DI tanggal 18 Agustus besok adalah hari terakhir Big Bang mengadakan konser tour dunia mereka. Di tanggal 18 Agustus yang juga merupakan hari ulang tahun Jiyong, pria itu akan bernyanyi di konser mereka. Menyanyikan sebuah lagu yang sudah Ia ciptakan jauh sebelum konser Big Bang diadakan. Lagu yang tidak pernah ada di album Big Bang ataupun album Solonya.
"Kau jadi ikut 'kan, Sayang?" tanya Jiyong sembari menyuapi Lalisa yang duduk diatas kursi roda.
Dua tahun. Ya, sudah dua tahun ini Lalisa hidup dan bergantung di atas kursi roda. Segala jenis terapi dan pengobatan sudah gadis itu jalani, tapi semuanya belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Kakinya belum juga bisa digerakkan. Lalisa sudah pasrah. Lalisa sudah tidak menginginkan untuk bisa berjalan kembali. Lalisa sudah ikhlas dengan apa yang telah Tuhan takdirkan untuknya.
"Aku akan datang setelah berkunjung ke klinik Dokter Hwang. Datang disaat akhir tidak masalah 'kan, oppa?" tanya Lalisa.
"Oppa ingin Lalisa datang sebelum konser di mulai, tapi oppa tahu itu tidak akan mungkin," balas Jiyong sedikit kecewa.
Jadwal terapi Lalisa berbenturan dengan hari dimana konser terakhir Big Bang di Seoul. Jiyong ingin Lalisa ada di sampingnya dari awal dan akhir pertunjukan. Jiyong ingin melihat Lalisa berada di sekelilingnya. Melihat gadis itu sudah seperti hal wajib bagi Jiyong.
"Oppa...." panggil Lalisa sedang Jiyong masih sibuk dengan buah jeruk yang tengah Ia kupas.
"Ada apa, Sayang?"
"Oppa...oppa bisakah aku berhenti menjalani terapi?" tanya Lalisa tiba-tiba membuat Jiyong menghentikan gerakan tangannya.
Lalisa memandang Jiyong dengan raut wajah gelisah. Lalisa tahu bahwa kelumpuhannya ini adalah hal sensitif bagi Jiyong, tapi gadis itu benar-benar sudah lelah dan ingin berhenti.
Sejenak Jiyong terdiam, namun beberapa saat kemudian pria itu berbicara, tepat setelah Ia melihat Dami berjalan menghampiri mereka. "Istirahatlah. Aku akan ke tempat pertunjukan untuk gladi resik terakhir."
Lalisa meraih lengan Jiyong saat pria itu hendak bangkit dari atas sofa. "Oppa, aku lelah," katanya lirih. "Aku hanya tidak ingin membuat kalian berharap terlalu banyak. Tidakkah kau tahu, bagaimana perasaanku sekarang?" tanya Lalisa.
Gadis itu dengan berani menatap ke arah Jiyong. Dami yang melihat ketegangan itu menghentikan langkah kakinya. Wanita itu berdiri tidak jauh dari keduanya dengan nampan berisi teh dan kudapan manis.
"Lalu, kau pikir dengan berhenti tiba-tiba seperti ini tidak membuat semuanya khawatir dan kecewa? Kau tidak memikirkan perasaan eomma dan appa?"
"Kalau aku terus memikirkan perasaan orang lain, lalu siapa yang akan memikirkan perasaanku? Dua tahun, sudah dua tahun berlalu, tapi tidak ada perkembangan apapun. Kau pikir semua ini mudah untukku? Aku hanya lelah. Aku hanya ingin berhenti. Kenapa kau tidak juga mengerti?"
Jiyong ingin membalas perkataan Lalisa, tapi entah mengapa lidahnya terasa keluh dan otaknya mendadak buntu. Satu-satunya hal yang bisa Jiyong lakukan hanyalah menurunkan tangan Lalisa dari lengannya kemudian melangkah pergi tanpa mengatakan apapun.
"Ji...." ucap Dami, saat adik lelakinya hampir berjalan melewatinya begitu saja.
"Maaf karena sudah membiarkanmu melihat semuanya, noona. Tolong bawa Lalisa ke kamarnya," pinta Jiyong setelahnya pria itu berjalan menjauh. Keluar dari dalam rumah. Padahal dia baru saja tiba setengah jam yang lalu dan sekarang justru pergi lagi.
Lalisa merasa begitu buruk setelah kepergian Jiyong. Gadis itu tidak tahu harus seperti apa lagi untuk membuat Jiyong menyetujui keinginannya atau setidaknya membuat pria itu mengerti akan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (JILICE) Happy Ending Version
FanfictionIni tentang kisah cinta antara dua anak manusia. Kwon Jiyong dan Lalisa Park. Dua kepala dengan pemikiran rumit. Dua hati dengan banyak lubang mengangah di dalamnya. Dua kehidupan yang sialnya tidak sesempurna di depan kamera. "But, you plus me sadl...