyarankan agar sang suami memanggil istrinya dari jarak lima meter. Jika tidak ada respon, panggil lagi dengan jarak empat meter jauhnya. Jika masih belum ada respon, panggil lagi dengan jarak yang lebih dekat, tiga meter, dan seterusnya sehingga ia bisa tahu seberapa parah pendengaran si istri.

Mengikuti saran dokter, sang suami yang baru saja balik ke rumah mencoba mempraktekannya. Terlihat, si istri sedang asyik memasak di dapur. Sang suami perlahan mendekati istrinya sambil tersenyum.

Dari jarak kurang lebih lima meter, sang suami bertanya, "Masak apa hari ini, sayang?" Namun, si istri masih tetap asyik memasak.

Mendapati kenyataan kalau istrinya tidak merespon, sang suami hanya tersenyum getir. Ia merasa dugaannya tepat kalau istrinya ada masalah di pendengaran.

Kemudian, sang suami melangkahkan kaki, mendekati istrinya lagi. Dari jarak empat meter, sang suami kembali bertanya, "Masak apa hari ini, sayang?" Sama saja, tidak ada respon dari si istri.

Sang suami pun melangkah lagi. Dari jarak tiga meter, dia bertanya, "Masak apa hari ini, sayang?" Namun tetap saja, tidak ada respon dari si istri.

Sebegitu burukkah pendengaran istriku sekarang? pikir sang suami.

Akhirnya, dia memutuskan untuk melangkah mendekati istrinya dan berdiri tepat di belakangnya. Ia kemudian memajukan kepalanya sehingga lebih dekat lagi ke telinga si istri. Dengan suara yang agak keras, ia bertanya kepada istrinya, "Masak apa hari ini, sayang?"

Si istri membalikan badannya menghadap sang suami. Dia melototi suaminya sambil berteriak, "Untuk keempat kalinya kubilang, Sop Burung Hantu. Dasar budeg!"

Kaleidoskop - 3 Menit Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang