Sandra menatap tak percaya di depannya sambil memegang pipinya yang memanas.
Ya, sebenarnya tamparan itu tak berarti apa-apa karena ada drama yang membuat jiwanya lebih sakit dari ini.
"Mami nampar aku?" tanya Sandra tak percaya. Ibu mertua yang selalu lembut dan begitu sayang padanya mendadak jahat seperti ibu tiri hanya karena jalang kecil murahan tak layak hidup ini.
"Kamu memang terluka, kecewa, kita semua merasakan itu. Mami juga, tapi jangan main kekerasan apalagi sama ibu hamil!" tegas Delisha.
Membicarakan hamil membuat seluruh rasa sakit naik ke permukaan. Detik ini dia merasa gagal jadi manusia, merasa begitu hina hanya karena dia tak bisa hamil.
"Jadi hanya karena aku tak bisa hamil Mami bela si jalang itu?"
Sandra bukan orang lemah yang suka menangis, tapi entah kenapa kenyataan ini benar-benar memukulnya. Dia kalah telak. Kalah dari apa pun karena tak bisa hamil.
Dengan tangan terkepal Sandra berbalik siap membunuh si jalang hina ini.
"CUKUP!" teriak Delisha. Masih begitu shock karena kamar mandi penuh dengan darah, dokter dan perawat kembali menangani Ayla. Gadis ini bisa mati kehabisan darah.
Sandra tertawa sinis, jadi kenapa sekarang terlihat dia yang jahat? Padahal dirinya korban di sini. Kenapa tidak ada yang mengerti?
"Ah, selamat Mami sudah punya cucu yang kalian nantikan. Aku hanya perempuan cacat yang tak bisa memberi cucu seperti yang kalian inginkan," ungkap Sandra.
Dia mengakui kekalahannya kali ini. Masih dengan perasaan yang berdenyut-denyut pun juga kepalanya. Mati rasa, speechless, bahkan dia tak bisa mengambil keputusan yang tepat.
BRAKKKK!!!
Auden berlari masuk ke dalam. Masih dengan wajah kusutnya dia melihat wajah cantik sang istri dengan pipi yang basah.
Sial! Dia tak pernah sanggup melihat wanita ini mengeluarkan cairan bening tersebut. Tangisan Sandra layaknya mata pisau yang membunuhnya perlahan.
"Mami tidak akan ikut campur urusan rumah tangga kalian."
"Tak usah capek-capek, aku akan bercerai!" putus Sandra lantang menatap ibu mertuanya.
Dulu dia memuja wanita ini karena telah melahirkan belahan jiwanya, sekarang semua pandangannya berubah. Delisha mendukung Auden dan Ayla karena mereka punya anak, sedangkan dia tak bisa punya anak.
Delisha menggeleng, dia sangat menyayangkan perpisahan ini. Dia tahu kedua manusia ini diciptakan satu sama lain. Auden dan Sandra tidak akan terpisahkan.
Delisha berlalu untuk memeriksa keadaan Ayla yang hanya tersisa nyawa-nyawa terakhir.
"Aku sangat mengerti perasaan kamu, Sayang."
Tubuh Auden terasa ngawang-ngawang di udara. Laki-laki itu menatap sang istri dengan perasaan menyesal dan juga terluka karena telah melukai wanita yang dia cintai.
Perasaan takut, menyesal, terluka, bercampur dalam dada.
"Kamu bisa bunuh aku sekarang. Aku yang bersalah di sini." Auden kembali bersimpuh, tapi Sandra benar-benar mati rasa pada laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romansa"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...