"Sabar, Edde sebentar sampai."
Suara Auden terdengar panik di ujung telepon karena Ayla yang terus menangis saat menelponnya.
Ayla menangis ketakutan seperti melihat monster menyeramkan yang siap memakan dirinya dan anak dalam perutnya.
Saat Auden tiba Ayla meringkuk di kamar sembari memeluk perutnya melindungi bayi.
"You okay?" tanya Auden mengulurkan tangannya dan Ayla menerima dengan lemah sambil menggeleng.
"Emme takut, Edde kenapa lama?" ujar Ayla dengan tubuh gemetaran.
Laki-laki itu membawa istri kecilnya dalam dekapannya dan menenangkan Ayla yang terus saja menggeleng dan terisak.
"Edde ada sedikit kerjaan dan sekarang Edde ada di sini," jelas Auden sembari mengecup kepala Ayla berkali-kali yang masih menangis ketakutan.
"Jangan pergi," lirih Ayla mencengkram kaos yang Auden kenakan.
Dia takut! Benar-benar takut, padahal Ayla tidak pernah bersikap manja yang menjijikkan seperti ini, tapi saat radarnya mendeteksi keberadaan Auden dan laki-laki itu tidak ada, semua ketakutan dan spekulasi buruk yang berkecamuk dalam kepalanya menghantui dia.
"Emme takut, Edde jangan pergi, Emme tak mau bayi kita diambil," papar Ayla dengan susah payah.
Auden mengernyit bingung apa yang bumil ini maksud.
"Tidak! Aku tidak mau. Tolong, jangan ambil bayiku." Ayla terus memohon sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau. Jangan," mohon Ayla dengan bibir bergetar dan tubuh keringat dingin.
"Ada apa?" tanya Auden sembari menyeka keringat di wajah Ayla.
Wanita itu masih menangis dan menggeleng ketakutan walau sekarang sudah berada dalam pelukan Auden.
Ayla terus mengulang kalimat penolakan yang sama membuat Auden bingung, tapi dia tetap berada di sana untuk menenangkan ibu hamil yang sedang ketakutan.
"Kamu mimpi buruk?"
"Bukan! Tidak! Edde jangan pergi," sahut Ayla mendogak penuh syarat memohon agar laki-laki ini tidak akan pernah meninggalkan diri.
"Edde jangan pergi, nanti anak kita diambil," bisik Ayla ketakutan dan sekarang menenggelamkan seluruh wajahnya ke dada bidang milik majikannya.
"No!" Auden menggeleng.
Butuh empat puluh menit Auden menenangkan Ayla dan akhirnya ibu hamil itu tenang.
"Sudah lebih baik?" Auden bertanya setelah Ayla tak lagi tersedu-sedu.
Ayla hanya mengangguk, walau dia tahu tidak akan baik-baik saja karena ketakutan.
"Edde punya hadiah untuk Emme yang sedang bersedih," ujar Auden tersenyum.
Menarik napas panjang, senyuman itu menular dan Ayla lagi-lagi mengangguk.
Gadis itu terduduk di pinggir ranjang dan Auden berjalan mengambil hadiah yang dia maksud.
"Apa ini?" tanya Ayla bingung karena Auden memberi satu cup minuman manis kekinian, kehamilannya membuat dia tak mau sembarangan mengonsumsi makanan.
"Buat Emme." Auden berdiri tepat di depan Ayla yang tak mengerti kenapa diberi minuman berbahaya untuk kehamilannya.
"Tapi, ini tidak bagus buat ibu hamil."
"Sesekali," jawab Auden enteng. Bibir Ayla manyun, dan menancapkan sedotan tapi tidak menemukan minuman di sana, merasa curiga Ayla membuka tutupan atas dan ternyata isinya adalah gulungan uang kertas yang begitu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romansa"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...