Sebuah Kisah 38

1.9K 97 18
                                    

Usai perfomance mereka ada evaluasi terlebih dahulu sebelum kembali ke hotel untuk istirahat. Penampilan cukup keren untuk pertama kalinya setelah sekian lama mereka tidak project bersama. Sayangnya, rans carnival untuk selanjutnya di tunda karena ada larangan dari pemerintah mengenai penyakit yang sedang marak di bahas akhir-akhir ini.

"Jadi besok pagi, kalian semua bakalan pulang ke kota masing-masing. Tenang udah disipain tiket pesawatnya bareng A Rafi sama manager kalian," tutur A Rafi saat di akhir pembicaraan mereka.

"Selalu jaga kesehatan kalian pokoknya ya, berdo'a aja yang terbaik. Dan tenang rans carnival pasti akan lanjut ini hanya di tunda sampai waktu yang belum di tentukan," lanjutnya.

Setelah selesai evaluasi dan rapat tersebut, mereka kini bersama-sama kembali ke hotel. Ada rasa sedih di hati mereka tapi demi kebaikan bersama mereka harus menerima semuanya.

Mereka kini menuju parkiran untuk segera masuk mobil. Selama menuju ke mobil, Anneth mengobrol bersama Raisya dan Nashwa tapi sebelah tangannya memegangi ujung lengan sweater Deven yang berjalan di sebelahnya.

"Di pegangin terus gamau jauh-jauh ya?" Deven berbisik pada Anneth setelah melihat sweaternya sejak tadi di pegang oleh Anneth.

Bukannya mendapat membalas ucapannya, Anneth malah mencubit tangan Deven membuatnya meringis sedikit kesakitan.

"Mabar pubg skuy, Dev, terakhiran nehhh," ajak Gogo saat mereka sudah di mobil.

"Yuk, meluncurr,"

"Lepas dulu bentar yang mau mabar ya," lagi-lagi Deven berbisik pada Anneth. Anneth lalu melepasnya dan kini dia hanya diam menyandarkan punggungnya ke belakang.

Jalanan menuju hotel malam itu macet menjadikan perjalanan lebih lama dari biasanya. Mereka beberapa ada yang tertidur beberapa ada yang masih terjaga.

Deven baru selesai bermain gamenya bersama Gogo dan Deven kalah. Ia menyimpan handphonenya di pangkuannya lalu ia menengok ke sebelah kirinya ternyata Anneth tidak tertidur asik bermain handphone sementara Nashwa dan Raisya di sebelah Anneth sudah tertidur pulas.

"Nggak tidur?" Ucap Deven pelan hanya mereka berdua yang mendengar.

"Gamauu," Anneth menurunkan handphonenya ke pangkuannya lalu ia melirik Deven juga di sebelahnya.

"Tidurrr tidurrr masih lama tuh macettt," Deven menutup wajah Anneth dengan telapa tangannya.

"Hememm nanti nantii," Anneth menyingkirkan tangan  Deven dari wajahnya.

"Yaudah aku liatin harus tidur," Deven menopang kepalanya ke samping untuk menatap terus Anneth. Sementara yang di pandang asik memandang jalanan ke depan.

"Anneth," bisik Deven.

"Nethhh,"

"Nethiiii,"

"Ishh jangan diliatin terus Penn," Anneth mendorong wajah Depen yang sejak tadi memandanginya.

"Ya tidur makannyaaa,"

"Yaudaahhh iyaaa bawelllll," sebelum memejamkan mata Anneth menyerang pipi Deven, ia mencubit, mengunyelnya tanpa ampun.

"Dah ah jangan berisik akutu ngantuk dari tadi, cuman nunggu kamu beres main game," ujar Anneth.

"Yaudah udah sekarang tidur,"

"Hemm," Anneth mulai memejamkan matanya menyusul teman-temannya.

"Aku tiduran di pahamu ya, sebelum ldr lagi nanti pasti kangen. Selamat tidur."

Deven mengusap rambut Anneth yang sudah terpejam. Tapi, Anneth belum sepenuhnya terlelap ia masih mendengar ucapan Deven dan merasakan usapannya.

Setelah satu jam lebih, mereka akhirnya sudah dekat dengan hotel. Mami Anneth yang ada di kursi belakang membangunkan anak-anak. Tapi saat mau membangunkan Deven ternyata pria itu di paha putrinya jadi susah untuk membangunkannya.

SEBUAH KISAH #1 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang