Episode 18

2.7K 297 76
                                    

LALISA berjalan pelan menuju kamar mandi. Gadis itu memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Keadaan di dalam rumahnya sepi. Gelap. la tidak peduli.

Kaki jenjangnya perlahan masuk ke dalam bathup yang sudah terisi air dingin. Sensasi dingin langsung menyapa kulit putihnya. Rileks. Itulah yang dirasakan Lalisa ketika tubuhnya telah masuk sempurna ke dalam bathup. Ia memejamkan matanya, menikmati setiap tetes air yang membasuh tubuhnya. Ia menghirup udara sebanyak mungkin dan menutup kedua matanya, lalu perlahan ia tenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air.

Gelap.

Tenang.

Ia tak pernah merasakan ketenangan seperti ini sebelumnya. Seperti, bebanmu melayang dalam sekejap. Ia biarkan tubuhnya tenggelam.

1 menit..

2 menit..

3 menit..

Bahkan sampai menit ke tiga, Lalisa masih setia pada posisinya. Matanya mulai memberat. Nafasnya mulai tersendat. Kesadarannya mulai menipis. Namun, tiba-tiba saja tubuhnya tersetak hebat. Sebuah tangan dengan sigap mengangkat tubuhnya ke permukaan.

Lalisa terbatuk hebat. Mencoba untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam hidung dan mulutnya.

"Apa yang kau lakukan, huh?! Kalau kau mau mati. Jangan mati di dalam rumahku, Sialan! Kau ingin aku di penjara!" teriakan penuh makian itu berasal dari Jiyong.

Lalisa tidak menjawab. Gadis itu masih terbatuk. Jiyong mengusap wajahnya dengan kasar. "Ssshhh.... I got you.... I got you, Baby. It's okay. I'm here," ujar Jiyong lalu meraih tubuh Lalisa. Memeluk tubuh yang basah kuyup itu sembari mencoba menenangkannya.

Lalisa masih belum berhenti dari batuknya. Sial! Dia mulai kesulitan bernafas. Wajahnya mulai memucat.

"Lalisa.... Hei, ada apa? Bernafaslah dengan benar, Sayang," tanya Jiyong mulai khawatir.

"A-aku.... Ti-tidak bisa.... Be-bernafas,"

"Tarik nafasmu secara perlahan," titah Jiyong. Lalisa menggeleng kuat. Dia benar-benar tidak dapat bernafas dengan benar.

Dadanya sesak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di rongga dadanya. Jiyong meraih telapak tangan Lalisa, meletakkannya di atas dadanya. "Bernafas bersamaku, okay?"

"Breathe in.... Breathe out.... Breathe in.... Breathe out, " begitu terus hingga Lalisa akhirnya bisa bernafas dengan normal dan teratur.

Jiyong meminta Lalisa untuk tetap berada di dalam kamar mandi sementara dia mencari pakaian kering untuk gadis itu.

Lima belas menit berlalu dan keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian yang sudah kering. Jiyong masih berada di dalam kamar itu. Duduk di atas ranjang sembari menunggu Lalisa selesai.

"Kemari," titah Jiyong sembari menepuk sisi ranjang yang kosong, namun Lalisa tidak mengindahkannya. Gadis itu masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi. "Aku bilang kemari, Lalisa," titah Jiyong lagi dan kali ini Lalisa menurut. Gadis itu berjalan pelan dan duduk di sisi Jiyong- di sisi ranjang yang kosong.

Jiyong menelisik wajah pucat Lalisa. Ia menatap ke dalam mata gadis itu. Manik indah itu seperti kehilangan binarnya. Ada gurat kekecewaan yang mendalam. Ada amarah yang membuncah. Ada rasa sakit yang yang teredam sekian lama.

"Kau ingin mati dengan cara menenggelamkan dirimu di bathup? Jangan bertindak bodoh seperti itu lagi. Kau marah karena aku membawa masuk wanita lain? Kau tidak sepantasnya marah. Ini rumahku. Aku berhak membawa masuk dan menendang keluar siapapun sesukaku," ujar Jiyong.

"Lalu, kenapa kau tidak menendangku keluar? Kenapa kau justru menawanku disini? Bukankah aku tamu? Orang asing yang menumpang di rumahmu? Kenapa tidak menendangku keluar?" tanya Lalisa, menatang Jiyong. Gadis itu kini berani menatap ke dalam manik gelap pria itu.

Bad Romance (JILICE) Happy Ending VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang