Episode 25

3.9K 348 147
                                    

GADIS itu melirik malas ke arah Jiyong sembari menyendok makanannya sendiri. "Kenapa tidak dimakan?" tanyanya mulai jengah dengan tingkah lelaki itu.

"Aku lebih suka sarapan ala rumahan," jawab Jiyong sambil menyeruput susu cokelat hangatnya.

Lalisa berdecak dan menghela napas kasar. "Seharusnya anda berterima kasih, karena saya bersedia menyiapkan sarapan untuk anda. Saya bukan istri anda!" kata Lalisa cepat.

"Hmm," jawab Jiyong datar. "Kalau begitu, kembalilah dan jadilah istriku!"

Lalisa tertawa keras, "Kau masih mabuk, ya?" tanya Lalisa ketus. "Jangan bicara omong kosong seperti itu! Kau membuatku muak. Cepat habiskan sarapanmu dan segera pergi dari sini!"

"Aku akan pergi setelah kau mau menemaniku untuk makan siang hari ini," balas Jiyong sembari menyandarkan punggung ke sandaran kursi.

"Who do you think you are, huh? Berani sekali kau mengaturku ini dan itu!"

"Kalau kau tidak bersedia, aku tidak akan pergi dari rumahmu," Jiyong tetap bersikeras dengan pendiriannya.

Membuat Lalisa marah adalah sebuah kesenangan bagi Jiyong. Menarik atensi gadis itu bagaikan sebuah air yang membasahi tandusnya kehidupannya. Menyegarkan.

Tepat di pukul dua belas siang akhirnya Lalisa menyerah. Gadis itu akhirnya pasrah karena melawan Jiyong itu akan berakhir sia-sia untuknya.

Jiyong bersenandung kecil sembari memainkan kunci mobilnya, sedangkan Lalisa, gadis itu terus saja memasang wajah masam. Mobil mewah Jiyong terparkir dengan begitu rapih di depan rumah Lalisa. Gadis itu terpaku, dia akan menaiki mobil penuh kenangan itu lagi, rasanya akan membuat Lalisa tidak nyaman.

Lalisa berdiri di samping mobil super mewah Jiyong- sebuah mobil sport keluaran terbatas. Dan melihat Jiyong persis di depannya, memandangnya dengan tatapan datar yang khas, namun begitu Lalisa melihat pada matanya tersimpan banyak kerinduan untuknya. Hati Lalisa tiba-tiba berdesir kembali. Desiran yang telah lama Lalisa lupakan.

Lalisa tiba-tiba merasa gugup saat di- pandang seintim itu oleh Jiyong. Pria yang dia anggap masa lalunya. "Aku tidak peduli kau memiliki kesibukan setelah ini. Tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dariku, Lalisa."

"Apa?"

"Aku membutuhkan banyak waktu untuk membahas banyak hal denganmu," setelah mengucapkan itu, Jiyong membuka pintu mobilnya. "Masuk!" perintahnya datar.

Lalisa terkesiap. Sialan! Dia selalu seenaknya, pikir Lalisa menggerutu.

.
.
.

Sup, olahan daging ayam dan sapi, kimchi serta nasi tersaji di meja. Dua gelas champagne juga memenuhi meja itu. Suara dentingan halus khas orang yang sedang menikmati hidangan terdengar begitu elegan baik dari Lalisa maupun Jiyong.

Lalisa bukannya tidak sadar dengan tatapan tajam Jiyong yang sejak awal tidak melepaskan sepasang iris gelapnya itu pada dirinya. Hanya saja, Lalisa merasa harus bersikap acuh. Gadis itu tidak akan membiarkan Kwon Jiyong bersikap seperti dulu kepadanya. Sewenang-wenang. Lalisa yang sekarang sudah berbeda.

Gadis itu memakan santapan siangnya dengan begitu hikmat seperti layaknya sedang menikmati waktunya sendiri, menganggap Jiyong tidak ada. Lalisa juga cukup menyadari bahwa Jiyong selalu berusaha mencari perhatiannya dan pastinya pria itu sedang menahan kekesalannya. Dan gadis itu tidak peduli sama sekali. Karena ia tidak akan membiarkan dirinya terjatuh ditempat yang sama.

Lihat saja, sampai sejauh mana kau bertahan, Kwon Jiyong, katanya dalam hati.

Memang, kekecewaan dan kemarahan kepada Jiyong sudah memudar. Sesaat setelah Ia melihat bagaimana kacaunya Jiyong. Mendapati pria itu mabuk, kekecewaannya perlahan hilang. Dan sikap Jiyong yang seperti saat ini memang tidak bisa Lalisa tampik bahwa pria didepannya masih sama dengan pria yang menginginkannya dulu, karena pernyataan Jiyong saat pria itu mabuk tadi malam membuatnya tahu bahwa Jiyong menginginkan terjalinnya hubungan di antara mereka kembali. Memilikinya. Memiliki dalam artian sesungguhnya.

Bad Romance (JILICE) Happy Ending VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang