Siang ini, Deven baru saja tiba di Jakarta bersama mamanya. Mereka hanya menyimpan barang-barang di apartemen, setelah itu mereka berangkat kembali ke kantor Kak James. Di sana sudah ada Anneth dan maminya yang menunggu Deven datang.
Saat tiba di kantor Kak James Deven langsung meyalami maminya Anneth begitupun sebaliknya. Deven yang menggunakan kaca mata hitam itu berjalan menghampiri Anneth.
"Neth, tinggiku sudah se-telingamu," Deven melepas kacamatanya dan tersenyum manis.
"Woaaa suaramuu nge-bass, Dev, hahahhaa," ujar Anneth.
"Kak James lihat tinggi Deven hampir nyusul Anneth," Deven merangkul Anneth untuk menyamakan tinggi. Kak James tersenyum simpul mendengar Deven tadi.
"Ah, kamu modus, Ven," ledek Kak James yang sadar Deven merangkul Anneth dari tadi.
"Gapapa kangen, Kak," jawab Deven asal dan membuat Anneth menunduk malu.
"Oh iya, Dev, kamu harus tahu lohh. Dua minggu yang lalu kan Anneth ada performance di Bekasi, nah terus dia dapet kenalan baru dongg cowo lagi. Terus mereka ngobrol bareng, ketawa-ketawa, asik banget pokoknya," Kak James mulaii mengkompori mereka yang baru bertemu saat itu.
"Kak Jamessssss," rengek Anneth. Pasalnya ia tidak bilang pada Deven. Ia hanya bilang kalau waktu itu performance dengan banyak artis remaja yang belum ia kenal.
"Ohh kamuu gituuu, kamu ngga bilang loh sama akuu, Neth, sama siapa ituu," Deven dengan aktingnya ikut terbawa suasana ingin melihat reaksi Anneth seperti apa padanya.
"Nah loh, Kak James ngga ikutaannn," ujar Kak James yang mengangkat kedua tangannya yang artinya tidak mau ikut campur dengan mereka. Tapi, Kak James tertawa geli melihat mereka seperti itu.
"Devv, cuman ngobrol ajaa nggak lebih. Plis deh percayaa," Anneth memohon-mohon agar Deven tidak marah padanya.
"Aku tanya siapa orangnya Anneth," ucap Deven penuh penekanan yang ia buat.
"Kak Ajil," Anneth menunduk tak mau melihat lebih lanjut reaksi Deven. Tak di sangka Kak James membisikkan sesuatu pada Deven.
"Terus Dm-an panjang maksudnya apa?"
Anneth diam matanya sudah berkaca-kaca. Niatnya hari ini adalah hari dimana mereka menceritakan segala hal selama mereka tidak bertemu, nyatanya jadi begini.
Deven yang melihat Anneth, tidak tega gadis itu sudah mau menangis. Deven merasa bersalah.
"Yaudah aku nggak mau bahas itu sekarang, aku nggak marah beneran kok, lagian tadi cuman prank kamu aja,"
Anneth melotot setelah mendengar ucapan Deven. Tidak minta ampun, Anneth mencubit pinggang, lengan, pipi Deven tiada henti sampai di empunya meringis kesakitan.
"Nggak lucu tau bercandanya!" Anneth hendak pergi keluar menghampiri maminya tapi ditahan oleh Deven.
"Maaf-maaf ngga akan lagi deh jahil gituu, jangan pergi dongg, masa aku dateng kamu pergi. Lagian sebagiannya kan emang aku ngga tau kamu tadi gitu," ujar Deven.
"Ya tapikan kamu tau aku ngga pernah mau aneh-aneh, lagian aku ngga ceritain sama kamu karena itu biasa aja dan di samping itu juga aku lupa, Dev,"
"Iya-iya aku ngerti. Yaudah kamu duduk jangan pergi-pergi,"
Anneth menurut ia kembali duduk di sebelah Deven. Pria itu asik memainkan pipi Anneth yang makin chubby.
"Kamu gendutan deh, Neth," ucap Deven saat sedang menekan-nekan pipi Anneth. Itu adalah kebiasaan Deven jika bersama Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH #1 [COMPLETED]
Ficțiune adolescenți~Kisah dua hati yang berasal dari dunia musik~