٢٨ [شيء مرير]

318 37 0
                                    

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, 'Bertaqwalah kepada Allah,' namun dia menjawab, 'Urus saja dirimu sendiri.'"
[HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman, 1/359, An-Nasa'i dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah dan di shahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 2598]
 

  
Magma merapikan beberapa pakaiannya, memasukkan ke dalam lemarinya. Cowok itu menghela napas pelan dan tersenyum mencoba untuk tegar.
    
Gak ada kesempatan lagi, kan?
    
Pemuda itu mengambil tasbih di atas nakas dan membaringkan tubuhnya di ranjang.
    
Dengan mata yang sudah berembun cowok itu mulai merenungi, ke mana saja dia berapa tahun ini?
    
Menghindar dari-Nya?
    
Cowok itu telah sampai di negara asalnya, nanti setelah sholat Dzuhur dirinya akan menghadiri sidang penceraian orang tuanya itu bersama yang lainnya.
    
Magma resah.
    
Apa dia akan kuat menghadiri pernikahan kedua orang itu?
    
Jika ingin memilih, lebih baik dirinya terpisah dari mereka.
    
Magma sudah mewanti hal ini sedari dulu. Karena bagaimana pun, sekuat apapun dirinya mencoba akan selalu gagal.
    
Berkali-kali bertanya di mana letak kesalahannya tapi semesta tak kunjung memberi jawaban kepadanya.
    
"Aku selalu ngalah," gumam cowok itu lirih.
    
"Apa ini penyebab aku gagal?"
    
"Tapi Abi selalu ngajarin aku untuk selalu ngalah dalam perkara dunia."
    
Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, "Jika engkau melihat orang laim mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat."
    
Magma bangkit dan mengambil wudhu untuk sholat qiyamullail.
    
Menggelar sajadah dan mulai mengerjakan sholat tahajud 8 rakaat ditambah witir 3 rakaat sebagaimana yang sering dilakukan Rasulullah.
    
Cowok itu menangis dalam diam. Tentu saja, jika bukan karena dorongan dari sosok Alzam mungkin dirinya belum ada di atas sajadah lagi seperti waktu dulu.
    
Dulu, dirinya sangat rajin beribadah. Sholat fardhu, sunnah dan rawatib selalu dikerjakan.
    
Dulu, dirinya sangat rajin berdzikir. Abinya selalu mengingatkan di mana pun kita berada kita harus tetap berdzikir memperbanyak istighfar, memuji Allah dan bershalawat. Sebab, Ibnu Taimiyah berkata, "Selalu berdzikir kepada Allah adalah kesibukan seorang hamba yang paling baik untuk dirinya." [Majmu' Al-Fatawa 10/660].
    
Dulu, ke mana-mana dirinya selalu membawa Al-Quran kecil dan tasbih ditangannya untuk bisa selalu murajaah di manapun kapanpun itu, juga ziyadah memanfaatkan tasbihnya untuk menghitung ayat-ayat baru yang ia hafal lalu diulang-ulang.
    
Dulu, dirinya bersama Alzam, Revan juga lainnya selalu berlomba-lomba untuk sampai duluan ke Masjid. Sebagai motivasi, mereka sepakat menyangka siapa yang duluan sampai ke Masjid maka pahalanya lebih banyak.
    
Magma tersenyum getir mengingat bayangan itu.
    
Dulu, jika orang-orang kebanyakan tahun baru merayakan dengan bakar-bakar dan sebagainya, beda dengan dirinya, Alzam, Revan, dan juga Darel. Mereka malah berlomba-lomba untuk ber'itikaf di Masjid sampai pagi untuk wujud rasa syukur mereka kepada Allah.
    
Dulu, dirinya juga tidak pernah pacaran. Sama halnya seperti Revan, Alzam dan yang lainnya selalu menjaga pandangannya. Berusaha mentadabburi selalu Al-Qur'an di kehidupan sehari-hari.
    
Dan dulu sekali, dirinya bersama Marvel ketika sholat berjamaah di Musholla dalam rumahnya selalu berebutan untuk menjadi imam sholat dan itu berhasil membuat Husain dan Kejora tersenyum lebar. Iya, terkadang jika Husain lembur dan tidak bisa memimpin mereka untuk menjadi imam sholat.
   
Seharusnya cowok itu mempertahankan semuanya. Bukankah itu hal-hal baik?
    
Tapi perlahan semua itu sirna di dalam dirinya ketika tiba-tiba Abinya meninggalkannya. Abinya mengingkari janjinya yang katanya orang itu berjanji akan hadir di hari bahagianya ketika menghalalkan seorang gadis pilihan dari-Nya. Cowok itu terlampau kecewa, yang tadinya selalu bertawakal tidak menyalahkan takdir-Nya pada saat itu mulai putus asa akan rahmat-Nya juga akan takdir-Nya yang tidak selalu berpihak kepadanya.
    
Bahu Magma bergetar hebat. Cowok itu tidak membisikkan apa-apa kepada pemilik langit dan bumi. Hanya tangan yang disejajarkan di hadapan mukanya juga air mata yang terus menerus mengalir.
    
Dirinya sudah kelewatan. Seharusnya, sebagai seorang hafidzh, dirinya bisa untuk selalu murajaah untuk menjaga hafalannya seperti Alzam, Revan, Darel, Marvel, Edward, Fino, dan Gav. Tapi setelah kejadian itu... Dirinya sangat jauh dari Al-Qur'an.
    
Magma---untuk pertama kalinya merasakan keajaiban dari-Nya. Meskipun cowok itu tidak lagi mengingat-ingat hafalannya tapi sampai detik ini hafalannya masih setia dibenaknya. Magma tidak menjaganya tapi Allah yang menjaga hafalan Qur'annya untuk dirinya.
    
Karena Allah tahu bagaimana perjuangan sosok Magma menjadi seorang hafidzh.
    
Magma sempat berpikir, apa mungkin dirinya akan menjadi salah satu sosok orang pada zaman dahulu? Yang di mana kehilangan hafalannya 30 juz karena wanita hingga yang tersisa dibenaknya hanya dua ayat saja?
    
Tapi itu hanya dugaannya saja. Nyatanya, Allah Maha Baik kepadanya.
    
Magma terlanjur nyaman hingga dirinya berbaring di atas sajadah dengan mata yang basah mulai tertutup lalu tangannya menggulir butiran-butiran tasbih.
    
"Apa gue pantes buat taubat?" Ada jeda. "Yang tahu itu dosa tapi masih gue terusin. Gue maksa Mawar buat masuk perzinaan pacaran, gue nggak pernah sholat lagi semenjak hari itu. Kalo gue sebutin satu-satu adab buruk gue sama Allah, nggak bakalan ada abisnya, kan?"
    
Alzam memakai sarungnya seraya terus mencerna omongan Magma yang sudah siap terlebih dahulu untuk sholat.
    
Alzam tersenyum. "Kayaknya kamu hafal hadits tentang tobat, deh." Cowok itu duduk di samping Revan yang sedari tadi sedang membaca Al-Qur'an. "Coba keluarin haditsnya, Abang mau denger," lanjut Alzam sengaja untuk mengetes sejauh apa ingatan Magma.
    
Magma mengembuskan napasnya pelan lalu mulai membacakan salah satu hadits yang ia hafal dari keseluruhan hadits-hadits lainnya. "Rasulullah bersabda, seandainya kalian berbuat salah hingga dosa kalian memenuhi langit lalu kalian bertaubat pasti Allah akan menerima taubat kalian. Hadits riwayat Ibnu Majah nomor empat ribu dua ratus empat puluh delapan."
    
Alzam tersenyum puas. "Masih ngeraguin? Masih ngeraguin ayat-ayat Al-Qur'an juga yang di mana Allah banyak banget bilang bakalan selalu ngampunin dosa-dosa hamba-Nya kecuali syirik? Masih ragu sama salah satu Asmaul Husnanya yang namanya Ya Ghaffur, Ya 'Afuw, Ya Tawab?"
    
Magma menggeleng. "Demi Allah, enggak sama sekali!" Sahut Magma cepat. Jika dirinya meragukan, apalagi Al-Qur'an itu tandanya dirinya bukan seorang mukmin.
    
Nauzubillah.
    
Revan bangkit dan mengambil sajadahnya itu. "Inget. Allah jadiin kita seorang muslim karena Allah mau liat kita di surga-Nya. Kita udah dikasih jalur VVIP buat masuk surga-Nya karena nggak semua orang dijamin masuk surga, tapi semua umat Islam kecuali orang yang bunuh diri udah dijamin bakalan masuk surga meskipun ada yang melalui neraka dulu. Tugas kita sekarang, harus sungguh-sungguh buat dapetin surga-Nya tanpa ada kesakitan nanti di akhirat."

•••

Magma tersenyum lebar bersama Marvel dan Xilcia setelah keluar dari persidangan.
    
Semua sudah beres.
    
Kenapa lega sekali rasanya?
    
Karena memang dari dahulu salah. Iya, mereka salah mengartikan amanat Husain.
    
Magma melirik malas ke arah Xilcia yang selalu nempel sama Marvel nggak di mana-mana.
    
"Tolong, inget ada manusia di sini," lontar Magma berusaha menyadarkan pasutri itu.
    
"Diem, Mag! Bentar lagi lo bakalan dapet keponakan."
    
Sahutan Marvel yang terlalu lancar itu berhasil membuat Magma ke sandung sampai sandal yang cowok itu pakai hingga terlepas.
    
Xilcia sontak terbahak. "Sumpah! Baru kali ini liat Kak Magma pake sendal."
    
Magma mencibir kesal. "Gila!"
    
"Gue serius."
    
Magma diam dan otomatis mendekat. Ada binar bahagia di wajah Magma, dapat Marvel lihat itu. "Serius ada keponakan gue di dalam perut?," Bisik Magma seraya melirik perut Xilcia yang masih datar tapi agak membuncit.
    
Ya, intinya gitu. Ada cebong di dalam.
    
"Kemarin periksa terus udah dua bulan," jawab Xilcia dengan senyum lebar.
    
Magma memperlihatkan deretan giginya yang putih itu. Marvel dan Xilcia yang melihat Magma yang dahulu sudah kembali itu tersenyum lebar.
    
"Sumpah! Pokoknya gue harus jagain Xilcia sembilan bulan!"
    
"Dih? Situ Bapaknya?" Marvel jadi sewot.
    
"Selagi napas berhembus aku akan selalu menjaganya," puitis Magma tak serius.
    
"Bang Al udah balik belum, ya?," Tanya Magma memilih mengalihkan topik pembicaraan ketika sudah sampai di parkiran mobil.
    
"Besok baru balik. Kenapa emangnya?"
    
"Nggak apa-apa. Mau ngomong aja."
    
"Serius udah ikhlasin Mawar?"
    
Magma menggeleng dan tersenyum tipis. "Apa yang harus gue ikhlasin? Emang dari awal, kan, gue nggak pernah milikkin hatinya, kan?"

•••

Ruang tamu dengan pintu utama terbuka itu di kediaman keluarga Alzam terlihat Magma juga Alzam yang sepertinya sedang beradu argumen. Tapi bukan itu kenyataannya, hanya orang-orang terdekatnya saja yang tahu mereka sedang apa sebenarnya sebab ini pun sering dilakukan oleh kedua orang itu sedari dulu.
    
Alzam membenarkan letak kaca matanya dan membuang muka. "Emang dari dulu nggak seharusnya kamu deketin Mawar."
    
Magma berdecih. "Sumpah, Bang! Apa Mawar udah tau kalo pas Abi nabrak di dalem situ juga ada lo?" Ada jeda. "Jadi berarti, itu pertemuan pertama lo sama dia?"
    
Alzam mengangguk dan Magma pura-pura berpikir. "Al, jangan bilang semua ini berawal dari rasa bersalah lo?," Tebak Magma tapi Alzam hanya diam.
    
"Jangan bilang selama ini rasa cinta lo itu bohong? Semua bohong? Kalo sebenernya selama ini lo cuma buat nebus rasa bersalah aja?," Tanya Magma beruntun.
    
Alzam menelan salivanya. Cowok itu memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Magma. "Apa kabar sama kamu juga? Yang pura-pura ada rasa sama Mawar karena cuma pengen jagain Mawar untuk Abang?"
    
"JAGA OMONGAN LO!"
    
Seketika Magma membentak dan itu berhasil membuat Alzam terkejut.
    
"Lo brengsek, Bang!" Ada jeda dan Magma mengangguk singkat. "Semua salah. Kita sama-sama brengsek."
    
"Mawar yang nggak tau apa-apa kita sakitin."
    
Di sisi lain....
    
Tanpa mereka sadari di balik pintu utama ada seseorang yang mendengar itu semua.
    
Yang jadi bahan pembicaraan kedua cowok tersebut.
    
Dia adalah Mawar Syakila Putri dengan perasaan yang sudah hancur berkeping-keping.
    
Jadi selama ini hanya sandiwara?

My Heart is Calling You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang