14. Be Free Not Cheap

22 2 0
                                    

Seorang gadis muda yang masih mencari jati diri terjerumus dalam pergaulan bebas. Seorang cowok yang merupakan teman masa kecilnya datang untuk menasehati. Namun, sang gadis justru membentaknya.

"Apa salahku? Ini hidupku, ini tubuhku! Mau aku drugs, mau seks, mau mabuk-mabukan, apa urusan orang lain?" ucap gadis itu dengan suara yang meninggi.

"Jika memang yang kau lakukan benar, kenapa kamu marah? Kenapa kamu peduli dengan perkataan mereka? Bukankah itu artinya, dari lubuk hatimu yang terdalam kamu merasa ada yang salah?"

"Apa salah jika aku menjalani kebebasan?"

Sang cowok hanya menghela napas melihat teman masa kecilnya yang sudah berubah jauh. Ia masih ingat, dulu teman masa kecilnya selalu tersenyum, selalu ceria dengan wajah berseri-seri. Ia juga dikenal kalem dan penurut.
Namun sekarang .... Cowok itu hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.

"Dis, Be Free not Cheap ...," ucapnya iba.

Mendengar kata-katanya yang tidak menyebalkan, tidak seperti ucapan kasar kedua orang tuanya itu, keras hatinya pun mulai luluh.
Akhirnya, sang gadis pun tersadar. Atau mungkin saja dia sudah tahu sebelumnya, hanya saja ia terus mengingkarinya. Bahwa apa yang ia lakukan selama ini bukanlah membuatnya bebas, melainkan merendahkan martabat dirinya sebagai seorang wanita.

Sang gadis mulai menangis menyesali semua perbuatannya. Sambil meneteskan air mata, sang gadis pun bertanya, "Apa belum terlambat bagiku untuk berubah?"

"Tentu saja. Kau belum terjerumus terlalu dalam," ucap cowok itu dengan tersenyum.

"Maukah kamu membantuku keluar darinya?"

"Dasar! Mana mungkin aku membiarkanmu melewati masa-masa sulit sendirian."

Sambil tersenyum, si cowok kemudian menarik hidung si gadis, seperti yang biasa ia lakukan dulu ketika si gadis menangis. Dulu saat kecil, hal itu selalu menjadi obat yang manjur agar si gadis kembali tersenyum. Namun, entah kenapa sekarang tidak semanjur dulu.

"Kau ingin merasakan kebebasan, bukan? Tenang saja, akan kuperlihatkan apa arti kebebasan. Yang pastinya akan membuatmu benar-benar bahagia, bukan kebahagiaan semu semata," ucap cowok itu.

Si cowok kemudian mengajaknya pergi dari tempat ini. Semenjak saat itu, mereka menghilang bagai ditelan bumi. Begitu pula kabar tentang seorang gadis pelacur yang meresahkan masyarakat sekitaran sini, lambat laun mulai terlupakan.

Namun, tiga tahun dari kejadian itu, aku mendengar kabar kalau si gadis menjadi penulis dan motivator hebat yang sedang naik daun. Aku turut bahagia melihat temanku itu bisa sukses di jalan barunya. Aku yakin, ia sekarang lebih bahagia.

"Hei, ngapain ngalamun," ucap seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang.

Aku membalikan badan dan mendapati seorang ibu muda dengan pakaian minim sedang menghisap cerutunya. Ia tidak lain adalah pemilik penginapan ini.

"Ah, bukan apa-apa, Mi." ucapku sambil tersenyum manis. Senyum penuh kebohongan, senyum yang selalu bisa menggait ikan-ikan besar.

"Sudah, jangan ngelamun! Kau harus bersiap-siap, berdandan yang cantik. Tangkapan kita besar kali ini, seekor tuna. Jangan sampai mengecewakannya, ya?" ucapnya sambil menghembuskan asap rokok dari cerutunya.

"Beres, mi. Aku jamin, dia tidak akan kecewa."

"Baguslah kalau kamu paham," balasnya sambil menepuk-nepuk pundakku.

Wanita itu kemudian membalikan badan dan meninggalkan ruanganku.

Dalam kesendirian, aku kembali mengenang tentang sahabatku itu. Untunglah, kamu tidak terjerumus terlalu dalam ke dunia yang seperti ini. Kamu memang tidak sepantasnya berada di sini. Maafkan aku yang sudah mengenalkan hal buruk padamu, batinku.

Aku membuka peralatan riasku. Kemudian, kuarahkan pandanganku ke cermin besar yang ada di depan. Terlihat sesosok gadis ideal nan cantik, dengan rambut sebahu sedang tersenyum. Namun, entah kenapa ada segaris air mata mengalir di pipinya.

Kaleidoskop - 3 Menit Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang