[59] Aku Kekasihnya, Lagi.

37.6K 2.4K 310
                                    

Once again, cerita ini lumayan banyak flashback & rewind-nya (apalagi part2 yg akan datang nanti) jadi bacanya pelan-pelan aja ☺️

________________________

Titik-titik peluh mulai membasahi dahi, detakan jantungnya pun seakan berpindah pada kepalan tangan Raesha kini. Laki-laki ini baru saja keluar dari ruangan Julia—seberapa waktu tak ada reaksi apapun yang mencolok, sebab dia sedang mencoba untuk menahannya.
Ada rasa geram, penasaran, dan gejolak-gejolak lain yang tak mampu Raesha utarakan. Sementara, Alan yang menunggu di luar sedari tadi hanya mampu menatapnya dengan perasaan serba salah dalam hati.

Mulai berfokus pada Alan yang setia berdiri di sampingnya.
"Apa maksud semua ini? Kenapa kamu bawa aku ke sini?"—dia masih mencoba untuk menanyakan hal tersebut setenang mungkin.

Alan belum juga bersuara. Dirinya mendadak susah merangkai kata. Lagi-lagi dia hanya diam dengan pandangannya yang menyimpan banyak hal—meminta untuk ditumpahkan.

Lalu ...

Ditarik paksa dan dicengkeram kuat pundaknya, Raesha mulai terlihat tak sabar. "Kenapa kamu diam aja? Jawab!"

"Sha ...."

"Dan, kenapa kamu bisa mengenal Julia? Apa ... kamu juga tahu aku pernah punya hubungan dengan dia?"

Raesha tak kuasa untuk menahan emosinya, tak ada jalan lagi selain menuruti gelombang amarah yang mulai memuncak dalam kepalanya. Dihempas keras tubuh Alan membentur dinding. Memojoknya di sana agar dia mau menjawab segala rasa ingin tahu dalam benak Raesha sekarang.

"SIAPA KAMU SEBENARNYA?"

Alan berusaha untuk memberi pengertian.
"Sha, aku minta kamu untuk tenang dulu. Aku pasti akan menjelaskan tentang ini, tapi tolong ... sekali lagi, tenang dulu ... kita sedang di Rumah Sakit."

Menyadari dirinya memang berada di tempat yang tidak tepat untuk ribut, Raesha pun melepaskan cengkeramannya—mengendurkan kepalan tangan dan mulai mengatur kembali napasnya yang tersengal.

"Kita ke dormitory, aku akan bicara ... di sana," ajak Alan padanya.

•••

Berdiam di dalam mobilnya yang masih terparkir di basement Rumah Sakit, Raesha akhirnya jatuh dalam serangan arus panas dari dua bola matanya. Bulir-bulir bening itu mulai luruh—perlahan, menanda luka dalam hatinya begitu menyakitkan dia rasa.

"AAAARRGGGHHHH ..."

Tak henti, Raesha terus memukul pada dada yang kian bergemuruh itu, dirinya sungguh ingin marah, benar ingin menghardik betapa Tuhan tega padanya, memberi deraan penuh kecewa di tengah rasa bahagia yang mulai Raesha kecap belum lama.

"Kenapa hari ini kita harus bertemu lagi? Kenapa kamu harus seperti ini?!?"—frustrasi.

Pukulan itu berubah menjadi remasan tertahan—menambah kusut kemeja yang dipakainya. Raesha mencoba untuk mengurai pikirannya agar kembali jernih, setidaknya hingga dia bisa pulang dengan selamat tanpa menimbulkan kekacauan lain di jalan nanti.

Diinjaknya pedal gas pada kaki dengan sedikit kasar, Raesha ingin bergegas meninggalkan tempat yang seharusnya tak dia datangi jika dia bisa memutar waktu kembali.

Skip.

📍Apartment

"Wa'alaikumsalam, akhirnya pulang juga ... Mas ganti baju gih, habis itu kita makan bareng ya," ucap Aira dengan sedikit menyindir becanda di awal, sebab Raesha hanya diam tanpa mengucap salam dan lainnya, tapi bahkan suaminya itu tak mendengarkan dan malah langsung masuk ke kamar—tempat persembunyian yang tentu akan langsung dia tuju saat sedang begitu.

Pak Dosen, Ai love you! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang