Bagi banyak orang, berdebat dengan orang sotoy itu menjengkelkan. Saya pun kadang merasa kesal karenanya. Bagi mereka, berdebat itu bukan untuk mencari kebenaran, tetapi sarana untuk mencari sensasi, memperlihatkan diri mereka superior dan hebat dalam banyak hal, yang kadang justru kenyataannya hanya bisa menahan tawa.
Kalau menghadapi orang seperti itu, begitu dibantah pasti berbelok ke arah yang lain. Karena sejak awal, tidak ada niat yang beres di otaknya. Tapi bagaimanapun, berdebat dengan orang sotoy, apalagi yang menggebu, tidak usah diambil pusing. Dinikmatin saja, setidaknya kita dapat hiburan darinya. Lebih dari itu, boleh jadi menjadi bahan tulisan yang bisa dibaca banyak orang seperti ini.
Ya, berdebat dengan orang sotoy terkadang mengasyikan karena kita tidak perlu memakai isi otak kita untuk menjawabnya. Cukup bermodalkan bacotan, semua akan mengalir begitu saja. Seperti halnya kala itu, saat orang yang katanya pintar itu mengajakku berdiskusi tentang isu yang sedang hangat diperbincangkan banyak orang.
"Bro, loe tahu ga? Sekarang harga masker melonjak tinggi. Gara-gara virus Corona tuh, banyak hal berubah di sekitar kita."
Dia tanpa babibu langsung nyerocos, tanpa menghiraukan ekspresiku yang kesal karena diganggu saat menikmati sarapanku di kantin. Dia langsung menggeser kursi dan duduk di depanku. Dengan sekali ayunan, sebutir bakso yang ada di mangkok berhasil digondol olehnya. Aku hanya bisa menghela nafas melihat kelakuannya itu.
"Ah, iya. Kamu kan jarang update berita-berita kayak gini. Atau jangan-jangan, kamu ga tahu tuh, virus corona itu apa?" katanya sok mengerti isi pikiranku.
Tanpa menunggu jawaban dariku, dia nyerocos, menjelaskan tentang virus corona. Virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China itu memang menjadi trending topic di awal tahun 2020. Pasalnya, meskipun tergolong virus baru, tetapi penyebarannya sangat cepat. Apalagi virus yang memiliki nama resmi Covid-19 itu tergolong virus mematikan. Tercatat sudah lebih dari dua puluh empat ribu orang dari berbagai negara yang positf terjangkit corona dengan hampir lima ratus orang meningggal karenanya.
Siapa juga yang ga tahu tentang virus corona. Orang awam saja yang kudet pasti bakalan tahu, lah. Paling engga sempet mendengarnya di TV atau di sosmed. Toh, itu sudah menjadi trending topic saat ini, gerutuku dalam hati. Tapi eh, selama dia nyerocos ga jelas, kok tercium bau-bau yang kurang sedap yang cukup familiar di otakku. Spontan, aku menutup hidungku.
"Kamu habis makan pete, ya?" tanyaku di tengah penjelasannya. Dia terlihat tidak senang saat aku memotong penjelasannnya yang mungkin menurutnya itu sangat penting untuk kuketahui.
"Ah, loe ini ya. Main motong penjelasan orang. Makanya dengerin dulu sampai akhir," katanya sewot. "Gini, ya, menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa S3 lulusan Harvard University, jengkol sama pete bisa mencegah menularnya virus corona ke diri kita."
"Hah? Beneran?" tanyaku kaget. Soalnya setahuku, jahe merah, kunyit, dan rempah-rempah lainnya yang mengandung antioksidan tinggi yang bisa melindungi diri kita dari serangan virus. Dan itu sebenarnya bukan mencegah menularnya virus, tetapi untuk menjaga kondisi tubuh selalu fit agar tidak mudah terserang penyakit. Kalau benaran jengkol dan pete bisa menghentikan penularan virus corona, itu menjadi sebuah terobosan yang menarik. Akan ada banyak nyawa yang bisa selamat karenanya. Begitulah pikirku.
"Iya, loe sih ga update berita. Makanya gue kasih tahu. Sekarang sudah ada obatnya untuk penyakit Corona. Cukup rutin makan pete dan jengkol, dijamin bakalan terhindar dari Corona Virus."
"Kok bisa? Loe yakin itu bukan hoaks?" tanyaku setengah tidak percaya.
"Bener tahu. Beritanya juga dari WHO. Aku yakin 100% pete dan jengkol bisa membunuh virus corona, makanya aku makan tiap hari. Kamu juga harus makan!"
"Mana sih beritanya? Penasaran aku."
"Nih, lihat sendiri nih." Dia kemudian memperlihatkan sebuah postingan di instagram.
A news from WHO. For a protection against COVID-19, take raw jengkol and pete at 200 grams twice a day, each morning and evening. They won't do anything to your health but at least, they keep people at a great distance from you. So, it's still a protection.
Dan di bagian komentar tertulis, #just for fun. Aku langsung menatap iba pada temanku.
"Kamu tahu, maksud dari postingan itu?"
"Ya jelaslah. Kita disuruh makan pete dan jengkol, kan?"
"Haduh." Aku menepuk jidat melihat kebodohan temanku itu. Kok bisa ada orang seperti temanku ini?
just for your info: Tulisan ini sebenarnya sudah dibuat jauh-jauh hari. Tetapi karena saat itu sedang panas-panasnya masalah Corona, termasuk masalah penimbunan masker dsb, akhirnya saya putuskan untuk tidak mempublikasikannya di medsos. Namun sekarang, kuharap tulisan ini bisa menghiburmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop - 3 Menit Untuk Selamanya
Short StoryTerkadang, hal yang singkat dalam hidup memberikan kesan yang lebih mendalam Kadang pula, sesuatu yang terlihat sederhana memberikan pelajaran yang berharga Dan mungkin saja, peristiwa yang tidak banyak orang tahu justru yang membuatnya bermutu Kale...