Episode 27

3.6K 324 131
                                    

NYONYA Park baru saja selesai menjalani kemoterapinya sore tadi. Wanita paruh baya itu tengah duduk di atas ranjang pesakitan. Duduk seorang diri di ruangan bercat putih dengan aroma obat-obatan yang menyengat. Kepalanya ditutupi sebuah topi rajut berwarna kuning cerah.

Chae-young sedang pulang ke apartemen untuk mengambil pakaian ganti Ibunya. Meninggalkan Nyonya Park yang awalnya tengah tertidur, tapi entah mengapa kembali bangun. Tidur Nyonya Park terganggu karena sebuah mimpi. Mimpi aneh yang membuatnya menangis.

Di dalam mimpi itu dia bertemu dengan suaminya. Suaminya yang sudah lama meninggal. Di dalam mimpi itu, suaminya memeluknya, mereka mengobrol banyak hal sembari mengenang awal pertemuan mereka.

Lalu, mimpi itu berganti. Nyonya Park tidak lagi bersama suaminya. Dia berdiri di sebuah tempat pelelangan ikan, melihat Lalisa kecil tengah meringkuk sembari menggigil. Bibirnya tampak biru. Kemudian, pemandangan itu berubah, Nyonya Park muncul dengan tiba-tiba di dalam rumahnya- tepatnya di kamar puteri bungsunya. Disana Nyonya Park bisa melihat saat Ia memukul Lalisa dengan gagang sapu, menampar gadis kecil itu hingga ujung bibirnya sobek dan berdarah.

Mimpi-mimpi itu berputar, berganti terus menerus. Satu masa, Nyonya Park terdampar di sebuah apartemen yang berantakan. Potongan rambut tampak berserakan di lantai. Vas bunga, meja dan kursi hancur. Di atas lantai, Lalisa tergeletak tak berdaya. Nyonya Park hendak menyetuh tubuh itu, ingin memastikan apakah Lalisa masih bernafas atau tidak, tapi tiba-tiba dia terdampar di sebuah rumah sakit.

Di sana Nyonya Park bisa melihat dirinya sendiri tengah menggendong seorang bayi. Di sana Nyonya Park bisa melihat bagaimana bahagianya Ia atas kelahiran bayinya.

"Eomma akan menamaimu Lalisa. Lalisa puteri Eomma. Bukankah itu nama yang bagus, Chae?"

"Lalisa? Woah! Itu nama yang bagus, Eomma. Namanya sangat cantik, cocok untuk Adikku."

Nyonya Park menangis. Air mata mengalir deras di kedua pipinya yang mulai tirus efek dari penyakit yang di deritanya.

Mimpi itu membuatnya tersadar. Mimpi itu membuatnya sadar akan apa yang sudah Ia lakukan kepada puteri bungsunya.

Chae-young masuk ke dalam ruang perawatan itu dengan tampang terkejut. Gadis itu menghampiri sang Ibu dengan tergopoh-gopoh. "Eomma.... Eomma...." panggilnya.

"Ada apa, Eomma? Kenapa Eomma menangis? Apa ada yang sakit?" tanya Chae-young khawatir.

Nyonya Park tidak menjawab, wanita paruh baya itu hanya menangis dengan tersedu-sedu. Terdengar pilu dan menyedihkan.

"Eomma, ada apa? Bicaralah, Eomma. Chae tidak akan bisa mengerti, jika Eomma terus menangis seperti ini,"

.
.
.

Pagi ini, Lalisa sedang menerima telepon saat Jiyong keluar dari dalam kamar pribadinya. "Benarkah? Paman sungguhan sudah menemukan pembeli yang akan membeli gedungku?" tanya gadis itu tidak percaya. Gadis itu tengah berbicara dengan Pamannya- Direktur Park.

"Baiklah, Paman. Aku akan segera kesana secepatnya. Terima kasih, Paman. Terima kasih banyak," ujar Lalisa penuh rasa terima kasih pada sang Paman yang sudah bersedia membantunya untuk dapat menjual gedung miliknya yang berada di Busan.

"Kau menjual gedung milikmu, untuk apa?" suara Jiyong mengagetkan Lalisa. Membuat gadis itu memekik tertahan.

"Apa aku mengagetkanmu?" tanya Jiyong dan Lalisa mengangguk pelan sembari mengelus dadanya. "Maaf," tukas Jiyong singkat.

Bad Romance (JILICE) Happy Ending VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang