Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Chat gue kenapa nggak dibalas?"
"Astaga!"
Jena refleks menjatuhkan tabung Pringles dari tangannya saat Brian tiba-tiba saja sudah berdiri dengan jarak kelewat dekat, cowok itu bahkan berbisik di telinganya tadi. Benar-benar cari masalah.
"Aw, Jen! Sakit!!"
"Siapa suruh ngagetin gue" Jena merunduk mengambil tabung Pringles tadi dan memasukkannya ke dalam keranjang, untung saja tidak sampai pecah tadi.
Jena bergeser ke bagian biskuit dan memilih beberapa yang ia suka, sedangkan Brian masih sibuk memegangi kakinya yang tadi Jena tendang.
"Ternyata selain jutek, lo kasar juga ya"
Delikan tajam berhasil Brian dapatkan setelahnya, cowok itu nyengir lebar menunjukkan dua jarinya membentuk huruf 'V'. Takut kena tendang lagi.
"Tapi nggak apa-apa deh, gue tetap suka sama lo biar bar-bar gitu"
Kali ini Jena merotasikan bola mata. "Lo nggak diizinin buat suka sama gue" katanya sambil memasukkan biskuit tadi ke dalam keranjang.
"Kenapa gitu?"
"Ya karena gue udah punya pacar" Jena menoleh, berhadapan dengan Brian yang kini sudah bisa berdiri tegak di sampingnya. "Lo juga tau itu kan?"
"Terus kenapa kalau lo udah punya pacar?" Brian menantang.
"Seriously? Lo tanya itu? Jelas nggak bolehlah, masa suka sama pacar orang sih"
Brian menarik senyum miring, sedikit menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Jena yang lebih pendek. "Nggak masalah, gue bisa jadi yang kedua buat lo"
Jena melongo, Brian tersenyum puas.
"Dasar nggak waras!" Desis Jena menubruk bahu Brian kasar. Bukannya marah, Brian malah semakin tertantang.
"Kalau lo mau, kita bisa pacaran diam-diam tanpa sepengetahuan pacar lo pastinya"
Brian mengekori Jena yang kini berdiri di rak roti tawar.
"Otak lo ketinggalan di rumah ya?" Sindir cewek itu lalu melengos pergi, tentu saja diikuti Brian dengan senang hati.
"Mungkin otak gue ketinggalan, tapi gue selalu bawa hati gue buat lo kok"
"Ewh, jijik!"
Brian tertawa kelewat bahagia, membuat Jena mendelik kesal pada cowok itu. Rasanya mau Jena tendang lagi aja kakinya, ia tidak senang dengan cara Brian tertawa yang seolah mengejeknya itu.
"Ups, sorry" katanya setelah puas tertawa. "Tapi gue serius loh sama tawaran gue tadi"
"Nggak minat!"
Senyum miring kembali Brian tunjukkan, ia memandang punggung Jena yang berjalan di depannya. "Jangan terlalu cepat menjawab, pikirin dulu aja matang-matang"