[1] Amore ✓

Mine

Kalau dibilang posesif mah nggak, dinara gak mungkin jadi orang yang terlalu kekanakan dan sering menaruh curiga. Dia selalu membebaskan semua orang yang dekat dengannya. Karena ya, gak ada orang yang mau diperketat dengan peraturan kan.

Soalnya dia juga gak suka dikekang. Sebut saja dia agak cuek lah dengan sekitar. Termasuk dengan pacarnya.

Dinara gak mau ambil pusing soal gimana keseharian pacarnya yang emang sibuk banget dan jarang berduaan juga. Dinara cukup menjadi seseorang yang pengertian dan saling percaya satu sama lain.

"Nar, your boyfriend. Nine o'clock. He needs a help."

Dinara yang emang lagi anteng makan bakso dan lagi make kacamata hitam -gak tau nih orang kenapa make kacamata- langsung menoleh ke arah yang dimaksud oleh nancy.

"Seriously deh. Kapan orang-orang itu berhenti gangguin privasi orang? Padahal mereka juga tau dhirga udah punya lo." Celetuk nancy asal.

"Biarin aja. Dia pasti bisa ngusir kok." Ucap dinara lanjut makan lagi.

"Kayaknya nggak deh nar. Tuh liat, yang masuk makin banyak." Nancy yang malah kepanikan disaat pacarnya dinara yang diserbu oleh beberapa fansnya.

Dinara maklumin sih. Siapa sih yang gak kepincut sama pesona pacarnya itu? Salah satu mahasiswa yang diincar oleh perempuan di segala penjuru kampus. Bahkan di luar kampus pun tau pacarnya dinara tuh siapa.

"Your boyfriend releases a strong pheromone. But, still felix on top." nancy malah senyum-senyum gak jelas. Yeu bucin.

Dinara hanya memutar bola matanya malas, dan gadis itu langsung beranjak pergi dari situ untuk menghampiri pacarnya itu.

Dinara yang emang jalannya mirip banget ala-ala 'senior labrak' langsung diliatin sama mahasiswa/mahasiswi dari arah kantin dan lapangan basket. Gak tau kenapa padahal cuaca lagi panas banget, tapi banyak orang yang berlalu lalang.

Mana make baju tanpa lengan terus kemeja flanel diiket ke pinggang, kacamata ditaro di kepala. Santuy gengs.

"Dhirga ini airnya buat kamu."

"Dhirga, keringet kamu aku usap ya,"

"Dhirga kamu ganteng banget!!"

"Dhirga kita jalan yuk!"

"Dhirga jadi pacar gue aja!"

Dan bla bla bla.

Dinara hanya tersenyum santai saja dan menghampiri pemuda itu. Dengan tepukan sederhana miliknya, pemuda itu langsung menoleh. Ada senyuman lega yang tercetak di wajah tampannya itu.

"Hai. Kamu capek ya?" Agak ambigu sekali emang pertanyaan dinara yang seolah-olah menyindir para fansnya dhirga yang kini hanya memandang dinara dengan tatapan sinis.

"Hei. Iya nih capek, bawa minum gak?" Dinara langsung nyodorin tupperware ke dhirga dan segera diminum oleh pemuda itu.

"Kok belom pulang?" Tanyanya lagi.

"Lagi makan tuh sama nancy di kantin. Sekalian ngeliat kamu main juga,"

"Udah selesai makannya? Kenapa gak bawa bekal? Tumben. Kok kamu make baju begini sih? Make kemejanya, aku gak suka."

Dinara hanya bersikap santai dan merentangkan tangannya.

"Pakein dong,"

Tuh cowok bener-bener ngikutin perkataan dinara dari membuka kemeja itu dari pinggangnya, memakaikannya ke tubuh dinara, sampai rambutnya juga dibenerin.

"Makasih ya sayang," dinara tersenyum manis dan menoleh ke arah belakang untuk melihat ekspresi para fans kekasihnya itu. Ada yang menatap memelas, iri, sinis, bahkan ada yang menangis.

"Anytime my dear," dhirga mengusap kepalanya juga sambil tersenyum.

"Masih mau main basket lagi gak?"

"Nah, i don't think so. I'm so wet, i wanna take a bath. Mau ikut gak?"

"Ikut mandi maksud kamu?" Tanya dinara polos.

"Kalo bisa, mungkin aku gak bakal maksa kamu. Nggak ay, maksud aku kesana, join bareng sama temen-temen."

"Okay. Aku bilang sama nancy dulu,"

Dinara menggamit lengan kekasihnya itu.

"Maaf ya ladies, this is my boy. Dinara's property." Dinara tersenyum lebar dan menatap satu per satu fansnya dhirga.

Yeah, dinara's property. Do not disturb.

KKEUT.

Dinara's property and boyfriend.

Get back you potato!

Okay :(