[75] Kangen

33.7K 2.6K 268
                                    

Apa kabar duniaaa???

Oh iyaa ... RL lagi padettttt banget, jadi belum bisa langsung DOUBLE UP, dari kemarin2 ngejar tapi cuma sanggup nyelesaian satu part aja 🙈—daripada kalian makin lama nunggunya, makin gerah karena gantung ya udah aku up dulu aja yang ini.
Sorry, jangan kecewa ya ... aku memang sempat bilang akan (usaha) double up tapi lagi2 balik dan harus nyesuaiin sama kehidupan nyataku juga ... so jangan marah yaaa ❣️

_____________________________


🎵 Can you feel the love tonight (Instrumental)


Sedikit gerimis di pekatnya langit Surabaya, menemani Aira yang masih saja berharap rasa kantuk segera ada. Dengan bersandar pada punggung ranjang, dia kembali mengintip notifikasi pesan berikut panggilan di layar ponsel—yang tentu saja masih didominasi oleh nama yang sama.

___

Ma Pasha ❣️

• Mas baik-baik aja di rumah ...
• Mas harap Aira juga, dimana pun berada
• Jaga kesehatan dan jangan begadang 😘

___

Satu pesan terakhir yang baru dikirimkan oleh Raesha lima menit yang lalu, akhirnya Aira baca, setelah mungkin ratusan pesan dari lelaki itu ia abaikan dan berpuluh panggilan darinya juga dia diamkan.

Masih menatap bar chatting-nya dengan Raesha, Aira meletakkan kembali ponselnya menghambur kasur di samping kaki, sembari memeluk lutut, dia bergumam, "Nyuruh-nyuruh aku jangan begadang, tapi Mas sendiri malah belum tidur jam segini."—seolah yang dia tuju bisa mendengar.

Di ruang kerjanya, Raesha sontak berdiri dari kursi kala melihat adanya tanda online milik sang istri, centang duanya pun sudah memunculkan warna—bukan lagi kelabu tanpa nyawa. Tak ayal, sebuah senyum lantas terkembang di wajahnya. Walau tak mendapat balasan meski satu huruf pun tapi sangat melegakan rasa di dada. Dan, sambil berjalan menuju kamar mereka, Raesha mengetik lagi.

Ting!

Dilirik segera layar yang kembali menyala itu oleh Aira.

___

Ma Pasha ❣️

• 🙁🙁 Tuh kan begadang
• Kenapaaa?
• Kangen yaa sama Mas?
• Tidur sayaaang *pukpuk*

___

Tak dapat dielak, Aira sedikit tersenyum saat membacanya. Memang benar, hati perempuan itu terus menerus mengucapkan kata rindu—tidak mungkin jika tidak. Tak jauh berbeda dengan raganya yang menuntut untuk selalu berada di dekat Raesha—sebab sekeras apapun Aira mencoba untuk melupa justru inginnya untuk berjumpa dengan lelakinya semakin terasa.

"Sepuluh menit baca pesan-pesannya Mas, bikin sia-sia sepuluh jam aku berusaha buat nggak mikirin Mas hari ini. Mas Raesha nyebelin, ngeselin ... aku tuh kangeeen ... hiks," isak Aira lagi-lagi seakan sosok Raesha begitu dekat hingga mampu mendengar ocehannya.

Selama 'bersembunyi' di rumah kakaknya, apa saja memang Aira kerjakan, entah bermain bersama keponakan, atau membantu beberes rumah hingga pekarangan, apapun itu meski harus dilakukannya berulang-ulang kali semata hanya untuk membuat dirinya tak terlalu memikirkan Raesha, tapi tetap tak bisa—saat sosok suaminya itu sudah teramat merasuk dalam hidupnya sekarang.

Pak Dosen, Ai love you! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang