RAESHA"Kamu ... tahu?" tanyaku ragu sebab Aira terlihat setenang itu.
Dia meraih pergelanganku, memegangnya lalu tertawa.
"Iyaa, aku tahu Mas pasti kaget kan saat tahu Kak Alan udah punya anak, makanya jadi diem gini."Aku membuang napas samar dan dengan sedikit memaksa aku turut tersenyum.
Benar, ini salahku yang terlalu berkesimpulan sedalam dan secepat itu. Tidak mungkin Aira masih bisa tertawa begitu ringan dan bersikap dengan sangat tenangnya jika dia sudah tahu tentang Julia, paling tidak dia akan marah bukan, meski hanya sehari saja?
"Lalu, kenapa dia bisa ada di unit kita?" tanyaku mengambil rambut Aira yang tergerai di depan dada untuk menghirup aromanya—memainkannya.
"Soalnya, Mbaknya yang biasa jaga nggak masuk hari ini, jadi deh Kak Alan tadi nitipin Ian di sini. Mas Raesha nggak marah kan?"
"Nggak sayang."
Bergelung manja pada pinggangku, dia berucap, "Ian lucu ya Mas, gemesiiiinnn ... pengen punyaaa."
"Iya, anak itu menggemaskan, tapi Mas rasa Ai jauh lebih menggemaskan daripada dia," bisikku jujur sebab memang tingkah Aira lah yang mendadak lucu di mataku.
"Mas nih bisa ajaaa."
_ _ _
Setelahnya Raesha pamit untuk membersihkan diri dan di balik pintu kamar kembali dia memikirkannya. "Bagaimana bisa aku berkata jujur dengan Aira sekarang, saat ada anak itu di sini? Huffttt ..."
Raesha melangkah menuju kamar mandi, di depan cermin dia tengah melepaskan dasi, namun sejenak terhenti menatap pantulan wajahnya sendiri di sana.
"Kenapa ... aku merasa ini bukan kali pertama aku melihat anak itu, seperti pernah berada dekat sekali dengannya ... tapi di mana ya?"
Merasa sudah terlalu lelah, Raesha mengangkat bahunya cuek dan segera bertelanjang dada untuk memulai tahapan mandinya seperti biasa.
Skip.
Raesha, Aira dan tentu saja Julian tampak sedang bermain-main bersama di ruang tengah, penampakan apartment mereka persis seperti hunian sebuah keluarga kecil dengan satu anak.
"Maila, Ian mau minum susu coklat," rengeknya menarik ujung piyama Aira yang tengah berfokus menggambar manggis di buku.
Raesha yang sudah beralih sibuk mengelap aquarium anak-anak bertempurungnya, menaikkan kedua alis.
"Maira? Kok panggilannya sama kaya anak-anak kita?" tanya Raesha agak tidak terima saat menyusul Aira ke arah meja makan.
"Tadi dia nggak sengaja denger percakapan aku sama Olive Oliver, makanya dia pengen juga manggil aku Maira dan tenang aja ... aku juga udah ajarin dia buat manggil Mas, Pasha."
Raesha semakin terlihat tidak terima. "Nggak, nggak ah sayang, dia bukan anak Mas, kenapa dia manggil Mas kaya gitu? No!"
Aira gemas sendiri setiap mendapati suaminya cemberut begini. "Biarin loh Mas, namanya juga anak-anak ... anggap aja ponakan, yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen, Ai love you! (End)
General FictionSebuah cerita tentang bagaimana cinta tumbuh di antara dua anak manusia yang berstatus dosen dan mahasiswanya. Awalnya memang biasa bahkan terkesan klasik bak Siti Nurbaya. Namun, itulah hebatnya cinta, selalu punya cara menyatukan dua hati agar ber...