BAB 8
Ayla mematut lama dirinya di depan cermin sambil menelan ludah kering. Biasanya dalam novel-novel sang pria akan melepaskan dirinya dalam balutan gaun yang ia kenakan.
Mereka telah kembali ke hotel Auden sedang berada di kamarnya, pria itu terlihat semakin membenci dirinya. Dia tak bisa berbuat banyak.
Butuh sehari atau mungkin besoknya dia akan kembali ke rumah sang majikan dengan status yang berbeda. Istri kedua dari seorang Auden Prana. Memikirkan ini rasanya dada terasa sesak, dia telah merusak kebahagiaan orang lain.
Selama ini Sandra dan Moer Belatrix telah menampungnya, jika dua wanita berwibawa itu tahu yang sebenarnya apa mereka akan membuangya ke kandang buaya?
Lehernya menoleh dengan kaku saat pintu terhubung dengan kamar Auden terbuka, apa yang pria itu mau?
"Apa yang kamu lakukan? Mengagumi sambil mengkhayal jadi Princess sehari, hm?" Pria itu kian mendekat, tubuh Ayla langsung panas dingin, dia selalu tak siap dengan semua kata yang selalu merendahkannya.
"Apa kamu ingin aku melepaskan gaun ini?" tanya Auden sambil memainkan jari di punggung mulus terbuka Ayla, gadis itu hanya bisa melirik dalam ketakutan.
"T-tuan."
"Panggil aku Baginda Raja," titah Auden.
"B-baik, Baginda." Ayla menunduk menjawab dengan suara terbata.
"Gadis pintar!"
Tangan Auden masih menari di kulit telanjangnya sambil mengitari tubuhnya. Gadis itu melirik lewat ekor matanya.
"Aku lapar! Jadi kalau kamu tak mau mati kelaparan silakan ikut." Pria itu berlalu, Ayla masih mematung.
"T-tuan, tunggu!" Tangan Ayla tertahan di udara, apa dia sudah berbuat lancang? Tapi sungguh dia ingin melepaskan dirinya dari balutan pakain ini.
"S-saya tak bisa keluar dari gaun ini." Jantungnya berdegup kencang saat dia berhasil mengucapkan kalimat itu. Rasanya sedang berhadapan langsung dengan malaikat maut.
"Jangan kebanyakan baca novel! Tidak akan ada yang menolongmu. Jangan manja!" Pria itu berlalu, akhirnya hanya anggukan kaku.
Ayla mengekori sang tuan menuju lantai bawah, mereka akan makan di restoran hotel. Masih dengan gaun ungu yang menyapu lantai saat di berjalan, risih tentu saja, tapi Ayla tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dia akan menelpon petugas perempuan untuk membantunya membuka dress miliknya.
Auden berdecak sebal saat gadis bodoh itu melakukan apa-apa begitu lelet. Pria itu mempertanyakan berapa Pentium isi otaknya? Hingga processor otaknya bekerja begitu lama.
Tak sabar Auden langsung mengambil tangan Ayla dan menariknya, berkali-kali gadis itu tersandung gaun lebar yang dikenakan.
Saat Ayla terjatuh gadis itu hanya menutup matanya tak siap dengan kata-kata penuh merendahkan. Menunggu beberapa detik tidak ada kata tajam yang keluar.
Saat mengangkat kepalanya Auden hanya menatapnya datar. Dengan susah payah Ayla menelan ludah kasar, pria itu mengulurkan tangannya. Dengan ragu sang gadis mengulurkan tangannya.
"Cepat!" sentak Auden.
"Atau mau saya gendong?" Netra cokelat itu membola, pipinya berubah pink tomat karena ucapan pria itu. Apa sekarang mereka jadi pasangan pengantin baru romantis seperti drama romantis yang dia tonton? Tolong! Dia belum siap dengan semuanya.
"Kamu pasti sedang mengkhayal seperti itu kan, gadis miskin? Jangan pernah bermimpi!" tambah Auden yang membuat semua tulang-tulang Ayla remuk seketika. Baru saja dilambungkan, memang seharusnya dia tak perlu mempercayai racun yang keluar dari mulut sang majikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romance"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...