٤ [شرط]

667 93 7
                                    

Semua orang berhak menentukan semua tujuan hidupnya masing-masing. Jadi, tugas kalian hanyalah sebagai pendukung ataupun sekedar mengasih saran saja. Bukan menakut nakutinya, apalagi menghalanginya.

Suara bising terdengar di ruangan kelas 10 IPS 1 itu. Mawar berkali-kali memandang ke arah pintu dan melihat tempat duduk di sebelah Alya.
    
"Shila tumben belom dateng?," Tanya Mawar kepada Alya.
    
Alya menggeleng pertanda tak tahu. Cewek itu melihat ke arah jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit tapi Shila---perempuan yang tergolong datang cepat aneh saja jam segini belum kelihatan sama sekali.
    
Mawar memutuskan untuk menghubungi sahabatnya itu. Nggak tanggung-tanggung, langsung ditelpon!
    
"Halo, Shil? Kenapa lo belom dateng?," Tanya Mawar cepat setelah sambungan telpon itu terhubung. Mawar dapat mendengar suara yang agak ramai di sebrang sana.
    
Terdengar Shila yang sepertinya menjauh. "Sori, hari ini gue izin nggak masuk. Kesiangan." Jawabnya dari sebrang telpon.
    
Mawar mengerutkan keningnya begitu juga dengan Alya yang ikut mendengar.
    
"Owh. Kira gue lo kenapa." Dan akhirnya hanya itu yang dapat Mawar ucap.
    
"Oke. Kebetulan gue juga lagi ada acara, nih. Gue tutup, ya! Bye."
    
Sambungan terputus. Mawar menghela napas, lalu diliriknya belakang tempat duduknya.
    
"Darel juga nggak ada?," Monolog mereka bersamaan. Terlalu bingung. Ralat, lebih tepatnya kepo atau penasaran.
    
Mawar tersenyum picik begitu juga dengan Alya, saling berpandangan lalu berucap bersamaan, "Mari kita buat konspirasi!"

•••

Lagi-lagi hari Mawar diganggu oleh kakak kelasnya dan juga teman-temannya itu.
    
Baru saja Mawar duduk di kantin bersama Alya tapi tiba-tiba segerombolan kakak kelas yang tak lain adalah Magma dkk itu bergabung di meja yang mereka tempati.
    
"Cewek nggak baik berduaan, nanti yang ketiganya setan," celetuk Revan asal dan langsung mendapatkan cibiran dari beberapa sahabatnya terkecuali Magma.
    
"Bener kata Revan," timbrung Gav sedangkan Revan sudah tertawa bahagia.
    
Alya menggeleng begitu juga dengan Mawar. "Ada keperluan apa kalian ke sini?," Tanya Mawar retoris.
    
Magma diam begitu juga dengan yang lain. "Sekarang aku tanya, kantin itu tempatnya buat apa, sih?," Balas Magma yang malah balik nanya.
    
"Makan, lah!" sahut Mawar dan Alya cepat secara bersamaan.
    
Magma tersenyum. "Itu tau. Jadi, aku ke sini sama yang lain ya buat makan. Emangnya untuk apa lagi?," Respon Magma tersenyum penuh kemenangan melihat Mawar dan Shila mati-matian menahan kekesalannya.
    
"Oke, Mawar tenang! Bukan saatnya untuk ribut. So, mari tuntaskan ke kepoanmu itu," batin Mawar mencoba sabar.
    
Mawar tersenyum manis yang membuat Magma sempat terpaku tapi dengan cepat cowok itu mengenyahkan pikirannya.
    
"Darel hari ini kenapa nggak masuk?," Tanya Mawar kepada Magma yang merupakan sepupu dari Darel begitu juga dengan Revan, sedangkan sahabatnya memasang telinganya baik-baik.
    
Magma mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa emangnya? Shila juga nggak masuk, ya? Iya, mereka lagi ada acara," jawab Magma santai.
    
Merasa tak puas dengan jawaban kakak kelasnya itu giliran Alya yang bertanya. "Acara apa, ya?," Tanya Alya penasaran.
   
Revan tersenyum lalu ikut timbrung, "Acara kedua belah pihak keluarga."
    
Seketika Revan menahan jeritannya ketika kakinya diinjak oleh Magma di bawah meja. Ingin protes tapi tahu dirinya sudah salah bicara. " Ralat. Cuma acara biasa, kok," lanjut Revan membenahi ucapan sebelumnya itu dengan senyum paksa.
    
Mawar memutuskan untuk mengakhiri rasa penasarannya begitu juga Alya. Percuma, tidak memuaskan. Lebih baik esok akan ia tanyakan kepada Shila langsung.
    
"Ikut balapan lo malam ini?," Tanya Gav tiba-tiba.
    
Mawar menatap tak suka kakak kelasnya itu. "Kalian sering balapan?," Tanya Mawar cepat yang mendapatkan anggukan dari Magma, Edward, Gav dan Fino tak terkecuali Revan.
   
Perempuan itu tersenyum. "Beda banget sama orang itu," gumamnya seraya tersenyum.
    
Magma dengar. Cowok itu mendatarkan raut wajahnya. "Nanti malam aku jemput."
    
Tentu saja penuturan pemuda itu mampu memunculkan tanda tanya dibenak mereka.

My Heart is Calling You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang