GENGGAMAN tangan Jiyong pada gadis dihadapannya tiba-tiba mengerat. "Jadilah kekasihku, Lalisa," pintanya serak.
"Are you crazy, huh?!"
"Yeah, aku gila karenamu."
"Stop it! Aku tidak mungkin menjadi kekasihmu," ujar Lalisa pelan.
Gadis itu membalikkan tubuhnya, menghadap bak cuci piring seraya memeluk kedua lengannya.
"Why?" tanya Jiyong dengan suara berat dan seraknya.
Sepanjang hidupnya, Jiyong tidak pernah menerima penolakan. Pria itu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Saat Jiyong ingin berkencan dengan wanita manapun, pria itu akan melakukannya. Wanita yang ingin diajak Jiyong untuk berkencan tidak akan pernah menolak.
"Kenapa, Lalisa? Kenapa kau tidak mungkin berkencan denganku?" tanya Jiyong lagi.
"Karena aku tidak menyukaimu. Kau bukanlah tipe pria idamanku," ujar Lalisa tanpa sedikitpun menatap ke arah Jiyong.
Gadis itu masih membelakangi Jiyong, membuat pria itu kesal dan menarik lengan gadis itu dengan kasar. Lalisa tersentak, terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Jiyong.
"Kau tidak bisa menolakku," desis Jiyong.
"Tentu saja aku bisa, Tuan Kwon Jiyong. This is my life. Aku punya kendali penuh atas diriku. Berkencan denganmu atau tidak, itu adalah urusanku," ujar Lalisa tenang mengabaikan rasa sakit di lengannya karena genggaman Jiyong yang begitu kuat.
"Aku tidak peduli kau mau atau tidak. Kau kekasihku mulai dari sekarang."
"Kau tidak bisa seenaknya seperti itu, Tuan," ujar Lalisa kesal.
Berani sekali pria itu, pikir Lalisa. Lalisa tidak suka orang lain mengatur hidup dan keputusannya. Ini hidupnya, dan hanya dia yang berhak atas itu.
"Tentu aku bisa, Sayang. Kau berhutang hidup padaku. Kau pikir siapa yang membawamu pergi dari apartemen yang mirip tempat sampah itu?"
Lalisa tersenyum miring. Gadis itu menatap Jiyong dengan malas. "Kau pikir siapa yang membuatku berakhir seperti ini? Karena hubungan sialanmu itu, aku jadi seperti ini. Pelacurmu itu menuduhku merebutmu darinya. Asal kau tahu saja, Tuan Kwon. Tidak ada sedikit pun rasa ketertarikanku untukmu," ujar Lalisa dengan ketenangan yang luar biasa.
Lalisa menepis kasar tangan Jiyong di lengannya, kemudian melangkah menjauh dari pria yang masih saja diam setelah mendengar ucapannya tadi.
Langkah kaki gadis itu terhenti, tanpa menoleh Lalisa kembali berujar. "Ah! Dan perlu juga kau tahu, Tuan Kwon. Kau bukanlah satu-satunya orang yang datang menyelamatkanku saat itu. Kau hanya yang kedua. Kau hanyalah cadangan saat dia tidak bisa membawaku keluar dari sana."
Ya. Nyatanya adalah Jiyong bukanlah satu-satunya yang gadis itu hubungi.
.
.
.Lalisa keluar dari dalam kamar dengan pakaian yang gadis itu kenakan saat Jiyong membawanya keluar dari apartemen kumuh miliknya.
Pakaian itu sudah bersih dan wangi karena Jiyong telah mencucinya. Lalisa berjalan menuju pintu keluar dan melihat Jiyong tengah duduk di sofa ruang tamu.
"Mau kemana?" tanya Jiyong seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Pergi, apalagi? Aku tidak punya alasan lagi untuk tetap berada disini."
"Tidak. Kau tidak akan pergi kemana-mana malam ini."
"Kau tidak bisa mengaturku, Tuan Kwon. Kau bukan siapa-siapa,"
![](https://img.wattpad.com/cover/205882050-288-k522098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (JILICE) Happy Ending Version
FanfictionIni tentang kisah cinta antara dua anak manusia. Kwon Jiyong dan Lalisa Park. Dua kepala dengan pemikiran rumit. Dua hati dengan banyak lubang mengangah di dalamnya. Dua kehidupan yang sialnya tidak sesempurna di depan kamera. "But, you plus me sadl...