[06] Penyerahan Diri

131K 16.2K 3.8K
                                        

H. A. I

Fyi, ini aku nulis sambil ujan gede banget, mana petirnya gak berhenti-berhenti. Jadi agak was-was gitu soalnya rumahku di ketinggian huhu🥺 di kamu udah hujan belum?

Absen dulu dengan sebutin kalian anak ke berapa di rumah??

Question of the day is :

1. Sudah vaksin?

2. Kamu kelas berapa?

3. Kalau kamu di beri satu kekuatan, kamu mau punya kekuatan apa?

4. Pinter tapi jelek atau cantik tapi hodob?

JANGAN LUPA SPAM BLUE LOVE YA BUND💙💙

Happy Reading, dear❣

***

Keempatnya tengah berada di sebuah ruangan dengan tulisan ACE besar-besar di depan pintunya. Ruangan khusus yang mereka labeli sebagai tempat nongkrong mereka. Tak sulit meminta ruangan berukuran 5×5 m pada pihak sekolah, sebab uang yang keluarga mereka berikan bahkan 10 kali lipat dari apa yang para siswa biasa berikan.

"Bas bagi rokok." Lintang menengadahkan telapak tangannya pada Bastian yang tengah sibuk dengan gitarnya. "Kayaknya dingin-dingin gini enak buat ngudud." Lintang menunjuk ke arah jendela dimana di luar sana memang tengah hujan deras.

"Gak ada. Udah gue buang."

"Lah kenapa?" Abian penasaran.

"Soalnya di suruh ayang."

Satu toyoran mendarat di kepala kopongnya. "Ayang mana yang lo maksud?!" emosinya. Soalnya Bastian ini adalah playboy cap kakap, di tambah lagi dengan kemahirannya di dunia permusikan menambah daya tariknya meningkat.

"Ayang Mila lah, ayang mana lagi coba."

"Terus si Devina, Aurel, Clara, itu siapa setan?"

"Itu mah selingan doang kalo gue bosen."

Abian tak habis pikir, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Cowok kayak gini nih yang bikin cewek-cewek mikir kalo semua cowok tuh brengsek."

Bastian nyengir lebar. "Yang deketin gue duluan kan mereka, ya masa gue nolak. Gak baik."

"Tolol ih emang."

Lintang di ujung sofa lagi-lagi sibuk dengan ponselnya.

"Tang akhir-akhir ini lo sibuk mulu sampe hape dah, ada apaan si?" Bastian menatapinya penuh minta. Bukan tanpa alasan, dimanapun cowok itu berada maka ponselnya lah yang menjadi pegangan. Kalau salah satu dari mereka ingin melihat apa yang ada di dalam sana, cowok itu selalu buru-buru untuk menutupinya, seperti ada yang tengah di sembunyikan.

"Gak ada."

Bastian menatap Abian yang malah melemparkan kode tersembunyi.

"Lagi deket sama siapa lo? Keluarga mana? Nama perusahaannya apa? Jabatannya apa?" tanya Gama ingin tahu.

Pertanyaan yang bertubi-tubi dari Gama membuat Lintang menghela napas berat. "Harus banget orang yang gue suka punya latar belakang yang sama kayak gue?"

Gama mengangguk pasti. "Haruslah. Kalo dia miskin, emang orang tua lo gak bakal bertindak?"

"Orang tua gue gak sama kayak orang tua lo."

GAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang