Meski jika aku mencoba menghapuskanmu seperti sampah
Meski jika aku mencoba tidak menerimamu seperti ketika aku minum obat yang pahit
Meski ketika aku memuntahimu setelah mabuk pada dini hari
Meski ketika aku membuatmu mundur seperti jam yang telah rusak
Jangan tinggalkan aku....
Jangan pergi....LALISA meminta waktu Jiyong sebentar. Ada yang ingin Ia katakan, begitu yang Lalisa bilang dan tentu saja Jiyong mengiyakannya tanpa banyak berpikir.
Jadi, disinilah mereka. Di area parkir di depan mobil Jiyong. Keduanya hanya diam. Jiyong menundukkan kepalanya begitu dalam. Pria itu ingin sekali memeluk tubuh itu. Menghirup aroma Lalisa yang begitu Jiyong rindukan. Jiyong ingin mengatakan semua kata-kata maaf padanya. Mengatakan betapa menyesalnya dia. Mengatakan betapa Ia butuh pengampunan gadis itu, tapi Lalisa sudah menegaskan dengan jelas bahwa Ia tidak ingin Jiyong mendekatinya lebih dari ini.
Jarak mereka tidak jauh- mungkin sekitar lima meter. Lalisa berdiri menatap Jiyong.
"Jangan menyiksa dirimu lebih dari ini," tutur gadis itu. "Sudah berapa lama Oppa tidak tidur?" tanyanya.
Jiyong tidak menjawab. Pria itu hanya menatap sepatunya dalam diam. Kedua tangannya terkepal erat. Jiyong berusaha menahan dirinya untuk tidak menghambur ke arah Lalisa dan memeluk gadis itu.
"Lihat kantung mata itu. Kau sudah seperti Panda dengan kantung mata yang menghitam itu," komentar Lalisa.
Sejenak keheningan melanda keduanya. Jiyong masih senantiasa menunduk. Pria itu tidak berani menatap ke arah Lalisa. Pria itu takut apabila Ia menatap mata itu, dia akan menemukan sorot kebencian di kedua mata kekasih itu. Kekasih? Apa Jiyong masih pantas menganggap Lalisa sebagai kekasihnya? Setelah apa yang sudah Ia lakukan pada gadis itu, masih pantaskah Jiyong menyebut Lalisa sebagai kekasihnya?
"Oppa, menurutmu apa yang akan terjadi saat aku memilih pergi?" tanya Lalisa.
"Anniyo! Kau tidak boleh pergi! Kau harus disini!" seru Jiyong. "Oppa akan mati, jika Lalisa pergi. Lalisa harus disini bersama Oppa!" lanjutnya lagi.
"Tapi, Oppa sudah begitu banyak menyakitiku. Oppa sudah terlalu banyak menggores luka di hati Lalisa,"
"Maafkan aku. Jangan tinggalkan aku. Maafkan Oppa, Sayang," tutur Jiyong. Kali ini pria itu berani menatap ke arah Lalisa.
Jiyong hendak melangkah maju, tapi Lalisa bergerak mundur. "Jangan mendekat," ujarnya.
"Sudah tidak ada lagi yang tersisa, Oppa. Kita tidak bisa bersama lebih dari ini," ucapnya. "Aku mencintaimu, tapi sepertinya kau tidak begitu,"
"Tidak. Itu tidak benar! Aku mencintaimu. Oppa mencintai Lalisa. Sungguh. Hanya ada Lalisa disini," ujar Jiyong seraya menunjuk ke arah dadanya sendiri.
"Jika Oppa mencintaiku, Oppa tidak akan bermain dengan wanita-wanita itu. Oppa tidak akan membawa Ahreum dan bercinta di rumah,"
Jiyong terdiam, dia tidak bisa membela diri lagi sekarang. Lalisa benar, jika dia mencintainya dia tidak mungkin bermain dengan wanita-wanita itu. Dia tidak mungkin membawa Ahreum dan bercinta dengan wanita itu dan membuat Lalisa terluka.
"Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku marah. Aku kecewa. Aku cemburu saat pria-pria itu mendekatimu. Aku kesal saat Jong Suk bisa membuatmu tertawa begitu lepas. Aku kesal saat Tae-hyun selalu melihat ke arahmu. Aku.. Aku.. Aku takut kehilanganmu, Sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (JILICE) Happy Ending Version
FanfictionIni tentang kisah cinta antara dua anak manusia. Kwon Jiyong dan Lalisa Park. Dua kepala dengan pemikiran rumit. Dua hati dengan banyak lubang mengangah di dalamnya. Dua kehidupan yang sialnya tidak sesempurna di depan kamera. "But, you plus me sadl...