White Lie

838 113 51
                                        

[Udah. Nikmatin aja. Wkwkwk.]



















Pemuda itu masih saja berkutat dengan dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, yang artinya istirahat jam kerja baru saja di mulai. Namun karena kesibukan itu seolah jam istirahat tak mempan untuknya.

Guratan wajah serius dan tegas menjadi satu. Membuatnya yang melihat meras takjub dengan pahatan sempurna yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Singkat kata, tampan mempesona.

Anjay.

Terlihat keseriusannya kepada dokumen tersebut hingga tidak menanggapi ada seseorang yang masuk di ruangan itu.

"Tuan Hwang, nanti ada rapat dengan perusahaan dari jepang untuk mendapatkan persetujuan tentang kerja sama mengenai proyek di gwangju."

"Jinyoung, udah berapa kali berhenti manggil gue hwang. Itu bokap gue." Tukasnya pada sekretarisnya itu.

Sedangkan, seseorang yang dipanggil baejin itu hanya menggedikkan bahunya seolah tak tau menahu.

"Gue bawahan lo, hyunjin. Gak mungkin gue manggil nama di sembarang tempat. Lagipula, terganggu sama panggilan untuk bokap lo atau panggilan dari seseorang?" Tanyanya dengan raut wajah yang santai.

"Seseorang yang dimaksud anda itu siapa, Tuan Bae?" Hwang hyunjin memberhentikan acara mengetiknya dan menatap sekretarisnya itu dengan tatapan menuntut dan datar.

Baejin hanya menahan tawanya. "Aduh, hufftt, galak tatapannya. Nih gue taro dokumennya. Ada titipan dari eunbin, mending nanti aja ngeliatnya daripada lo nambah stress." Nasihat baejin kepadanya.

"Lo ngomong begitu malah bikin gue penasaran, jinyoung. Bodoh bener." Cibirnya.

"Oh iya hehehehehe. Pokoknya jangan buka sekarang, saran gue. Eh tapi kayaknya lo gak bakal dengerin gue sih. Ah yaudah lah. Bye, gue banyak kerjaan." Jinyoung keluar dari ruangan tersebut dan melenggang santai.

Hyunjin di tempat duduknya menghela napasnya yang semakin terasa berat. Merasa kerjaannya yang kian membanyak, ia berpikir dirinya semakin stress untuk menghadapi pekerjaan sendiri. Mungkin sementara waktu ia harus meminta cuti untuk dirinya sendiri. Keluar planet kayaknya enak.

No, just kidding.

NASA aja ngeluarin milyaran dollar buat keluar angkasa. Gila aja lo doi bolak-balik keluar sana. Pulang-pulang jadi miskin.

Mengambil dokumen yang tadi sekretarisnya kasih, hyunjin terpaku dengan sesuatu yang berwarna biru muda terjatuh ke lantai.

Hyunjin mengambilnya dengan raut wajah yang datar. Apa ini yang dimaksud jinyoung tadi?

To Hwang Hyunjin.

Tertulis dengan ukiran huruf sambung yang teramat cantik, namun entah mengapa suasana hatinya menjadi buruk saat melihat amplop biru muda itu.

Kenyataannya pemuda itu tidak mengindahkan peringatan dari Bae Jinyoung. Dengan gerakan tangan terburu-buru, ia merobek bagian atas amplop dan segera mengeluarkan isi yang ada di dalamnya.

Perlahan ia menelisik satu per satu kata yang tertera di kertas itu. Kurva senyum terbentuk di bibirnya, namun tidak ada kerutan di sudut manapun, yang artinya itu adalah senyum kesedihan bukan kebahagiaan.















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang