LALISA berjalan keluar dari dalam rumah Jiyong. Gadis itu merapatkan baju hangat miliknya. Udara di lingkungan kediaman keluarga Kwon begitu asri dan sejuk. Suasananya juga damai dan tenteram.
"Aku jadi merindukan eomma," lirihnya dan beberapa menit kemudian Lalisa menarik ponselnya kemudian menekan tombol angka.
Selang beberapa detik suara lembut Chae-young terdengar. "Halo, eonnie," sapa Lalisa. "Bagaimana keadaanmu dan Eomma?" tanyanya.
"Aku baik-baik saja, Lisa. Keadaan Eomma juga lebih baik."
"Syukurlah. Aku senang mendengarnya, Eonnie," ujar Lalisa. "Eonnie...."
"Ya, ada apa, Lisa?"
"Apa Eomma sudah tidur?" tanya Lalisa lagi.
"Belum. Ada apa? Kau ingin bicara dengan Eomma, hm?"
"Bolehkah?" tanya Lalisa ragu.
"Tentu saja boleh. Aku berikan ponselnya pada Eomma, ya?
"Jangan!" cegah Lalisa cepat. "Eomma pasti tidak mau menerimanya. Aktifkan saja speaker handphone-mu, Eonnie. Agar Eomma bisa mendengar suaraku,"
"Baiklah," sahut Chae-young.
Lalisa menggenggam ponselnya dengan erat. Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah. Mendadak lidahnya terasa keluh. Tenggorokannya kering.
"Halo, Eomma," sapanya serak, namun terdengar lembut.
"Bagaimana keadaan Eomma hari ini?" tanyanya. "Eomma meminum obat dengan teratur 'kan?"
Tidak ada jawaban. Hanya suara mesin pendeteksi jantung yang terdengar. Nyonya Park enggan untuk menjawab pertanyaan dari puteri bungsunya itu.
"Chae eonnie bilang eomma kehilangan banyak sekali rambut. Apa itu benar? Apa kemoterapinya terasa sakit? Apa pengobatan itu menyakiti, eomma?"
Lalisa mengigit bibir bawahnya pelan. Gadis itu menunduk dalam. Sebulir air mata menetes begitu saja. "Eomma...." panggil Lalisa lagi. Suaranya tercekat.
".... apa eomma tahu bagaimana sayangnya Lalisa pada eomma? Lalisa.... Selama ini- selama ini Lalisa sangat menyayangi eomma. Sangat sayang. Lalisa tidak pernah membenci Eomma. Sama sekali tidak. Tidak bisakah Eomma melihat ke arah Lalisa sekali saja? Tidak bisakah Eomma memeluk Lalisa sebentar saja?"
Lalisa terisak pelan. Gadis itu membekap mulutnya erat, dengan suara bergetar dia berucap, "maafkan Lalisa, Eomma. Maafkan Lalisa. Lalisa bukan anak yang baik. Lalisa bukan anak yang berbakti. Selama ini Lalisa hanya menyusahkan Eomma saja. Selama ini Lalisa hanya bisa membuat Eomma menderita. Maafkan Lalisa, Eomma."
Lalisa terisak, gadis itu jatuh terduduk di belakang mobil Jiyong yang terparkir. Ponselnya jatuh dari gengamannya. Lalisa menangis, bahunya bergetar hebat.
Nyonya Kwon yang berdiri di ambang pintu rumahnya menatap prihatin ke arah Lalisa. Wanita paruh baya itu mendengar semua yang Lalisa katakan.
Nyonya Kwon masuk kembali ke dalam rumahnya kemudian memanggil Jiyong. Mengatakan apa yang sudah ia lihat dan dengar. "Jangan memaksanya untuk bercerita dahulu, Ji. Biarkan Lisa istirahat di kamarmu. Dia pasti kelelahan,"
Jiyong menghampiri Lalisa yang masih jatuh terduduk. Pria itu hanya bisa memeluk tubuh bergetar itu tanpa banyak bertanya. Setelah merasa bahwa Lalisa cukup tenang, Jiyong menggandeng gadis itu dan membawanya ke kamar pribadinya.
Sesampainya di kamar Jiyong, pria itu segera memeluk Lalisa. "Baby," panggilnya mesra.
Tidak terduga, Lalisa membalas pelukan hangat Jiyong dan membenamkan kepalanya di dada keras Jiyong. Tentu saja Jiyong senang menerimanya. "Oppa, kau tidak ingin bertanya apapun padaku? Dimana aku selama ini? Mengapa aku menangis tadi?" tanya Lalisa yang kini tengah mendongak menatap wajah Jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (JILICE) Happy Ending Version
FanficIni tentang kisah cinta antara dua anak manusia. Kwon Jiyong dan Lalisa Park. Dua kepala dengan pemikiran rumit. Dua hati dengan banyak lubang mengangah di dalamnya. Dua kehidupan yang sialnya tidak sesempurna di depan kamera. "But, you plus me sadl...