5. Dear Diary

53 6 2
                                    

Dear Diary ....

Matahari belum muncul. Semilir angin lembut membelai, menyejukan hatiku yang sedang layu. Hari ini, pagi-pagi buta, setelah salat subuh di masjid, aku harus segera pergi. Pergi mengais barang-barang rongsokan, sebelum truk sampah mengambilnya dari tempat sampah para warga. Hari ini Ibu sakit, Ry. Aku lagi butuh uang, buat beli obat, juga buat beli susu untuk adik. Aku sedih, Ry.

Oh ya, Ry. Entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi lebih sensitif. Aku miris menyadari betapa aku "Sendiri".
Ya, aku sendiri, Ry.
Aku yang punya banyak saudara seiman, sebangsa, dan setanah air, mengapa mereka tak menolong kami, ya, Ry? Mengapa mereka tak sejenak singgah untuk menyampaikan sekadar simpati?
Ah, mungkin mereka lagi sibuk. Aku sedih. Tapi ah, aku terlalu kekanak-kanakan ya, Ry?
Mereka pasti punya banyak urusan. Juga banyak ukhuwah yang harus mereka rajut.
Aku harus berprasangka baik, ya, Ry. Aku yakin kok, mereka yang sedang sibuk, sedang memikirkan nasib kami, orang-orang lemah. Aku yakin mereka yang sedang sibuk, sedang bekerja untuk kesejahteraan banyak umat, bukan hanya untuk dirinya dan keluarganya saja. Aku yakin, para pemuda yang sedang duduk di bangku kuliah, di ruang yang sejuk ber-AC, mereka juga sedang memikirkan kami. Aku yakin, cita-cita dan mimpi mereka bukan hanya ambisi pribadi. Bagi mereka, memperkaya diri sendiri itu terlalu mudah. Mereka orang-orang hebat. Aku yakin, suatu saat mereka akan sejenak meninggalkan kesibukannya, untuk menolong kami. Ya, aku yakin, Ry. Kamu juga yakin, kan, Ry?
Ya, aku harus berprasangka baik. Masih banyak saudara-saudaraku yang lebih menderita, yang kelaparan, diperangi di belahan bumi lainnya. Aku egois ya, Ry?

Namun ada ngilu, saat kulihat segerombolan muslimah berjilbab turun dari Mercy, keliling-keliling mall dan makan di restoran megah. Ada yang tergores saat melihat para mahasiswa yang nongkong di kafe-kafe sepulang dari kampus, sembari ngobrol dengan temannya. Aku melihat semua itu kemarin, saat membeli susu buat adik. Mataku basah tiba-tiba. Aku sayang mereka, Ry ....

(Sebuah tulisan yang dulu aku ambil lupa entah dari mana dan aku jadikan sebagai referensi untuk salah satu cerpenku. Ada yang penasaran dengan isi cerpennya? Bisa ditengok sendiri di karya yang berjudul Jalan yang Bengkok milik komunitas AWwriters dengan judul chapter yang sama ^_^ Sekalian promosi wkwk)

Kaleidoskop - 3 Menit Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang