Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Damian mencuci tangannya di wastafel selepas membantu staff laboratorium anatomi menguburkan salah satu kadaver yang ia dan teman-temannya gunakan untuk praktikum hari ini. Tidak lupa membasahi wajahnya sekedar untuk menyegarkannya kembali dari ketegangan di lab, setidaknya Damian lega sudah melewati salah satu ujiannya.
Saat ia keluar dari toilet, Sheren--salah satu teman sekelompoknya-- sudah berdiri dengan posisi menyandar ke tembok. Kedua tangannya nampak memegang dua cup kopi.
"Sher, ngapain? Toilet cewek di sebelah sana" ucap Damian sambil menunjuk ke arah kiri, tempat toilet perempuan berada.
Cewek dengan rambut panjang yang digelung tinggi itu menegakkan tubuhnya, seulas senyum ia tunjukkan seraya menyerahkan salah satu cup kopi pada Damian.
"Gue nungguin lo kali"
"Buat?" Damian bertanya sambil menerima kopi yang Sheren sodorkan, lalu meneguk isinya itu hanya untuk dibuat terpekik sesaat setelahnya.
"Pelan-pelan, itu masih panas!" Sheren ikut panik melihat Damian mengibaskan tangannya di depan bibir. Cewek itu merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan tisu dari dalam sana untuk diberikan ke Damian.
Cowok itu tersenyun tipis menerima tisu tersebut untuk membersihkan noda kopi yang tidak sengaja terciprat di kemejanya.
"Thanks, Sher"
Sheren menganggukkan kepala sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Damian.
"Lo nggak tidur ya tadi malam?"
"Nggak sempat"
Damian ada ujian blok tadi pagi, disusul ujian praktikum anatomi dan ujian histologi satu jam lagi. Kepala Damian rasanya mau pecah belajar banyak modul buat ujian hari ini dan berakhir nggak tidur semalaman.
Sebenarnya Sheren pun tidak jauh berbeda, namun ia memilih untuk banyak tidur dan istirahat sehari sebelum hari H setelah beberapa hari waktunya habis digunakan buat belajar. Sheren bahkan mengoleskan banyak concealer di bagian bawah matanya yang kini tidak jauh berbeda dengan mata panda.
Dari serangkaian ujian yang ia lewati hari ini, menurut Sheren anatomi lah yang paling bikin tegang dan menyita banyak waktunya buat belajar. Urusan bedah membedah sebenarnya adalah hal yang paling Sheren hindari, berulang kali ia harus menahan mual melihat organ tubuh manusia di depan matanya langsung. Ditambah bau formalin yang menyengat dari kadaver bikin Sheren rasanya mau nangis aja selama satu setengah jam berada di lab.
Sheren bahkan masih ingat pengalaman pertamanya saat membedah mayat, dia sampai menangis di lab saking tidak teganya mengoyak tubuh orang yang bahkan tidak dikenalnya itu. Dan berakhir tidak nafsu makan selama beberapa hari setelahnya, bayangkan saja lagi asik makan mie ayam di kantin tiba-tiba Sheren justru terbayang usus kadaver yang ia bedah. Gimana dia nggak langsung mual coba?