"Ada yang lebih indah dibandingkan hanya mencintai dalam diam. Yaitu, ketika doa kedua insan saling menyatu dan menyapa berinteraksi lewat perantara Rabbnya."
My Heart is Calling YouCowok berperawakan tinggi dengan kain penutup mata itu terus-menerus menggulir butiran-butiran tasbih di ruang rawat seseorang.
Cowok itu baru saja mengerjakan sholat malam seperti biasanya. Karena jarak Masjid lumayan jauh dari rumah sakit ini dan tidak ada Musholla, maka cowok itu memutuskan untuk bermunajat di ruang rawat perempuan yang dicintainya.
Lelaki itu tersenyum tipis. Mereka tidak saling mencari. Alzam tidak mencari Mawar, Mawar pun tidak mencari Alzam. Tapi mereka di pertemukan oleh Allah.
Teringat sejak pertama kali bertemu meskipun kesannya tidak biasa, bahkan jauh dari kata baik tapi di situlah awal semuanya.
Alzam tidak tahu apa yang dirasakan olehnya ketika dirinya tak sengaja melihat perempuan yang sedang menulis sesuatu di kertas yang dia sobek di bibir pantai. Dapat Alzam lihat jika kedua orang tuanya sangat menyayangi perempuan itu dan dapat Alzam tebak jika hari itu adalah hari ulang tahun anaknya. Karena perempuan itu---Mawar yang suka sekali dengan pantai, mereka merayakannya di sana.
Tidak. Alzam sama sekali tidak melihat aurat perempuan itu yang belum memakai jilbab pada saat itu. Cowok itu hanya melihat gerakan tangan seseorang yang menulis sesuatu di kertas.
Ketika mereka sudah pergi, dengan sengaja sosok itu meninggalkan kertas yang sempat ia buat beberapa kalimat di dalamnya.
Alzam yang bersama Husain pada saat itu karena refreshing sebelum masuk kuliah mengambil kertas yang sudah berlari ke sana kemari diterpa angin.
Cowok itu tersenyum tatkala mendapatkannya. Menyeringit heran lalu tertawa kecil.
"Bisa nulis pake bahasa Arab ternyata."
Cowok itu salut. Memang, penampilan tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai adab seseorang. Alzam membaca kalimatnya dengan lancar yang dia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
"Sama halnya dengan mad 'aridh di mana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu. Karena ketika pertama kali melihatmu, hatiku tak mampu memaknai rasa. Seakan berjumpa dengan ayat yang bunyinya Alif Lam Mim, Alif Lam Raa, Tha Ha, Yaa Sin, dan seterusnya. Meeskipun singkat namun maknanya terungkap."
Sekilas cowok itu tersenyum. "Kamu kelas berapa, sih?"
Lagi-lagi Alzam tersenyum ketika membaca tulisan kahin almustaqbil yang artinya calon imamku. Cowok itu mengeluarkan pulpen di dalam kantong baju Abaya hitamnya dan menuliskan sesuatu di dalam kertas itu.
Layaknya huruf tafkhim, namamu pun tercetak tebal di pikiranku, tersebab mendoakanmu kini doaku seperti mad far'i yang lebih panjang bacaannya dari biasanya. Seperti hukum imalah yang dikhususkan untuk ro' saja, begitu juga aku yang hanya untukmu, zawjatuk almustaqbila✓
Cowok itu mengadahkan wajahnya ke atas langit. Seraya memuji Allah serta Rasul-Nya, cowok itu mulai berdoa.
"Ya Allah, Kau tahu? Hati ini terikat suka akan indahnya hati seorang insan ciptaan-Mu. Tapi aku takut cinta yang belum halal menjadi penghalangku mencium surga-Mu. Berikan aku kekuatan untuk menjaga cinta ini sampai tiba waktunya. Andaikan engkau mempertemukan aku dengannya lagi kelak, berikan aku kekuatan untuk melupakannya sejenak. Tapi bukan karena aku tidak mencintainya, justru aku sangat mencintainya. Allah, hati seseorang akan selalu condong kepada yang terkasihnya, begitu juga hati hamba-Mu ini yang akan selalu condong kepada-Mu, Ya Rabbi."
Setelah selesai Alzam melipat kertas itu lalu mengeluarkan salah satu kitab yang dia tekuni di dalam tasnya dan menyelipkannya di sana.
Tiba tiba Husain datang dan menepuk pundaknya.
"Iya, Bi."
Husain menuntun Alzam untuk masuk ke dalam mobilnya sebab matahari mulai tenggelam.
Seraya menyetir, Husain tersenyum dan menatap Alzam yang tengah melihat pemandangan. Jalanan yang mereka lewati sangat lenggang sehingga membuat Husain lebih leluasa untuk mengejar waktu Maghrib supaya bisa tiba di Masjid mana saja yang pria paruh baya itu temui.
"Kamu udah pernah denger kisah Barshisha?"
Tiba-tiba Husain bertanya yang membuat Alzam sedikit terlonjak. "Belum, Bi. Coba ceritain, Al mau denger."
Husain tersenyum. "Beliau adalah seorang ahli ibadah yang akhirnya berzina."
Alzam tersentak dan mengerjapkan matanya lalu menggumamkan istighfar. "Kenapa bisa?"
"Beliau ahli ibadah yang akhirnya berzina lalu menghamili perempuan lalu membunuhnya."
Alzam menggeleng membayangkannya.
"Sampai mau selamat setan suruh sujud kepadanya, ia pun tersungkur sujud kepada setan." Ada jeda. "Inget, ini ahli ibadah tapi akhirnya berzina. Kesehariannya ibadah bisa terjerumus ke dalam zina. Ini tanda godaan wanita itu sangat dahsyat."
Alzam tersenyum. "Abi tau, ya?"
Husain terkekeh. "Abi nggak ngelarang tapi jangan coba-coba, ya."
Alzam paham dan mengangguk. "Tapi, Bi... Sampe sekarang meskipun Alzam ini laki-laki tapi Alzam kurang setuju sama yang namanya jika seorang perempuan itu fitnah terbesar bagi laki-laki. Karena menurut Al, fitnah terbesar bagi laki-laki bahkan kita semua, itu adalah hawa nafsu kita sendiri." Cowok itu mengembuskan napasnya resah.
Husain memaklumi. "Itu karena matamu bukan mata para lelaki yang di luaran sana, Al."
Alzam tersenyum tapi seketika senyumnya lenyap ketika terdengar suara klakson mobil dari arah yang berlawanan. Alzam sontak panik bersama Husain ketika dirasa mobil itu remnya tidak bisa digunakan.
Dengan mata terpejam cowok itu mengucapkan. "Qadarullah wa maa syaa'a fa'ala."
Selepas mengatakan hal tersebut bunyi benturan keras menghampiri. Tubuh Alzam terlempar beberapa meter sedangkan Husain masih di dalam mobil yang sudah rusak parah itu akibat benturan keras.
Alzam kesadarannya menipis, sebelum tak sadarkan diri samar-samar cowok itu tersenyum. "Allah? Apakah ini awal dari segalanya bersama perempuan itu?"
Sebab, Mawar pun ikut terpental yang di mana tubuhnya sudah berlumuran darah di dekat Alzam. Sekilas Alzam mendengar, perempuan itu dengan oksigen yang terasa kian menipis melontarkan sebuah kalimat. "Mulai detik ini, aku benci pantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart is Calling You✓
EspiritualMawar Syakila Putri. Perempuan yang dipaksa untuk menjadi pacar dari seorang Magma Farel Danendra untuk mencapai tujuannya. Berkali-kali Mawar menolak, berkali-kali juga lah dirinya mendapatkan tolakan dari cowok itu. Hingga sebuah persyaratan cewek...