٢ [رجل واثق]

712 112 15
                                    

Menulis sebuah nama yang belum tentu halal di biomu, tak akan mampu mengubah nama yang telah tertulis untukmu di Lauhul Mahfudz.

Kring!!!
    
Bel istirahat pun berbunyi di sekolah SMA Jaya Raya Bangsa. Guru pun yang menjelaskan materi akhirnya selesai juga dan keluar kelas setelah mengucapkan salam terimakasih.
    
Kini, Mawar dkk sedang merapikan buku-buku yang berserakan di mejanya itu. Tidak, jangan berpikir jika mereka abis belajar habis-habisan? Jangan terlalu positif thinking sama mereka kalo soal pelajaran. Mereka hanya mengeluarkan semua buku-buku pelajaran yang ada di dalam tasnya ke meja mereka, agar dikira anak rajin, pikir mereka. Iya, seperti itulah.

Namun, kenyataannya hanya menjadi cover saja. Sama sekali buku itu tidak dibaca, paling dicoret-coret karena ke gabutan mereka dan rasa bosan mereka yang mendengarkan guru sejarah itu menjelaskan materi.
    
Belajar itu enggak terlalu penting bagi mereka. Mau pinter apa enggak yang penting melangkah. Jangan berpikir terus, nanti otaknya buntu. Prinsip mereka.
    
Pasrahkan saja semuanya kepada Tuhan, karena garis takdir kehidupan sudah dibuat oleh skenario terbaik-Nya jauh sebelum kita berada di muka bumi ini. Prinsip mereka.
    
Nggak gitu konsepnya....
    
Tawakal katanya, mah. Tawakal tanpa usaha? Mana ada!
    
Ingat ayat ini,
    
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
    
Jadi, di sinilah pentingnya usaha. Jika doa tanpa usaha itu sama saja hasilnya, tidak ada hasil sama sekali. Tapi jika usaha tanpa doa sombong namanya. Seperti tidak butuh bantuan dari yang Maha Kuasa atas Segalanya. 
     
Juga dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada Nya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal!" (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan).
    
Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Mengandalkan (terlalu memperhatikan) sebab atau usaha itu menodai kemurnian tauhid. Tidak percaya bahwa sebab adalah sebab adalah tindakan merusak akal sehat. Tidak mau melakukan usaha atau sebab adalah celaan terhadap syariat (yang memerintahkannya). Hamba berkewajiban menjadikan hatinya bersandar kepada Allah, bukan bersandar kepada usaha semata. Allah lah yang memudahkannya untuk melakukan sebab yang akan mengantarkannya kepada kebaikan di dunia dan akhirat." (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/528).
    
Jika kita ragu bahwa usaha kita tidak akan ada hasil atau tidak ingin berusaha, ingatlah firman Allah yang terdapat pada surat An-Najm ayat 39. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Dan bahwasanya manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya."
    
Ingatlah pesan Imam Syafi'i, beliau pernah berkata, "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan."
    
Mawar berjalan menuju parkiran bersama kedua sahabatnya. Di sepanjang koridor tak lain hanyalah topik random yang dibahas. Mawar otomatis mundur ketika ada Magma dkk menghampirinya lagi. Cewek itu mengembuskan napasnya risih.
    
"Jadi gimana? Mau nerima Magma jadi pacarnya?," Tanya Gav kepo.
    
Mawar menggeleng keras. "Plis.... Ini gaje banget! Awal ketemu kayak gitu sampe sekarang pun masih kayak gini. Tiba-tiba dateng terus ngerusuh banget sekarang. Punya masalah apa sih, Kak?," Jawab Mawar sekaligus bertanya.
    
Mereka diam. Suasana mendadak hening. Magma berdehem. "Gue nggak bercanda. Sebenernya bukan gue banget kayak gini sama orang. Tapi, seenggaknya kalo lo nggak mau nerima ya.... Harus terima! Seenggaknya---sampe waktu yang gue tentuin," jelas Magma.
    
Mawar tertawa remeh. "Kalo gue nggak mau?"
    
Magma mengembuskan napasnya. Sumpah demi apapun ini bukan sifat dia banget. "Harus mau bismika allahuma ahya wa bismika amut bareng aku nantinya."
    
Begitu Magma berbicara seperti itu, Revan tertawa lantang. "Serius gue kasih paham sama lo, nih. Kata Upa gue, cowok belom bisa dikatakan gentle kalo misalnya belom melihara singa di dalem kamarnya."
   
"Nyari mati yang sebenernya," damprat Fino kesal.
    
Magma jengkel. "Emangnya Om Afzal melihara?," Tanya Magma. Om Afzal adalah pamannya yang merupakan Ayahnya Revan.
    
Revan mengangguk cepat. "Kalo enggak percaya, sini gue kasih liat," ujarnya seraya menggulir layar ponselnya mencari gambar yang ingin cowok itu tunjukkan.
    
"Nih!"
    
"ITU BONEKA SINGA, YA, INSAN!"

My Heart is Calling You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang