Meskipun tergolong bucin garis kerasnya Damian Evano Yasa, Jena tetaplah perempuan yang menjunjung tinggi gengsi dan harga diri. Sejak kejadian di teras rumahnya dua hari yang lalu, Damian sama sekali tidak mencoba menghubunginya atau sekedar mengirim pesan singkat. Jena pun melakukan hal serupa karena jujur saja, ia masih kesal saat ingat bagaimana Damian mengatai Mark seolah dia adalah orang yang buruk.
Mark itu orang paling baik yang pernah Jena kenal, memangnya Damian siapa sampai bisa menilai Mark seperti itu. Mereka bahkan tidak cukup dekat dan hanya sempat bertemu sekilas beberapa kali. Sedangkan Jena sudah mengenal Mark jauh sebelum itu, bahkan jauh sebelum dia kenal Damian.
Menurutnya, Damian sudah jauh melewati batas. Dan Jena tidak suka itu. Damian boleh marah karena Jena tiba-tiba hilang tanpa kabar dan malah menginap di tempat Mark, dia bisa terima kalau itu. Tapi Jena tidak akan tinggal diam kalau Damian sampai mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Mark.
"Heh, malah melamun!"
Jena tersentak kala bahunya ditepuk oleh Ajis yang kini sudah berdiri di sisi mejanya.
"Kenapa?"
"Maju, giliran kita"
"Hah? Oh.. iya"
Dengan gerakan malas Jena berdiri dari tempatnya lalu berjalan mengikuti Ajis ke depan kelas. Hari ini dia ada presentasi tugas manajemen pemasaran yang ia kerjakan dua minggu lalu bersama Ajis, karena keasikan melamun Jena sampai tidak sadar kalau ini sudah giliran mereka untuk maju.
Setiap kelompok yang terdiri dari dua orang itu diberi waktu lima menit untuk membacakan hasil materinya, dan diberi waktu sepuluh menit untuk menjawab pertanyaan yang diajukan teman-temannya. Total ada lima belas menit untuk presentasi dan selama itu juga Jena lebih banyak diam ketimbang bicaranya, hanya sesekali membantu Ajis memberikan jawaban dan sisanya cowok itu yang mengurus. Padahal biasanya Jena terbilang cukup aktif dalam presentasi, mood-nya benar-benar buruk sejak hari itu.
Sepertinya teman-temannya cukup mengerti, mereka hanya mendapatkan dua pertanyaan yang tergolong mudah dan setelah itu selesai. Tidak ada drama menyusahkan seperti biasanya dimana Jena harus menekan emosinya kuat-kuat agar tidak meledak atas sikap sok ke-idealisan teman-temannya itu.
Setelah diberi isyarat untuk duduk oleh dosen mereka, barulah Jena dan Ajis kembali ke bangkunya masing-masing. Jena memilih untuk memasang airpods-nya sampai kelas berakhir, mengabaikan teman-temannya yang presentasi di depan sana.
Kebetulan Jena mengambil tempat duduk paling belakang dan mepet tembok, mungkin kalau dia tidur sekarang tidak akan ketahuan mengingat posisi dosen mereka juga tidak kelihatan dari tempatnya.
"Cin, bangunin gue kalau udah selesai ya" Katanya pada Cindy yang duduk di sebelahnya.
"Oh, oke Jen."
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Boyfriend { Tsundere } ✓
FanfictionBoyfriend Series #2 "Tapi sama kakak ya?" "Apanya?" "Tidurnya" "Cari mati ya?" Start: 8 Desember 2019 End : 8 Juni 2020 Copyright ©2019 by ApriLyraa