Lady and Cold

1.5K 108 66
                                    

[Maap ini mah nyepam cerita mulu abis ini nggak lagi deh :(. Btw, gue saranin baca ini sambil deket kipas/AC, terus ngeteh/ngopi. Biar santuy. 😌]

🔞🔞































Kim hyunjin mengetuk jarinya sehingga beradu dengan meja mewah itu sambil bergumam. Sesekali ia melihat orang di sekitar ruangan yang ia tempati. Ramai, tapi tidak terlihat bersahabat.

Mengapa tempat seperti ini selalu dijadikan private room untuk orang-orang penting yang ingin membicarakan suatu rahasia?

Khe. Sepertinya dirinya juga ingin membicarakan suatu rahasia, karena ia berada di ruangan yang sama. Kim melihat jam di tangan kirinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Lewat 30 menit dari waktu yang direncanakan, dan orang yang berjanji padanya belum juga muncul. Dasar orang yang tidak tepat waktu.

Biasanya ia akan marah dan ingin sekali meninggalkan sesuatu jika orang yang dijanjikan tidak tepat waktu, karena kim orang yang sangat disiplin waktu. Namun, karena ia sangat membutuhkan, ia harus bersabar.

Cuaca hari ini tidak begitu cerah, tidak pula turun hujan. Sangat biasa. Tidak ada bintang yang muncul. Seandainya benda berkilau itu muncul, mungkin hatinya sedikit membaik.

"Sorry, i'm late. Udah lama nunggu, lady kim?" Suara berat itu menembus indra pendengarannya. Kim sama sekali tidak menoleh. Ia memilih menenggak jus jeruk yang sudah setengah itu.

"Aku benci keterlambatan." Ucap kim hyunjin dengan datar.

Pemuda itu hanya tersenyum miring dan duduk di depan kim. Tanpa disuruh ia menuangkan champagne di gelas miliknya yang sudah tersedia.

"You know, semua orang punya hal yang gak terduga. Dan, saya terlambat karena mengurus hal penting. Money and job." Jawabnya.

Kim mengetukkan jari tangannya lagi, lalu ia membenarkan cara duduk agar terlihat nyaman. Mengingat ia memakai dress bodycon, jadinya beberapa bagian tubuhnya terlihat. Ah, seharusnya dia tidak memakai baju ini.

"Udah makan?" Tanyanya basa-basi.

"Mau nraktir?" Ucap sang adam sambil terkekeh.

"Iya."

"Wow. Saya merasa tersanjung akan hal itu, tapi maaf, saya gak membiarkan perempuan membayar. Let me do then."

Kim menatap netra coklat tua milik lawan bicaranya. Berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi dibalik ekspresinya yang terlalu santai. Sayangnya, kim bukanlah mind reader yang bisa saja menebak atau mengetahui isi otak orang lain.

Yang bisa ia lakukan hanya menggedikkan bahunya dan membiarkan pemuda itu melakukannya.

Mereka memesan makanan yang ingin dikonsumsi. Serasa sudah, mereka saling diam satu sama lain. Karena pada dasarnya pertemuan mereka bukan berdasarkan pertemanan. Melainkan sebuah bisnis.

"Bisa kita mulai?" Tanya kim sebagai basa-basi, padahal mah dia bisa saja mengendalikan pertemuan itu.

Kim mengeluarkan sebuah foto dan memberikannya dengan halus yaitu dengan cara menelungkupkan bagian gambarnya dan terlihat background putih diatasnya.

Pemuda itu membalikkannya diam-diam dan memandang dingin foto tersebut. Kemudian, sudut bibirnya tertarik.

"Your boyfriend?"

[1] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang