Episode 16

2.7K 277 54
                                    

DI awal pekan ini, Jiyong dan teman-teman segrupnya akan kembali terbang ke China. Promosi lagu baru Big Bang masih belum selesai. Jiyong melangkah menuju terminal keberangkatan bersama dengan sang Manager. Keempat anggota Big Bang sudah berangkat lebih dulu. Jiyong memang berangkat paling akhir karena ada pekerjaan yang harus pria itu selesaikan di agensi.

"Pesawat Oppa akan segera lepas landas. Kau baik-baik disini, okay? Kabari Oppa, jika terjadi sesuatu. Atau hubungi Jisoo, jika kau tidak bisa menghubungi Oppa. Kau mengerti, Sayang?" tanya Jiyong pada Lalisa di sebuah sambungan telepon.

"Baiklah. Oppa berangkat, Baby. I love you," ucap Jiyong dan setelah Lalisa membalas ucapannya, Jiyong bergegas mematikan ponselnya dan melangkah menuju tempat duduknya sedang sang Manager masih setia mengekorinya.

.
.
.

Lalisa duduk di atas ranjang dengan telepon genggam di sampingnya. Jiyong sudah ada di bandara, mungkin pesawatnya juga sudah lepas landas. Pria itu akan berada di China hingga akhir pekan nanti. Itu artinya tujuh hari dari sekarang.

Apa yang akan Lalisa lakukan selama tujuh hari itu? Apa yang akan gadis itu lakukan selama Jiyong pergi?

Lalisa merasa kecil saat berada di apartemen Jiyong yang besar dan mewah itu. Tanpa keberadaan Jiyong, Lalisa merasa apartemen itu seolah mecekiknya.

Gadis itu turun dari atas ranjang kemudian berjalan ke arah meja rias. Menarik laci dan mengambil sebuah kartu nama disana. Lalisa pernah menjalani terapi untuk kesembuhannya dahulu dan Dokter Lee adalah dokter yang menanganinya.

"Apa aku harus bertemu Dokter Lee lagi? Apa aku harus menjalani terapi lagi?" ujarnya ragu.

Gadis itu berjalan mondar mandir. Menimbang-nimbang untuk pergi ke Pskiater itu atau tidak. Lalisa takut, jika Jiyong mengetahui penyakitnya. Lalisa tidak akan sanggup untuk menceritakan pengalaman pahit itu pada Jiyong, apabila pria itu bertanya.

"Apa yang harus kulakukan, Tuhan?" tanya Lalisa lirih.

Dalam keheningan kamar yang menyesakkan itu, Lalisa kembali menangis dan tiba-tiba bayangan-bayangan masa lalunya menyeruak begitu saja ke dalam pikirannya. Lalisa memekik tertahan. Gadis itu menutup kedua belah telinganya erat. Wajah Tae-hyun, sentuhan Tae-hyun, bentakan pria itu membuat jantung Lalisa berdegup cepat.

Lalisa membuka paksa kedua matanya lalu dengan tergesa-gesa gadis itu beranjak dari tempatnya berdiri, kemudian meraih tasnya dan keluar dari dalam kamar.

Dia harus datang pada Dokter Lee. Dia harus meminta pertolongan pria itu. Lalisa tidak bisa hidup lebih lama lagi dengan trauma dan depresi yang bertahun-tahun ini diidapnya.

.
.
.

Satu jam kemudian Lalisa sudah sampai di sebuah rumah dengan bunga-bunga yang memenuhi pekarangannya. Gadis itu melangkah masuk kemudian menekan bel rumah itu. Lalisa tidak tahu apakah keputusannya untuk mengunjungi Dokter Lee lagi adalah keputusan yang tepat atau justru sebaliknya. Gadis itu tidak yakin apakah Dokter Lee akan membantunya lagi setelah tahu bahwa selama ini dia sudah membohongi pria itu mengenai kesembuhannya.

Dokter yang Lalisa maksud adalah Li-young Lee, seorang pskiater yang pernah menjadi dokter pribadi Mao Zedong- mantan presiden Republik Rakyat Tiongkok. Pria kurus dengan rambut ikal itu sudah berumur 62 tahun sekarang, tapi wajah pria paruh baya itu masih sama persis seperti yang Lalisa ingat.

"Dokter Lee," sapa Lalisa setelah pria itu membuka pintu rumahnya.

Kedua mata yang berada di balik kacamata bertangkai hitam itu memicing. Rambut ikal sebahunya tertipu angin. Dahi bekerutnya membuat Lalisa tersenyum simpul.

Bad Romance (JILICE) Happy Ending VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang