Ayla seolah tak punya hak untuk marah, hanya bisa menahan semua emosi yang bergejolak dan menelannya, sepahait apa pun itu.
Tahu harga dirinya hanya sebatas keset kaki di mata Auden dia tak bisa marah saat pria itu sudah memerintahnya membuat salad buah.
Auden bersikap seolah tak terjadi apa-apa, padahal Ayla sudah telanjang bulat dan begitu pasrah agar tubuhnya dimiliki pun langsung tak minat. Ya, harusnya dia sadar jika tubuhnya kurus kering seperti ranting berjalan, dibandingkan dengan tubuh Sandra yang semuanya dirawat.
Gadis itu menggigit bibirnya menyadari apa yang dia lakukan.
Ayla sedang mengupas buah pear sedangkan Auden mencuci anggur. Gadis itu juga penasaran apa yang pria ini pikirkan soal penemuan nomor Ivo.
Walau masih merasa terluka tapi dia tak terlalu takut seperti sebelumnya, bahkan kali ini dia merasa nyaman?
Mengintip malu-malu melalui bulu mata lentiknya pria matang di sampingnya yang sangat sempurna, tapi juga sangat brengsek di saat bersamaan.
"Sebenarnya salad buah itu tidak sehat sama sekali," celetuk Auden mengambil satu butir apel dan memasukan dalam mulut.
Ayla masih mengintip menelan ludah dengan susah payah saat makanan itu lewat tenggorokan pria itu. Oh, apa yang dia pikirkan sebenarnya?
"Saya mau kamu ketemu seseorang."
"Siapa?" tanya Ayla penasaran. Jantungnya mulai berdegup kencang sudah menduga banyak hal buruk dalam kepalanya, tapi yang paling ia takutkan adalah Auden sudah menghubungi Ivo, cowok culun kemayu itu bersedia melakukan apa saja karena sudah dibayar.
"Kamu akan menemukannya nanti." Ayla mengangguk. Ya, sedikit banyak dia tak lagi canggung dan merasa terintimidasi berada di sekitar Auden sekarang.
"Makan sini," ajak Auden.
Sebaris senyum terbit di bibirnya, walau nyaris tak terlihat. Jujur saja Ayla suka jika laki-laki ini menganggap kehadirannya, berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruk soal gagal tadi.
Duduk berdampingan sambil menikmati salad buah yang dibuat sendiri, seolah keduanya sedang menikmati quality time berdua, bagi orang sibuk seperti Auden dia tak punya waktu untuk melakukan hal-hal seperti ini. Bahkan bersama sangat istri mereka hanya punya waktu di malam hari, nyaris tak punya karena Sandra sering pulang dini hari.
Berkali-kali mencium aroma tubuh laki-laki ini, bukan parfum mahal yang menguar dari tubuhnya tapi bau tubuh alami yang membuat Ayla hafal, dulu jantungnya selalu hampir copot saat mencium aroma tersebut sekarang dia merasa nyaman.
"Buka mulutnya," perintah Auden.
Dengan mulut yang terbuka sedikit Ayla menerima suapan itu. Tapi Auden sengaja tidak memberi campuran mayonaise padanya.
"Ibu hamil tidak boleh sering makan mayonaise."
"Kenapa?" Detik berikutnya Ayla hanya menggigit lidahnya kenapa hanya kata itu saja yang keluar dari bibir mungilnya? Andai dia juga punya otak cerdas dan banyak pengetahuan dia bisa mengimbangi percakapan mereka.
"Kita tidak tahu jika ada mayonaise yang dibuat dengan telur yang tidak dipasteurisasi. Itu bahaya, jadi jangan sering makan," jelas Auden.
"O-oh." Suaranya nyaris hilang. Sebenarnya dia sangat kagum dengan kecerdasan yang Auden miliki.
"T-tuan tidak kerja?" Ayla mencoba berbasa-basi, karena selama ini dia begitu pasif.
"Panggil Paduka!"
"Ah iya Paduka."
Auden tersenyum tanpa sadar tangannya terulur untuk membelai pipi mulus tersebut yang membuat seluruh tubuh Ayla kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU (END)
Romans"T-tuan, jangan." Sang gadis terisak sambil menggeleng. "Diamlah, Sayang. Malam ini aku sangat horny dan ingin memakan semua tubuhmu yang nikmat," bisik sang pria dengan nada serak menahan gejolak hasrat yang bergelora. Malam panas itu menghasilkan...