Episode 4

4.2K 371 62
                                    

ORANG-ORANG dalam satu set sofa beludru itu memekik kaget. Melotot pada pemandangan dihadapan mereka.

"I don't know anything, but I wanna know you," ujar Jiyong dan setelahnya bibir mereka bertemu.

Lalisa tidak bereaksi sama sekali, bahkan saat suara lengkingan Seungri masuk ke gendang telinganya, gadis itu masih tetap diam dalam posisinya.

Jiyong menyeringai dalam ciumannya. Bibirnya melumat bibir Lalisa dengan begitu intens. Menjilat bibir yang begitu sensual itu dengan lidahnya, seakan-akan bibir itu adalah sebuah permen bertangkai.

Kedua mata Lalisa menggelap. Dia berada di ambang batas kesabaran. Jika yang tengah menciumnya bukanlah G-Dragon ia sudah pasti mendorong lelaki itu di detik pertama. Lalisa memiliki alasan. Ya, gadis itu memiliki alasan untuk tidak menampar wajah Leader Big Bang itu.

"Akh!" Jiyong berteriak. Meringis kesakitan sembari memegang sudut bibirnya.

"Brengsek!" maki Jiyong, pria itu menatap tajam ke arah Lalisa, sedang gadis yang tengah ditatapnya bangkit dari duduknya lalu meraih sebotol beer dan menenggaknya hingga tandas.

Tetesan air mengalir turun, membasahi leher jenjang gadis itu. Nafasnya memburu, meminum beer dalam sekali tegukan memang bukan hal yang patut dibanggakan, tapi Lalisa tidak punya pilihan lain untuk dapat meredakan emosinya dengan cepat.

Lalisa menyekah bibirnya dengan kasar. Tidak perduli akan warna perona bibirnya yang bisa saja memudar.

"Bersyukurlah karena aku hanya menggigit bibirmu, Tuan Kwon," ujar Lalisa. Gadis itu meletakkan botol beer kosong itu di atas meja.

Kedua iris gelap itu menatap datar ke arah Jiyong. "Jika kau melewati batasanmu lagi, aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang lebih gila daripada itu. Aku bisa saja melakukan sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya, Tuan Kwon Jiyong."

Itu bukanlah sebuah ancaman, itu hanya sebuah pemberitahuan. Ya, sedikit informasi untuk Jiyong bahwa gadis dihadapannya itu bukanlah seperti gadis-gadis murahan yang ada disekitaran pria itu.

Lalisa bukanlah jenis perempuan yang bisa dengan mudah di taklukkan sekalipun pria itu sekelas G-Dragon.

.
.

Jiyong tersenyum dibalik kemudi mobilnya. Tepat pukul empat pagi, pria itu keluar dari dalam klub. Bayangan akan kejadian beberapa jam lalu masih begitu melekat diingatannya. Bagaimana menggodanya wajah marah Lalisa. Bagaimana manisnya bibir gadis itu. Bagaimana seksinya kedua mata itu saat menatapnya. Jiyong masih mengingatnya, seakan-akan itu adalah sebuah lagu tidur yang selalu ia senandungkan setiap malam.

Awalnya Jiyong tidak benar-benar ingin mencium gadis itu. Pria itu hanya ingin menempelkan bibirnya saja disana, tapi entah kenapa ada hasrat untuk merasakan bibir gadis itu.

Jiyong tidak menyangka bahwa bibir Lalisa benar-benar terasa manis. Ciuman sepihak itu begitu memabukkan. Sungguh berhasil membuat Jiyong terlena.

"Aku harus menciummu lagi, Lalisa Park. Harus!"

* * *

Sudah lebih dari satu minggu sejak pertemuan mereka di Monkey Museum, keduanya tidak pernah bertemu lagi. Selain karena mereka berada di agensi yang berbeda-tentu saja, hingga kemungkinan untuk keduanya bertemu juga sangat kecil.

Kesibukan Lalisa membuat gadis itu melupakan pelecehan yang Jiyong lakukan padanya. Jujur saja, Lalisa sebenarnya enggan untuk berurusan dengan artis-artis dari mantan agensinya itu, karena itulah Lalisa tidak begitu ambil pusing dengan sikap kurang ajar Jiyong meskipun gadis itu sungguh kesal.

Bad Romance (JILICE) Happy Ending VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang