"Aku, kau dan dia...
Kita semua adalah milik Allah Bukan milik
si doi!"Mawar menggerutu kesal. Pasalnya, sudah lebih dari lima belas menit dirinya tak kunjung mendapatkan taksi. Cewek itu mencebikkan bibirnya. Jika tahu seperti ini akhirnya, dirinya lebih memilih ke sini naik mobil ke timbang jalan kaki untuk mencari udara segar. Perempuan itu duduk di bangku depan Alfamart. Cewek itu membuka salah satu Youghourt yang sempat dia beli. Meneguknya hingga setengah. Suara klakson mobil berhenti tepat di hadapannya. Mawar menatap orang itu bingung.
"Mau naik nggak?," Tawar orang itu dari dalam mobil dengan kaca mobil yang sudah diturunkan.
Mawar curiga. Apa iya, cowok ini dalang di balik kenapa taksi tidak kunjung melewati jalanan ini?
"Nggak mau!"
Dirinya acuh dan kembali meminum Youghourt hingga tandas. Tak disangka cowok itu keluar dari mobil dan menghampiri dirinya.
"Udah jam sembilan malem, Mbaknya nggak takut kena begal?"
Mawar kontan tertawa. "Siapa yang mau begal? Orang nggak bawa apa-apa." Ada jeda. "Btw, jangan panggil saya Mbak."
Laki-laki itu menggeleng lalu melirik kantung kresek Mawar. "Dua kantung belanjaan Mbak itu apa namanya?"
Mawar diam lalu tersadar. "Oh, emangnya masih ada begal yang mau ngambil belanjaan ini? Orang isinya cuma cemilan sama bumbu dapur."
"Yakin nggak mau?"
Mawar tersenyum tipis lalu menggeleng. "Enggak. Zina nanti."
Cowok itu duduk di samping Mawar.
"Namanya siapa?"
"Mawar."
"Nama lengkap?"
"Mawar Syakila Putri."
Cowok itu agak terkejut lalu selanjutnya tersenyum tipis. "Magma Farel Danendra."
Merasa familiar dengan namanya, Mawar langsung menoleh.
"Kenapa?"
Mawar menggeleng. Cewek itu seketika melotot ketika tiba-tiba belanjaannya main diangkut saja oleh orang itu dan mau tak mau Mawar mengikutinya hingga sampai di depan mobil.
"Apa-apaan, sih?!"
Magma menggeleng tipis tak menghiraukan. "Mulai sekarang kamu pacar aku."
Sinting!
Mawar menggeleng. "Tolong balikin belanjaan saya!"
"Enggak!"
"Balikin!"
"Enggak."
"Balikin atau saya teriak kalo kamu jambret?"
Magma tertawa. "Terima atau aku kasih tau apa aja yang aku tau tentang kamu?"
"Hah?"
"Aku tau semuanya tentang kamu, Mawar Syakila Putri."
Usai mendapatkan kalimat tersebut dengan raut wajah orang itu yang berbeda membuat dirinya merasa sekarang hidupnya telah berbeda dari yang sebelumnya. Cewek itu telah terjebak!
"Kamu siapa, sih?," Tanya Mawar dengan intonasi agak tinggi setelah sudah duduk manis di dalam mobil.
Magma tertawa. "Manusia apa malaikat?"
"Iblis!"
Cowok itu menggeleng. "Tugas aku sekarang ngejaga kamu sampe waktu yang udah ditentuin."
Mawar tertawa ringan. "Apa? Aku nggak salah denger, kan? Maaf, aku bisa jaga diri sendiri."
Magma tersenyum miring. "Nggak inget sama yang lalu-lalu?"
Otomatis Mawar mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Agak mencolos ketika cowok itu mengingatkan kembali tentang kejadian beberapa tahun silam.
"Saya nggak mau jadi pacar kamu, juga saya nggak percaya kalo kamu tau tentang saya."
"Oke. Terserah."
•••
"Sumpah! Gue nggak tau siapa orang itu!" Sungut Mawar setelah selesai cerita.
Kini Mawar bersama kedua sahabatnya tengah berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Perempuan itu bercerita pengalaman yang dia alami pada saat kemarin.
Alya terbahak dan mengambil minumnya. "Siapa tadi namanya? Kok random banget?"
"Magma!"
Shila mendelik mendapati sahabatnya itu terlanjur kesal. "Selow, dong!"
Alya berpikir. "Kayak familiar, deh, sama namanya." Ada jeda, cewek itu melotot. "Demi?! Mawar! Dia itu temennya Edward, Sepupu gue!"
"Hah?!" Mawar dan Shila kompak merespon.
Perempuan itu mengusap keningnya dan tertawa ringan. "Tunggu-tunggu, jadi maksud lo, dia juga sekolah di sini?," Tanya Mawar hati-hati.
Semoga saja tidak satu sekolah.
Alya mengedarkan pandangannya. Setelah melihat objek yang dicari ketemu cewek itu menepuk bahu sahabatnya lumayan kencang. "Lo liat pojok kantin itu!"
Shila dan Mawar menoleh dan menyipit. Mawar melotot ketika dirinya mendapati cowok yang mengantarnya semalam ada di sana bahkan sedang menatap ke arahnya.
"Demi apa kita satu sekolah sama dia?!!!"
Mawar semakin tak karuan ketika mereka menghampiri dirinya.
"Ngapain?," Tanya Mawar risih ketika Magma telah sampai di hadapannya.
"Aku bilang bakalan jaga kamu, kan?"
Revan tertawa mendapati sepupunya itu bucin. "Ini beneran Magma?"
Magma menggeleng tak suka. "Bukan."
Fino duduk. "Mawar, terima aja Magma. Dia sad boy."
Gav menyomot keripik milik Edward. "Coba bilang ke kita, Magma yang paket komplit ini kurang apa dimata lo sampe berani nolak? Padahal banyak yang ngincer dia, loh."
Mawar berdiri dan merapikan jilbabnya. Cewek itu menatap mereka dengan kepala yang di miringkan seraya tersenyum manis. "Serius paket komplit?" Ada jeda. "Sayangnya, gue nggak akan ngecap orang itu sebagai paket komplit sebelum gue tau gimana orang itu dalam menjalankan perintah agamanya, juga gue beda. Gue bukan mereka mereka yang suka ngejar-ngejar most wanted kayak kalian."
Usai berbicara seperti itu Mawar pergi diikuti dengan Alya juga Shila. Darel---yang sekelas dengan mereka itu menatap Shila dengan diam. Nama perempuan yang selalu dia bawa dalam doanya sedangkan Revan mengusap wajahnya gusar ketika tersadar ada yang tak beres dengan dirinya ketika melihat Alya tadi.
Lain halnya dengan Magma. Cowok itu mengepalkan tangannya erat dengan raut muka datar sebab merasa familiar dengan kata-kata Mawar tadi.
"Kamu beneran yang selama ini aku cari."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart is Calling You✓
EspiritualMawar Syakila Putri. Perempuan yang dipaksa untuk menjadi pacar dari seorang Magma Farel Danendra untuk mencapai tujuannya. Berkali-kali Mawar menolak, berkali-kali juga lah dirinya mendapatkan tolakan dari cowok itu. Hingga sebuah persyaratan cewek...