Dua

34 8 0
                                    

Ponsel Davira menyala, pertanda baterainya sudah terisi penuh. Sore ini Kiana akan menjemputnya, meminta izin kepada Mama dan Papanya dengan alasan belajar kelompok dan acara menginap kecil-kecilan antara mereka berdua.

Di kamar, Davira juga sudah menyiapkan beberapa peralatan untuk meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dia benar-benar ingin pergi menginap ke rumah Kiana. Ponsel Davira kembali berdering kali ini sebuah notifikasi masuk.

Kiana Wijaya:
gw udh di dpn
lo di kamar aja, nnti gw yg
ke kamar lo

Davira Friska:
O.K

Jantung Davira berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Ini pertama kalinya dia membohongi Mama dan Papa hanya demi pergi ke sebuah pesta ulang tahun. Lebih parahnya lagi, pesta tersebut diadakan di sebuah club ternama.

Dalam kamar, Davira berharap semoga dia tidak bertemu dengan saudaranya atau siapapun yang kira-kira akan melaporkan perbuatannya ini ke kedua orang tuanya. Karena jika tidak, bisa dipastikan hidup Davira akan sebentar lagi.

Pintu kamar diketuk. Wajah Monika—mamanya— muncul dari balik pintu sembari tersenyum. Davira balas tersenyum, berharap jika ada kabar baik yang akan dibawa sang mama.

"Yuk turun, temenmu udah jemput. Katanya mau nginep bareng?"

Mata Davira membulat. Ada letupan bahagia yang tidak bisa dia ungkapkan. "Serius? Mama bolehin?"

"Serius laah, lagian kalo mama liat-liat Kiana anaknya baik kok,"

"Aaaah makasih Mama! Davira sayang banget sama Mama!" Davira menghambur memeluk Monika.

"Mama juga sayang sama Davira. Yuk turun,"

"Bentar Ma, aku ambil tas dulu,"

Pintu tertutup seiring dengan Mama yang keluar. Davira memekik tertahan. Dia lantas mengambil tas, ponsel, dan segera berlari menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, Kiana duduk sembari bercakap-cakap seru bersama Monika dan Fadli. Davira tersenyum lebar untuk menyapa Kiana. 

"Om, Tante, kita pergi dulu ya!" Pamit Kiana.

"Ma, Pa, Davira pergi dulu,"

Davira mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Perlahan, mobil Kiana membelah jalanan sore. Mereka langsung menuju rumah Kiana untuk bersiap-siap.

Acara dimulai pukul delapan malam dan Raka tampaknya membooking tempat tersebut untuk satu malam penuh. Berjaga-jaga kalau ada temannya yang mabuk berat sehingga bisa tidur di club tersebut.

Rumah Kiana terletak tidak terlalu jauh dari rumah Davira. Sebelumnya Davira memang sudah pernah main ke rumah Kiana. Rumah mewah yang sayangnya terasa hampa. Kedua orang tua Kiana bekerja di luar negeri sehingga jarang pulang. Di rumah ini hanya ada Kiana beserta empat orang asisten rumah tangga dan dua orang satpam. Berbanding terbalik dengan keadaan rumah Davira yang harmonis dan menyenangkan.

"Yuk masuk,"

Kiana membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Davira untuk masuk. Kamar ini masih sama saat terakhir kali Davira berkunjung. Masih pink, masih mewah, namun masih sepi.

"Tadi gue udah cari baju yang cocok buat lo dan ini sama sekali belum pernah gue pake karena gue lupa kalau gue punya baju ini. Padahal baju ini bagus banget dan yang pasti cocok buat lo," oceh Kiana, dia menunjukkan sebuah gaun malam  yang menurut Davira agak sedikit terbuka.

"Apa ini enggak terlalu terbuka buat gue?" Tanya Davira ragu.

"Astagaa, ini tuh gaun malam paling tertutup yang pernah gue liat. Udah pake aja, lo siap-siap gih. Nanti gue dandanin lo," Kiana mendorong Davira menuju kamar mandi.

Davira mandi dan memakai gaun malam yang tadi disodorkan oleh Kiana. Kalau mamanya tahu dia menggunakan pakaian seperti ini, Davira yakin mamanya tidak akan segan untuk menyuruh Davira kembali masuk kamar dan tidak pergi kemanapun.

Gaun malam itu berwarna hitam dengan belahan agak rendah pada bagian dada dan panjangnya hanya sampai di atas lutut Davira. Bagian roknya agak mengembang dan sangat menampakkan lekukan pinggang Davira. Ragu, Davira memutuskan keluar kamar mandi.

Saat keluar, reaksi Kiana di luar ekspektasi Davira. Cewek itu malah memuji habis-habisan penampilan baru Davira. Menurutnya Davira malah lebih cocok berpenampilan seperti ini.

"Astagaaaa Dav, lo cantik banget. Badan lo tuh bagus, sayang kalo gak dipamerin. Sini gue dandanin, gue yakin kalo satu angkatan bakal pangling liat lo!"

Akhirnya Davira pasrah saja saat Kiana menjejalinya berbagai peralatan tempur khas perempuan. Setelah lebih dari tiga puluh menit, Davira disodorkan cermin oleh Kiana. Bahkan, Davira sendiri tidak percaya jika gadis yang ada dalam cermin adalah dirinya. Itu berkat kuas-kuas ajaib milik Kiana.

"Wow... ini gue?"

"Iyalah! Lo itu cantik Dav tapi lo kuper. Jadinya cantik lo ketutupan,"

Davina hanya mengangguk kecil sembari menatapi cermin. Belum lagi tatanan rambutnya yang dibuat sedemikian rupa namun masih tampak alami.

Tepat pukul setengah delapan malam, mereka siap dan pergi ke club malam tempat pesta ulang tahun Raka diadakan.

oOoOo

Alo, ketemu lagi.
Pls bgt aku awalnya pgn pake pov 1, tapi aghu gak bisa. Karena ujungnya pasti balik lagi ke pov 3 serba tahu. Huft, seperti sudah mendarah daginc.

O iya, aku mau ingetin dulu nich ke readers ku tersyg kalau cerita ini tuh per partnya pendek pendek. Cuma 700 an kata gitu. Soalnya kalau panjang2 takutnya jadi rancu aja gitu, keluar dari alur. Okelah babai.

-All the love AR

TwitterpatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang