Enam

20 6 0
                                    

Para siswa menyerbu kantin beramai-ramai selepas upacara. Sebagian besar dari mereka membeli minuman dingin untuk menyegarkan kembali tubuh mereka setelah berpanas-panasan selama sekitar empat puluh lima menit.

Davira pasrah saja saat Kiana menarik-narik tangannya untuk membeli air mineral dingin dan kembali lagi ke kelas. Kantin yang padat menjadi alasan mengapa Kania memutuskan untuk tidak menghabiskan air mineralnya dikantin.

"Bentar lagi ulangan tengah semester astagaaa sumpah ya gue belum belajar apa-apa," keluh Kiana.

"Nyicil aja Ki, gue juga lagi nyicil sedikit-sedikit materi pelajarannya,"

"Lo udah pintar Dav, gak usah belajar. Lah gue?"

"Yeee gue juga pinter karena belajar tau. Enggak ada orang yang tiba-tiba pintar kayak dapat wangsit," Davira menoyor pelan kepala Kiana.

"Iih rambut gue tuuuh susah rapihinnya," Kiana memajukan bibirnya.

"Udah ah, guru masuk sebentar lagi,"

Davira menyudahi percakapan mereka dan mengambil buku yang ada di dalam tasnya. Mempersiapkan alat-alat tulis sembari menunggu guru pelajaran masuk kelas.

oOoOo

Jam pelajaran ketiga sengaja dikosongkan agar para siswa dan siswi bisa menonton pertandingan persahabatan antara SMA Bakti Negara dengan SMA Garuda. Bahkan beberapa anak dari SMA Garuda turut datang untuk memberikan semangat kepada temannya yang bertanding.

Davira duduk di barisan paling depan karena ajakan Kiana, sebab Archer merupakan salah satu pemain basket andalan SMA Bakti Negara. Atas dasar itulah Kiana rela terlibat adu mulut dengan beberapa siswi karena ingin mendapat tempat duduk paling depan.

"Repot banget sih tinggal duduk doang," kata Davita sesaat setelah pantatnya mendarat di tanjakan tribun.

"Gue mau liat muka Archer jelas-jelas. Biasanya orang ganteng makin ganteng kalo keringetan," Kiana senyum-senyum sendiri.

"Lo... suka ya sama Archer,"

"Cuma suka liatin aja sih soalnya dia ganteng. Tapi kalo suka yang bener-bener suka enggak. Eh belum deng hehe," Kiana terkekeh. Davira menghembuskan napas jengah.

Pertandingan dimulai. Sebenarnya bukan hanya Archer yang menjadi andalan, tapi ketiga temannya juga yaitu Chiko, Ghiza, dan Dovi. Tapi karena parasnya paling mencolok, Archer lebih sering diidolakan.

Sebagai orang yang tidak tertarik pada bidang olahraga, Davira mengakui kalau permainan kali ini seru sekali. Kejar-kejaran poin membuat mereka yang hanya duduk menonton ikut tegang.

Davira ikut tersenyum bahkan melonjak bahagia saat tim basket sekolahnya berkali-kali mencetak angka. Sebenarnya Davira ingin sekali mengikuti eskul basket, namun melihat tinggi tubuh teman-teman yang merupakan anggota eskul basket membuat Davira mengurungkan niatnya. Jadi sampah doang gue di situ.

Babak penentuan sekaligus cetakan poin terakhir. Para pemain terlihat lebih gesit dan sangat hati-hati. Di pinggir lapangan mulut Davira komat kamit merapal doa agar kemenangan ada di tangan tim basket SMA Bakti Negara.

Teriakan nyaring menggema diseluruh tribun saat Archer berhasil mencetak tiga poin sekaligus di detik-detik terakhir. Kiana berteriak kencang sekali hingga berdiri. Semua orang berdiri sembari meneriakkan nama Archer kecuali Davira. Dia masih duduk ditempat namun wajahnya tersenyum.

Tanpa diduga, Archer juga melihat ke arah Davira dan tersenyum tipis. Davira membalas senyum tersebut, bibirnya bergerak mengucapkan "selamat" tanpa suara. Archer balas menggerakkan bibirnya mengucapkan "terima kasih" yang juga tanpa suara.

Satu persatu siswa dan siswi meninggalkan tribun menuju kelas masing-masing. Davira berjalan mengikuti Kiana menuju toilet siswi untuk membetulkan riasan wajahnya yang sudah agak pudah terbasuh keringat.

Beberapa siswi juga ikut bercermin dan menyapa Kiana. Kiana memang popular di sekolah karena sifat ramah dan wajah cantiknya. Berbeda dengan Davira yang memilih untuk tetap diam di tempat sehingga tidak begitu dikenali. Akhirnya masih tinggal Davira dan Kiana berdua diwastafel. Davira memosisikan dirinya disebelah Kiana.

"Tadi tuh Archer kayak ngomong gitu sama orang di pinggir lapangan. Gue yakin sih itu cewek, tapi masalahnya ceweknya siapa? Dia enggak ada tuh rumor-rumor dekat sama cewek," kata Kiana sembari mengoleskan mascara pada bulu matanya.

Mendengar itu, Davira mencoba untuk tetap santai. "Ah emang iya?"

"Iyaaa. Udah ada beberapa orang yang ngomongin, penasaran katanya sama sosok cewek yang bikin Archer ngomong sambil senyum begitu,"

"Kalau misalnya ceweknya biasa aja dan kuper gimana?" Tanya Davira penasaran.

"Tau deh, kayaknya fans garis kerasnya dia  bakal cari tau. Yuk keluar gue udah selesai,"

"Okay,"

Davira membiarkan Kiana berjalan duluan sedangka  dia menghela napas dalam-dalam dan menutup mata. Mensugesti dirinya kalau semua bakal baik-baik saja. Semua harus baik-baik saja.
Maafin gue Kiana.

Setelah itu barulah Davira menyusul langkah Kiana menuju kembali ke kelas. Koridor masih ramai, dan sepanjang yang bisa dia dengar adalah gosip-gosip tentang senyuman maut Archer ke 'seseorang' di tepi lapangan.

Awas aja kalo ceweknya jelek.

Tapi kalo sekelas Archer mana mungkin ceweknya gak elit

Pasti ceweknya yang gatel, Archer mana pernah peduli sama cewek.

Davira mencoba untuk menulikan telinga, mengejar Kiana yang sudah agak jauh di depan. Davira, positif thinking. Yang tau cuma kamu dan Archer.

TwitterpatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang