[76] RaeLia.

29.4K 2.5K 171
                                    

Ada yang nyariin?

Sorry lama, ada yang perlu dimanja di rumah 🤭

_______________________________

📍Rumah Fadhil dan Aida

Di kebun belakang rumah kakaknya ini, dengan dihujani cahaya matahari yang menguning, Aira nampak diam mengamati puluhan mangga ranum yang menggantung di pohonnya—sudah cukup lama. Melihat mereka bergoyang kesana-kemari saat diterpa angin, membuatnya acap kali menelan ludah tanpa sadar.

Setelah beberapa kali Aira mencoba untuk meraihnya namun tak dapat-dapat, bahunya pun melemas. "Ya ampuuun ... nggak nyampe dong, mana takut manjat lagi."

Matanya sempat mengedar ke sekitar tapi tak ada alat bantu menurutnya, atau sebenarnya ada tapi dia tak paham yang mana?

Bak menanti balasan chat dari gebetan, yang meski sangat tahu kesempatannya begitu kecil, Aira masih dengan sabar menunggu barangkali ada satu atau dua buah mangga yang merelakan diri untuk jatuh ke tanah, mengingat angin yang berhembus sedari tadi cukuplah kencang.
Dan, sekarang membayangkan itu akan benar-benar terjadi, membuat mulutnya semakin gatal saja.

Gemerasak langkah kaki samar-samar terdengar.

"Dek, kamu ngapain sore-sore disitu? Banyak nyamuk loh ... belum semutnya ... gigitannya nggak seenak gigitan Rae-." Tak dilanjutkan sebab ingat tentu adiknya itu akan marah, jadi tertawa saja empunya suara. "Hahaha."

Mendengar itu tiba-tiba, membuat Aira sedikit terlonjak dan hampir jatuh saat tak sengaja dirinya menginjak tumpukan ranting kecil di depannya. "Aww ... aww ...," latahnya bersamaan dengan berusaha untuk menjaga keseimbangan badan hingga tak sampai berakhir dengan terjerembab—kan malas juga kalau lututnya menjadi biru-biru nanti.

"Abang! Untung aku nggak jatuh ... eem ... nggak ngapa-ngapain kok ... iseng doang, nyari angin," jawab Aira sambil berjalan manyun, melewati Fadhil, akan masuk ke rumah.

"Eh ... eh bentar dulu," sergah Fadhil yang kemudian berjalan ke arah pohon yang tadi Aira dekati. "Kamu mau itu?" tunjuknya ke atas.

Aira melongo sejenak. Bagaimana mungkin kakaknya tahu?

"Pengen nggak? Kalau iya biar Abang petikin beberapa," lanjutnya dan tanpa menunggu jawaban, Fadhil segera menggotong sebuah penggaet dari bambu dan mengarahkan itu ke sekumpulan mangga muda yang tampak kriuk di mata Aira yang tak henti mengamati.

Beres dengan 'kepekaannya', Fadhil menghampiri Aira yang tampak berbinar memandangi apa yang ada di tangannya kini.

"Kok Bang Fadhil tahu sih? Aku ... lagi pengen ini."

Tertawa. "Iyalah, memang ... Abangmu ini nggak jago nangkap bola kaya Kurnia Mega, tapi masalah nangkap kode-kodean ala wanita Abang sedikiiittt paham."

Aira ikut tertawa remeh. "Giliiing. Perasaan aku nggak ngode tuh."

"Mulut kamu memang nggak ngode, tapi matamu itu loh ... keliatan mupengnya hahaha."

"Iiihh."
Meninggalkan kakaknya yang masih berdiri di belakang, Aira masuk dan menghentikan langkah di meja dekat dapur, bibirnya tak henti membentuk lengkung senyum sementara tangannya mulai sibuk mencuci mangga dan mengupasnya.

Pak Dosen, Ai love you! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang