١٦ [تذكر للحظة]

278 39 0
                                    

Tidaklah seseorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya."
(HR Bukhari: 5641).

 Magma tersenyum tipis tatkala orang yang dia tunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Cowok itu keluar dari mobil dan menghampiri Mawar yang sedang berbincang dengan Alya dan Shila.
    
"Eh, di jemput sama Mas pacar, toh, ternyata," ledek Alya seraya manggut-manggut.
    
Shila mengerling. "Mau nge date lo?," Tanyanya sekedar basa-basi.
    
Mawar menekuk mukanya karena terik matahari. "Apaan, sih. Udah sana pulang! Udah ditungguin sama Pak suami lo, Shil. Cuma si Alya doang yang nggak ada barengannya," usir Mawar setengah mengejek.
    
Shila tertawa bertepatan dengan Darel yang menghampirinya. "Gue duluan, ya!"
    
Sekilas pandangan Magma dan Darel bertemu. Mereka berkomunikasi lewat tatapan mata. Seolah tau apa yang terjadi, Darel menambah kecepatan motornya agar bisa menemui sepupunya itu. Mana mungkin dia berani menurunkan Shila di tengah jalan.
    
"Sopir gue udah dateng, nih. Hati-hati kalo mau jalan," pesan Alya seraya berlalu sedangkan Mawar hanya tersenyum tipis.
    
Mawar mengikuti Magma yang berjalan menuju mobilnya. Magma tersenyum seraya memberi kode.

"Kenapa, Kak?," Tanya Mawar yang masih belum paham.
    
Magma mendekat. "Kerudung kamu agak miring," kasih tau Magma yang langsung didengar oleh Mawar.
    
Cewek itu membenarkan sedikit letak kerudungnya lewat kaca mobil. "Udah pas kan, Kak?," Tanya Mawar meminta penilaian.
    
Magma tersenyum. "Selalu cantik." Jawaban yang nggak nyambung.
    
"Mau ke mana? Tumben jemput aku," tanya Mawar yang kini sudah ada di dalam mobil.
    
Magma menengok seraya menyetir. "Ke mana aja. Kamu mau ke mana?," Jawab Magma yang malah balik nanya.
    
"Tadi aku ke rumah kamu tapi karena lama jadinya disuruh Tante jemput kamu aja," kasih tahu Magma yang hanya dibalas anggukan oleh Mawar.
    
"Mau makan?," Tanya Magma. Mawar menengok. Lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya.

•••

 Mawar memakan makanan yang dipesannya dengan khidmat. Sesekali dirinya melihat ke arah Magma yang begitu lahap makannya.

"Kakak laper, ya?," Tanya Mawar.
    
Magma menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Aku nunggu kamu dari jam sepuluh tadi, terakhir makan pas malem," jawab Magma terlampau jujur.
    
Mau tak mau Mawar tertawa mendengar penuturan kekasihnya itu.

"Kerajinan banget kamu, Kak."
    
Magma menggeleng, meralat ucapan Mawar. "Karena aku belum nemu solusi lain gimana caranya ngobatin rasa rindu selain ketemu."
    
Mawar menatap geli. "Dih, gombal banget."
    
Magma menekuk alisnya. "Gombal apaan, tuh? Nggak ada yang namanya gombal di kamus hidup aku. Karena orang tua aku nggak pernah ngajarin sama sekali."
    
"Serius, Kak?"
    
"Selalu serius dari awal kalo sama kamu."
    
Cewek itu tersenyum tipis. "Ke rumah Kakak, yuk!" Usul Mawar antusias.
    
Magma mengelap bibirnya dengan tisu. Menatap tak paham kekasihnya. Ini beneran ngajakin? Aneh banget. Ya gini lah, rasanya ketika punya pacar tapi berasa kayak bertepuk sebelah tangan, sekalinya bersikap manis, eh, dikira aneh atau malah bikin konspirasi kayaknya si doi udah mulai suka sama gue, deh.
    
"Udah sore, nggak mau pulang aja?," Tanya Magma balik melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul empat sore.

Maklum, karena dirinya dengan Mawar tidak langsung ke sini. Begitu mendengar adzan Ashar pada saat di perjalanan, cewek itu meminta dirinya untuk mengantarkannya dulu ke Masjid atau Musholla terdekat.
    
Mawar mengambil tasnya tapi urung ketika tiba-tiba tangan Magma merampasnya dengan lembut.

My Heart is Calling You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang