"Tuan sama Nyonya Hill jalan kemana nih semalem?"
Davira dan Archer saling tatap. Laras menatap mereka menunggu jawaban. Laras menggelengkan kepala dan menjewer telinga Archer hingga cowok itu mengaduh dan meminta ampun.
Tapi sayangnya Laras belum puas. Davira juga tidak bisa berbuat apa-apa karena jika dia membuka mulut tawanya akan lepas. Archer si sangar tidak bisa mengelak atas Laras.
"Bagus yaaa Daviranya di ajak midnight drive. Dikira mama enggak tahu apa. Kalau nanti Davira masuk angin gimana?" Laras melepas jeweran pada telinga Archer.
"Kok Archer aja sih yang kena marah? Kan Davira juga ikut," Keluh Archer.
"Kan kamu yang ngajak, Dav lain kali enggak boleh ya pergi tengah malam lagi. Biar aja ini anak pergi sendiri,"
"Iya ma, maaf ya,"
"Enggak apa-apa sayang, kali ini mama maafin. Tapi kalau kehuan lagi, kalian bedua mama jewer," ancam Laras.
"Iya mama, kita berangkat dulu," kata Archer sembari mencium pipi Laras.
"Hati-hati,"
oOoOo
Dari dalam mobil, Davira memperhatikan satu demi satu siswa dan siswi yang ada di parkiran. Mobil sudah berhenti, tapi dia belum berniat untuk keluar. Perasaan cemas masih menyelimuti.
Archer menatapi raut bimbang Davira dari samping. Cowok itu paham betul apa yang ada dalam pikiran Davira. Dia hanya tidak siap menjadi objek gosip atau lebih parah tindak bullying gara-gara 'menunpang' di mobil Archer yang notabene anak popular.
"Dav,"
Davira menoleh. Archer menggenggam tangan Davira sembari tersenyum meyakinkan. Perlahan Davira melepas genggaman tangan Archer dan membuka pintu mobil.
Benar saja, sebagian besar siswi berhenti bahkan secara terang-terangan melempar tatapan aneh pada Davira. Tapi bukan Archer namanya kalau tidak sigap. Tangannya menahan tubuh Davira yang hendak mundur kembali.
"Jalan aja," kata Archer.
Davira menegak saliva dan menarik tali hoodie yang dia kenakan. Memakai hoodie adalah salah satu cara Davira untuk mengakali ukuran perutnya yang sudah membesar.
Pagi ini Dewi Fortuna sedang berpihak pada Davira. Kedatangan Kiana membuat segalanya jadi lebih ringan, dia merangkul Davira dan menjauh dari Archer serta kerumunan. Agak kesal karena Davira 'dibawa kabur' setidaknya Archer memuji langkah cepat Kiana.
"Lo tuh kalau kejebak situasi tadi harus cepet-cepet kabur! Gimana sih," Kiana misuh-misuh.
"Bentar tangan gue kelelep," kata Davira, tapi Kiana tidak peduli.
Mereka berdua langsung masuk kelas. Davira pura-pura bodoh saja seolah seisi kelas tidak menatapinya dengan aneh. Belum lagi tatapan-tatapan sinis dari fans garis keras Archer. Gue istrinya!
oOoOo
Sepulang sekolah, Davira, Archer, Laras, dan Monika menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Davira. Mereka duduk berdampingan di kursi panjang depan poli kandungan.
Davira mengucap syukur dalam hati karena perlahan Monika bisa menerima kondisinya. Harapan Davira, Fadli juga bisa melakukan hal yang sama terhadapnya.
"Ibu Davira Friska," panggil seorang perawat.
Mereka serempak berdiri dan masuk ke dalam sebuah ruangan. Dokter Rani–dokter kandungan–tersenyum hangat.
"Hai, saya Rani. Dengan Davira, benar?" Dokter Rani mengulurkan tangan.
Davira menyambut uluran tangan Dokter Rani. "Iya, saya Davira,"
Dokter Rani lantas tersenyum dan membaca sebuah kertas yang ada dalam genggamannya. "Pemeriksaan sebelumnya sama Dokter Sherly ya?" Davira mengangguk.
Kemudian, Davira diperintahkan untuk berbaring. Dokter Rani mengoleskan sesuatu di atas perut Davira dan menempelkan sebuah alat lalu mulai tersenyum.
"Waah, udah gede ini sih dedek bayinya! Kayaknya perhitungan sebelumnya salah, ini udah masuk lima bulan," kata Dokter Rani.
"Lima bulan?" Baik Archer, Laras, maupun Monika sama-sama terkejut.
"Iya, coba saya cek dulu jenis kelaminnya," Dokter Rani menatapi monitor di sebelahnya dengan serius. "Ini laki-laki. Ahh gemas banget!"
Wajah bayi yang tengah tertidur dan tersenyum memenuhi monitor. Monika dan Laras saling berpegangan tangan, mereka berkaca-kaca. Archer tersenyum lebar, napasnya putus-putus. Bahkan dadanya sendiri tidak mampu menahan letupan rasa bahagia.
Setelah itu, Davira dan Archer duduk berdampingan di depan Dokter Rani. Dokter muda itu tersenyum dan memberi hasil USG kepada Archer.
"Bayinya sehat. Tapi Davira harus tetap jaga kesehatan ya, banyak makanan-makanan bergizi. Saya harus ingatkan dari awal jika kehamilan di usia Davira ini sangat berisiko sekali. Terutama saat melahirkan," Dokter Rani menatap Davira.
"Tubuh kamu masih belum siap menerima segala perunahan yang terjadi. Jalan lahir bayinya masih sempit, pada kasus Davira peluang kelahiran caesar sangat besar, sekitar tujuh puluh persen. Tapi bukan berarti tidak bisa normal loh ya! Intinya Davira harus tetap sehat!"
Davira mengangguk mengerti. Dokter Rani kembali menatap Archer. Kali ini jenis tatapan yang membuat Archer kebingungan sendiri.
"Selama kehamilan kalian tidak dianjurkan untuk berhubungan badan. Rawan!" Kata Dokter Rani serius. Archer mengangguk.
"Umur kamu berapa Archer?"
"Tujuh belas,"
"Kamu lebih tua dari Davira dan seharusnya lebih dewasa. Ingat kamu punya bertanggung jawab besar, jangan sampai lalai. Mengerti?"
Lagi-lagi Archer mengangguk paham, "Mengerti,"
oOoOo
Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi semua yang merayakan❤
Asyiq update~

KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated
RomanceTentang Davira dan mahkotanya yang hilang. Tentang Davira dan mimpi-mimpinya yang pupus. Tentang Davira dan sayap-sayapnya yang patah. Lo berhak bahagia atas hidup lo sendiri. Lo berhak mencintai diri lo sendiri enggak peduli sehancur apapun hidup...