"Ga, gue kan udah bilang, ini tuh harus warna biru. Kalo nggak, warnanya bakalan bentrok sama yang ini." Dinara nunjuk ke desain poster buat seminar mereka dua bulan lagi.
Dikarenakan masih banyak yang harus disiapkan untuk seminar angkatan, jadinya harus dikerjain jauh-jauh hari. Pembagian tugas per divisi sudah dirancang sedemikian rupa agar tidak ada hal yang kacau ataupun gagal.
Dinara megang divisi publikasi, ketua koordinasi pula, tapi ada satu anggota nih yang sama sekali gak bisa diajak kerja sama, bawaannya dinara mau marah-marah terus.
"Gue sukanya warna kuning gimana dong? Lagian udah cantik tuh warnanya begitu." Ucap dhirga.
"Endasmu! Ini tuh warnanya tabrakan dhirga. Gimana sih lo?" Nah kan bu ketu udah marah-marah.
"Tapi menurut gue desain dhirga juga udah bagus sih nar, kalo warna biru nanti tulisannya bakalan ke tutup dan gelap." Ini salah satu anggota divisi publikasi juga, namanya Cantika.
"Iya bener, coba deh lo cocokin warna birunya ke sini. Gak keliatan banget nar tulisannya," ucap alvaro.
"Nah tuh. Semuanya aja pada setuju, cuma lu doang yang gak setuju sama desain gue. Udah bagus-bagus dikerjain sama orang ganteng,"
Dinara memutar bola matanya malas.
Kenapa dia jadi kesel gara-gara pada mihak ke dhirga semuanya?"Nggak banget. Ini bakalan cocok sama warna biru. Nih gue kasih liat ya,"
Dinara mengoperasikan desain poster terbaru yang tadi abis dicetak. Terus dia mengapply warna biru seperti yang ia ekspektasikan.
"Kan bener gue bilang, mau berapa kalipun tulisan warnanya diganti tetep aja gak eyecatching nar, masalahnya kalo gak gitu nanti pas diperbesar gak keliatan banget. Mending warna kuning tadi sih," cantika memperjelas.
Dinara diam aja, dalam hati dia mengiyakan kalo desain dhirga yang bagus. Ya tapi dia gak mau muji sih, nanti tuh anak jadi besar kepala.
"Yaudah kalo mau warnanya begitu. Lanjutin lagi deh yang lain, gue mau nyamperin si raje dulu," dinara ngasih cetakan desain ke alvaro dan pergi begitu saja.
"MAKASIHNYA MANA BU KETU?!" teriak dhirga.
Dinara hanya menoleh dengan wajahnya yang datar, kemudian dia melengos tak peduli.
"MAKASIH YA DHIRGANTENG!" teriak dhirga lagi yang kali ini meniru suara perempuan.
"IYA SAMA-SAMA BU KETUUU!" teriaknya lagi yang kesekian kalinya.
Cantika sama alvaro ketawa kecil doang. Semuanya mah juga udah tau kalo dinara sama dhirga tuh kalo berdebat udah kayak musuh. Dinaranya sih yang gak tau, kesel aja bawaannya ngeliat muka sok gantengnya dhirga.
"Sebenernya tuh lu ada masalah apa sih sama dinara?" Tanya alvaro yang memang penasaran asal-usul perdebatan mereka berdua.
"Katanya lo pernah ngeledek dia ya pas SMA, makanya sampe sekarang dia kesel sama lo," terka cantika.
Dhirga yang masih senyum-senyum gaje langsung menoleh ke cantika dan alvaro.
"Apaan anjir? Kepo lo pada. Udah tuh kerjain bannernya, bu ketu marah lagi gue gak ikutan,"
"Dih, gue mah denger kabar burung. Mana gue tau SMA-nya dia begimana." Ucap alvaro.
"Nah makanya jangan telen mentah-mentah tuh rumor. Jatohnya jadi fitnah," ujar dhirga lagi.
"Eh tapi serius deh ga, kenapa dia bawaannya kesel sama lo? Divisi jadi gak enak dah kalo dinara marah-marah mulu,"
"Yaelah lo gak tau aja kalo dia ketawa tuh lucu banget." Timpal dhirga yang lanjut ngerjain desain poster lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Amore ✓
FanfictionFeat. 2Hyunjin [Random Stories] Cerita duo hyunjin yang berlatar berbeda di segala waktu, tempat, nama, perasaan, dan suasana. ©2018 by Leejeki_