Joy and Sorrow [Part 1]

939 93 40
                                    

[Ini lanjutan dari lady and cold. Daripada nganggur jadi sarang laba-laba, mending gue publish 😂😂.]




























"Hyunjin."

Pemuda itu menoleh ke arah temannya yang saat ini sudah lengkap dengan bulletproof vest di tubuhnya. Seketika perasaannya berubah menjadi unmood. Dia tau perihal lee jeno sudah memanggilnya seperti itu.

"Lo gak fokus akhir-akhir ini. Kenapa? Butuh duit?" Tukas temannya itu sambil menurunkan AK-47 dari pundaknya.

"Nggak."

"Apaan nggak? Kayak cewek lo jawabnya setengah-setengah."

Bukan lee jeno namanya kalo tidak ingin tau. Sebagai ketua, jeno yang paling tau dan harus tau gelagat serta sifat masing-masing anggota-anggotanya jika terjadi masalah.

Masalahnya, yang dilihat jeno, hyunjin selalu tidak fokus dan seperti orang kebingungan jika mereka melakukan misi bersama-sama atau sedang latihan saja.

Hyunjin hanya diam sambil menumpu kedua sikunya di lutut dan menunduk. Perlahan, dengan tatapan datarnya ia mendongak dan melihat jeno yang sedang memberinya tatapan intimidasi.

"Lo ngapain aja sama lady bangsawan itu?" Tukas jeno to the point.

"Maksudnya?"

"Hyunjin, lo tau maksud gue apa."

Hyunjin mendengus tak percaya. Lee jeno memang cepat tangkap soal urusan membaca air muka. "Lo ngeliat gue seakan gue brengsek, jen."

"No. I know you wouldn't."

Hyunjin menghela napasnya dengan dalam. Pemuda itu memang sejak sebulan yang lalu gak pernah cerita ke siapa-siapa tentang dirinya dengan klien yang bernama kim hyunjin itu.

Sebenarnya jeno tau perihal mereka yang satu sekolah dan hyunjin tidak mau berurusan dengannya. Tapi mengingat kim memang butuh bantuan dari mereka jadinya hwang yang turun tangan.

Jeno bisa merasakan kalau hyunjin menjadi aneh semenjak hari itu. Lambat laun semuanya pasti tidak bisa ditutupi, setidaknya hanya lee jeno saja yang tau.

"Dia cuma bayar setengahnya. Terus, dia nawarin kesepakatan. Awalnya gue nolak, tapi-- Damn it, Kim Hyunjin!"

Jeno terkekeh kecil melihat hyunjin yang terlihat frustrasi.

"Gue tau ada yang salah sama nih cewek. Seharusnya gue gak usah berurusan sama dia seperti yang lo bilang, jen. Tapi, dia malah-- Ah, You know, she's more gorgeous than i thought."

Jeno tertawa terbahak. Melihat hyunjin menderita adalah salah satu cita-citanya sejak dulu. Itu karena selama ini hyunjin selalu have fun dengan urusannya sendiri tanpa ada masalah sedikit pun.

"Itu tandanya gak selamanya lo bisa pengendali, suatu saat lo yang bakal dikendali. Ya ini kejadiannya. Yeah, you know, Karma is bitch."

"Bangsat."

"Kok bangsat? Serius gue ini ngomong." Jeno tertawa lagi.

Hyunjin menggerutu sambil menyumpah serapahi jeno. Dalam konteks yang bercanda ya. Lagipula mereka memang sering begini, saling mengumpati satu sama lain.

"Lo udah berapa lama gak ngelakuin itu?" Tanya jeno.

"Ngelakuin apa?"

Jeno memutar kedua bola matanya merasa jengah. Hyunjin mendadak jadi bodoh.

[1] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang